Hallo Shooting-star by Moumoon
================================
Gadis berambut pirang itu menutup buku gambarnya. Wajahnya penuh dengan noda cat air, namun tak mampu untuk melunturkan senyum indahnya.
Ia menatap buku gambar yang polos kini telah terhias lukisannya. Sebuah langit malam yang indah, bertabur bintang dan rembulan. Seindah senyumnya yang menatap hasil terbaiknya.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Lantas saja gadis itu mendongak. Mata biru mudanya melihat manik mata coklat yang dimiliki pemuda itu.
Indah, pikirnya dalam hati, tak menjawab pertanyaan.
"Hei!"
Gadis itu terperanjat. Ia berdiri dari posisi tengkurapnya, menghadap ke pemuda itu.
"Aku sedang melukis," jawabnya riang lalu memamerkan hasil lukisannya. "Bagus, bukan? Aku menggambar langit malam ini."
Alis pemuda kecil itu bertautan. Memang lukisan itu bagus, tetapi ... mengapa ada gadis kecil yang mau melukis malam-malam begini? Di bukit, sendirian pula!
"Bagus," balas pemuda itu lalu kembali memandang wajah si empunya. "Bagaimana kau melakukannya? Maksudku ... apa kau tidak takut diculik?"
"Hah?" gadis pirang itu membulatkan matanya, menautkan kedua alis tebalnya. Seakan tersadar akan sesuatu, ia menepuk jidatnya lalu terburu-buru membereskan peralatan lukisnya.
"Hei, kenapa?" tanya pemuda itu aneh. Bahkan sejak mereka bertemu pun, gadis kecil yang dia temui ini memang sudah aneh.
"Aku lupa, ayahku menjemput di sekolah hari ini. Ia pasti bingung mencariku ke mana-mana," gumam sang gadis panik, lalu mengenakan tas kulitnya yang berukuran kecil. "Baiklah, aku pergi dulu. Besok kita main lagi ya, jam 12 di sini!" serunya lalu berlari meninggalkan bukit.
Pemuda berambut coklat itu memandang punggung sang gadis yang perlahan mengecil. Ia tersenyum sendu, seakan ingin memberitahu sesuatu.
Pemuda berambut coklat itu memandang punggung sang gadis yang perlahan mengecil. Ia tersenyum sendu, seakan ingin memberitahu sesuatu.
"Aku ... tidak bisa," gumamnya lalu berbalik.
***
Keesokan harinya, sang gadis menepati ucapannya. Ia datang lagi ke bukit itu, tepat pukul 12 siang. Panas teriknya matahari tak membuatnya membatalkan apa yang dia ucapkan tadi malam.
Keringat mengucur di sekitar pelipisnya. Ia memandang sekitar, dan sepi. Tak ada seorang pun selain dirinya.
"Rose!"
Gadis yang disebut Rose itu menoleh, melihat teman sebangkunya memanggilnya. Ia mengembangkan senyuman lebar, melambaikan tangannya tinggi-tinggi.
"Hey, Vreill! Ke sini! Aku ingin mengenalkanmu dengan teman baruku!"
Vreill, gadis berambut hitam yang merupakan siswi kelas 4 SD itu berjalan mendekat. Pandangannya menyisir sekitar.
"Siapa?" tanyanya tak dapat menghalangi rasa penasaran.
Rose menggeleng. "Aku tidak tahu. Tapi kami sudah berjanji ingin bertemu siang ini. Dia adalah orang pertama yang memuji lukisanku!"
"Kau ... masih saja melukis?" Vreill memandang Rose tak percaya. Setelahnya, helaan napas berat terdengar dari mulutnya.
"Rose, kau tahu ... Bibi Violet tak suka kau menjadi pelukis. Ia ingin kau jadi seorang pianis," lanjut Vreill menyiratkan nada sedih dalam kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Song Fiction
Historia CortaKetika bibirku bergetar karena ketidakmampuan memberikan penjelasan, lagu yang kudengarkan mungkin bisa membuatmu paham. Kasih, biarkan aku berbicara, bercerita, melalui musik. Kumpulan FlashFict dengan lagu-lagu pilihan telah berhasil dituliskan ol...