Sudah tiga hari Cia menjadi pribadi yang lebih diam, seperti banyak sekali hal yang sedang ia pikirkan. Perubahan sikap Cia juga membuat saudari dan teman-teman nya bingung, mereka pikir Cia diam karena teringat kejadian nya dengan Gino.
Kini ia sedang berada dibangku taman sekolah nya, terlihat di tangannya sedang memegang suatu benda yang sepertinya cukup berharga. Tanpa sadar matanya berkaca-kaca saat melihat benda ditangannya.
"Cewe bawel kaya lo bisa diem juga ya" ucap seseorang yang sudah duduk disamping Cia tanpa pemirsi.
Sontak suara yang tiba-tiba itu membuat Cia menoleh, saat sudah tau siapa orang itu dia memilih untuk membuang pandangan nya kearah lain "Gua punya coklat, kayanya bisa perbaikin mood lo yang jelek"
Tidak menggubris pemberian orang itu, Cia memilih berdiri dari duduknya dan hendak pergi. Namun belum sempat jalan, tangan nya sudah dicekal membuat dia menghentikan langkahnya.
"Lepas tangan gue Gino"
Ya sudah tiga hari ini juga, Cia merasa ada perubahan sikap Gino padanya. Dia seolah terus berusaha untuk mendekat pada Cia, untuk alasan nya pun Cia tidak tau mungkin karena merasa bersalah pikirnya.
"Ngga akan gua biarin lo pergi, karna gua gamau kehilangan orang yang gua sayang untuk kesekian kalinya"
"Ngga jelas" balasnya yang sudah melepas kasar cekalan Gino dan berlalu pergi.
Namun langkah nya terhenti karena Gino kembali bersuara "Gua sayang sama lo Cia"
Gino berjalan mendekat ke tempat Cia berdiri yang masih dengan tatapan datar tapi terdapat raut kebingungan di wajahnya.
"Cinta lo selama ini ga searah Cia, gua pun sayang sama lo"
"Lo bilang kaya gini disuruh siapa? Biar apa? Biar gua ga sakit hati lagi? Ngga gini caranya Gino, sama aja lo bikin gua tambah sakit" sarkas Cia.
Laki-laki menggeleng dan menatap dalam wanita didepan nya "Sejak awal gua tau lo suka sama gua, ada perasaan senang yang gua rasain tapi sayang gua selalu menyingkirkan hal itu"
"Siapa sih yang gasuka sama cewe cantik kaya lo,berprestasi, ceria tapi sayang malah apes suka sama orang kaya gua. Cowo yang ga pernah selesai sama masa lalu nya"
"Gua baru sadar gabisa kaya gini terus, hidup terus berjalan tapi gua masih stuck. Selama ini gua ga ngegubris lo karna gua takut Cia, gua takut kehilangan dan gua sangat takut dikhianatin lagi" lanjut Gino.
Cia membuang arah pandangan nya, enggan menatap laki-laki yang kini menatapnya dan memegang lengan nya.
"Gausah pegang tangan kakak gua"
Dua orang itu pun seketika menatap seseorang yang baru saja datang dan melepas tangan Gino. Gadis itu menatap laki-laki dengan tatapan tak suka.
"Gausah ikut campur Zera" ucap Gino.
Gadis yang disebut namanya tersenyum miring "Setelah lo nyakitin perasaan kakak gua dengan bikin dia malu depan banyak orang, lo mau gua ga ikut campur? Gila lo!"
"Zerr udah yaa" ucap Cia menenangkan adiknya agar tidak terlalu emosi.
"Kak stop bucin lahh, laki-laki kaya dia ga pantes buat kakak"
Zera melihat kearah Gino dengan tatapan tajam "Cowo kasar kaya lo ga cocok sama kak Cia, lo terlalu diatas angin karena disukain dia"
Setelah itu Zera menarik tangan kakak nya untuk pergi meninggalkan Gino yang masih berdiri di tempat. Terlihat datar dan cuek diluar namun banyak hal yang difikirkan laki-laki itu.
"Sepertinya perjuangan lo akan semakin berat, restu dari Zera itu susah loh" bisik seseorang tiba-tiba.
Gino menghiraukan ucapan itu dan memilih berjalan meninggalkan oang yang baru saja menghampirinya, langkah nya terhenti saat sampai diruang kelas tapi bukan kelasnya.
"Ehh ngapain lo ke kelas cewe gua?"
"Mau ngobrol ama Gre" jawabnya namun tangan nya dicekal oleh Sean, "Gabolehh, lo ditolak Cia jangan malah ke kakak nya. Dia cewe gua kalo lo lupa"
Gino menghembuskan nafas jengah dengan drama teman nya itu "Gua cuma mau ngobrol Seano, pliss jangan ganggu gua dulu"
"Yaudahh, inget jangan godain cewe gua" ancam Sean.
Laki-laki itu pun pergi meninggalkan Gino dan memilih untuk kembali ke kelasnya.
"Gre boleh ngobrol?"
TAMAN SEKOLAH
Sudah lima menit berjalan tapi masih belum ada suara diantara manusia kulkas itu, Gre yang diam enggan untuk bertanya lebih dulu sedangkan Gino bingung mulai pembicaraan darimana.
Jengah dengan keheningan ini, Gre berdiri dari duduknya dan hendak pergi namun langkah nya terhenti karena sebuah suara "Gimana sih caranya ngomong?"
"Salah orang lo nanya gitu ke gua, bukan nya kita punya karakter yang sama ?"
"Iyahh karena itu, gimana lo ngungkapin perasaaan ke orang yang lo sayang?" tanya Gino.
Pandangan nya tak lepas saat Gre kembali duduk disampingnya "Gua ga tau apakah Sean merasakan kasih sayang dari gua atau ga"
"Tapi ada satu kalimat yang gua ingat dari dia" ucap Gre menggantung, Gino menaikkan sebelah alisnya seolah menunggu kelanjutannya.
"Dia selalu berusaha untuk jatuh cinta setiap hari ke gua"
Gino yang masih bertahan dengan tampang datarnya seolah bingung dengan ucapan teman nya itu "Jadi apa ini alasan lo bisa stay in character, karena dia akan selalu nerima apapun sikap dan sifat lo"
"Jangan lo fikir sikap gua ini sama ke semua orang, gua ga kaya lo yang menyamaratakan sikap karena sebuah kesalahan" sarkas Gre.
"Iyahh ngerti gua salah Gree, tapi bisa ngga lo yakinin gua kalo Cia bakal terima gua?"
Seketika ekspresi Gre sedikit marah "Kenapa lo harus diyakinin? Emang perjuangan Cia selama tiga tahun ini menurut lo kurang? Buat ngebuktiim gimana cinta nya dia sama lo"
"Mungkin sekarang emang dia masih marah sama lo tapi itu ga ngebuat rasa itu hilang mungkin kalo pudar iyah"
"Kalo lo emang mau dia, perjuangin! Kemarin lo berhadapan sama Zera karena udah bikin Cia patah hati, tapi lo akan berhadapan sama gua kalo ngulangin hal yang sama dan lo tau apapun bisa gua lakuin" ucap Gre yang segera pergi meninggalkan Gino sendiri.
o0o
"Kita sudah bertanggung jawab atas semua pengobatan lo hingga sembuh sekarang. Artinya urusan kita selesai, dan gua rasa sejak lo datang ke hidup kita semuanya tambah berantakan. Tanpa mengurangi rasa hormat, gua minta lo untuk cabut dari sekolah kita"
Mendengar akhir kalimat yang keluar dari mulut Gre, membuat Cheryl, Zera, Revan dan Cia kaget dan bingung kenapa gadis itu tiba-tiba meminta hal yang tidak masuk akal menurut mereka.
"Kakk..."
"Gree apaa sih maksud lo?" tanya Cia.
"Kenapa lo gasuka sama keputusan gua? Lo ga lupa kan sekolah itu 80% milik siapa?"
Setelah bicara itu Gre memilih untuk keluar ruangan, saat dia sudah berada di luar tangan nya dicekal oleh seseorang.
"Lepas tangan gua" ucap Gre dengan penekanan.
"Lo lagi kenapa sih gee? Bukannya lo baik-baik aja ya sama Cheryl, dia ga buat masalah ama lo" balas Cia dengan nada sedikit naik
Gre membuang kasar cekalan Cia dengan menatap tajam saudari kembarnya "Lo gatau apa-apa, jadi gausah ikut campur"
"Yaa makanya kalo gua gatau, kasih tau gua lah" balas Cia tak mau kalah.
"INI KARNA LO GRACIA"
....
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN YAH:)
BANTU FOLLOW DAN SHARE CERITA INI JUGAA 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
GREAPHYNE
Randomlangsung baca aja mending☺️ Diusahakan satu hari satu bab, jadi semangatin author terus yakk🙏☺️