La la la - SasqiaDN

287 24 0
                                    

Lalala by Naughty Boy feat Sam Smith

==========================================

Dia datang menghampiriku sembari berkacak pinggang, bibirnya mulai terbuka mengeluarkan beribu-ribu kata yang tak ingin ku dengarkan saat ini. Aku menatapnya dengan datar tanpa berniat ingin membuka suara. Dia menatapku tajam, setajam silet. Oh tidak, ini bukan waktunya untuk bercanda.

"... kamu dengerin aku ngomong nggak, sih? Terus, kamu ngerti nggak sih apa yang aku omongin?" Risa mengatakannya dengan menggebu-gebu, ia terlihat sangat kesal.

Oke, aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Khariza kalian bisa memanggil ku Riza, sedangkan perempuan yang sedang mengoceh tiada henti di hadapanku ini namanya Risa. Inget namaku memakai Z dan nama perempuan itu memakai S, jangan sampai kalian keliru.

Tatapannya semakin menajam ketika melihatku bangkit dari tempat duduk, "Kita ke kantin, yuk. Aku laper." Aku segera menarik tangannya untuk keluar kelas.

Dia menghentakan tangannya, "Kamu ditanya apa, responnya apa. Kamu nggak pernah dengerin aku!" bentaknya.

Hush, Don't speak. When you spit your venom, keep it shut I hate it.

"Kamu udah bilang itu beribu-ribu kali, Sa. Aku udah tau tanpa kamu harus marah-marah denganku di kelas, apa kamu nggak malu kita jadi bahan tontonan gratis anak-anak lain?"

Risa terdiam, bibirnya mengerucut lucu, pipinya menggelembung. Aku tersenyum dan mengacak rambutnya. "Nggak usah dibahas, okey? Aku nggak mau cari masalah, mendingan kita ke kantin aja."

Sepanjang perjalanan menuju kantin Risa tiada henti menceramahiku, ya... walaupun nggak seperti tadi di kelas. Sepertinya mulutnya tidak pernah capek untuk memarahiku, walaupun aku sangat bosan mendengarnya.

***

Hari ini pemecah rekor, Risa seharian nggak memarahiku atapun mencari-cari kesalahanku. Aku menghabiskan hari libur bersamanya, tak ada pertengkaran sama sekali. Ketika aku dan Risa bersinggah di restaurant, kami melihat perempuan dengan tubuh gemuk, berkulit hitam, wajahnya pun dipenuhi jerawat memakai hotspan.

"Za, lihat perempuan itu deh, nggak tau malu ya. Nggak ada yang menarik sama sekali dari tubuhnya, tapi dia dengan percaya diri memakai hotspan, Astaga!" ucap Risa sembari menatap perempuan tersebut dengan menggelengkan kepalanya takjub.

"Apa kamu sendiri merasakan ada sesuatu yang menarik dari tubuhmu, Sa?"

Risa menatapku garang. "Maksud kamu, apa?!"

Kamu merasa dirimulah yang paling sempurna di dunia ini, Sa. Namun, aku memilih untuk diam dan mengedikan bahu tak acuh sembari menyantap makanan.

I can't find your silver lining, I don't mean to judge.

"Za, kamu kenapa sih jarang banget ngomong nggak kayak cowok-cowok lain?"

"Aku nggak suka banyak bicara apalagi dengan orang yang nggak dekat denganku, lagipula kalo aku banyak bicara pasti kamu akan marah-marah sama aku. 'kan aku selalu salah di mata kamu dan kamu merasa kamu selalu benar,"

"Apaan sih, Za. Aku nggak gitu kok orangnya."

"Yaudahlah, abaikan aja yang tadi anggep aja aku nggak pernah ngomong kayak tadi,"

Risa mengangguk sembari tersenyum. Mereka berdua terdiam, hening menyelimuti. Mereka sibuk dengan makanan masing-masing, ketika Riza mendongak ia melihat ada sisa makanan di sudut bibir Risa. Riza menggeleng kecil sembari tersenyum, ia menggerakan tangannya menghapus sisa makanan tersebut dengan ibu jarinya. Risa tertegun, ia nggak menyangka Riza bisa berperilaku manis juga.

"Makanannya disisain buat lebaran? Lebaran 'kan masih lama, Sa." canda Riza yang menahan tawanya.

Risa menunduk malu, membuat Riza tersenyum. "Lainkali kalo makan jangan buru-buru, jangan takut makananya dihabisin aku. Kalo abis kamu pesan aja lagi,"

"Makasih udah mengingatkan." ucap Risa yang masih setia menundukkan kepalanya, menyembunyikan rona merah di pipinya.

***

Aku berkumpul di pinggir lapangan bersama team basketku, seperti biasa kami membicarakan tentang latihan tadi. Temenku Adit yang saat itu berdiri di sampingku menyikut lenganku dengan tatapan menuju gerbang utama. Aku mengikuti arah pandangannya yang ternyata Risa berjalan ke arah ku dengan gusar.

"Kayaknya cewek lo mau marah sama lo deh, Za." ucap Adit sembari melihat ke arah Risa.

Riza mengembuskan nafas pasrah, "Apalagi salah gue." gumamku.

"Riza! Kamu apa-apan sih katanya kamu nggak bi—"

Aku menarik Risa menjauh dari teman-temanku dan memilih tempat yang sepi. Kalian jangan berpikiran yang nggak-nggak!

"Aku salah apalagi sih, Sa?" Aku mengusap wajah dengan gusar.

"Kamu nggak bisa nganterin aku ke mall untuk belanja, karena basket iya? Kapan kamu mengutamakan aku, Za? Kamu selalu basket, basket, dan basket."

"Sabtu dan Minggu kemarin aku nggak basket karena aku jalan sama kamu. Aku rela 2 hari nggak latihan sampe-sampe aku dimarahin sama coach. Kamu masih bilang aku nggak mengutamakan kamu?"

I'm covering my ears like a kid, when your words mean nothing, I go la la la

I'm turning off the volume when you speak, cause if my heart can't stop it, I find a way to block it I go

Risa terus mengoceh tiada henti, membuatku jengah. Ia selalu menyalahkan ku dalam hubungan ini, dan dia selalu merasa benar. Risa nggak ada niatan untuk berhenti menyalahkanku, bahkan ia menuduhku berselingkuh. Dan ini membuatku muak.

"Kalo gitu, sekarang aku mau kita putus!" ucapku dan berlalu meninggalnya yang berteriak memanggil namaku. Namun, aku tak acuh.

If our love is running out of time, I won't count the hours, rather be a coward. When our words collide, I'm gonna drown you out before I lose my mind.

==========T H E  E N D==========






[3] Song FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang