Red by Taylor Swift
===================
Aku tidak tahu sejak kapan hatiku telah jatuh. Rasa yang kian tumbuh subur membuatku semakin mencintainya dalam jauh. Sadar jika dia hanya sebuah angan yang tak mungkin bisa ku genggam, tetapi hati mempunyai caranya sendiri untuk mencintai seseorang. Takkan bisa aku pungkiri dialah yang terindah. Tapi apa boleh buat, dia sudah meninggalkanku sendiri untuk pergi meraih mimpi, mungkin aku tidak akan berjumpa dengannya lagi.
Kakiku terus menyusuri jalanan beraspal. Berjalan di bawah langit sore yang kemerahan, diiringi kicauan burung yang berterbangan. Raga memang terlihat sedang berjalan untuk pulang, namun jiwa tak lagi pada tempatnya. Terbang melayang menyusuri angan dibalik lamunan.
Sadar aku jika hati ini amat sangat merindukannya. Bahkan hingga sekarang, namanya masih jelas terukir di hatiku. Kehilangan dia seperti biru yang tak pernah ku tahu. Merindukannya bagai gelap kelabu. Melupakannya bagai mengingat seseorang yang tak pernah tahu. Tetapi, mencintainya itu terasa merah, membakar hati yang dirundung sepi.
Pikiranku melayang pada saat terakhir bertemu dengannya. Dia melambaikan tangan ke arahku tanda perpisahan, membuat sesak di hati hingga sekarang. Sudah 5 bulan berlalu, aku tidak tahu bagaimana perkembangan hidupnya. Yang kuyakini, dia pasti senang menjalani kehidupan barunya disana. Demi meraih mimpi dan cita-cita, dia pasti sedang berusaha. Aku mengulum senyum, mengenalnya membuatku sadar bahwa dialah cinta. Hanya saja, aku memendam perasaan ini sendiri tanpa ada yang mengetahui. Cukup dalam diam aku menetapkan namanya dalam hati, merindukannya dalam sepi, mendo'akannya setiap hari. Hanya dia.
Mataku menatap kedepan lagi, memandang beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Seketika jantungku berhenti melihat seseorang yang sedang mengendarai motor. Langkahku terhenti dan aku mematung. Orang itu menengok ke arahku dengan sedikit terkejut. Lalu dia mengukir senyumnya yang menyejukkan hati, melambaikan tangan ke arahku tanpa memberhentikan motornya.
"Eh-hai Fia!" Sapanya penuh keramahan. Aku yang dipanggil hanya bisa melambaikan tangan kaku dan tersenyum kikuk. Dia langsung berlalu lagi, meninggalkanku dalam sebuah situasi yang tak ku mengerti.
Ini bukan mimpi?! Aku bertemu dengannya sejak sekian lama?! Dia mengingatku?! Beberapa kali aku menepuk pipi untuk memastikan, dan hasilnya ini adalah kenyataan. Hatiku seperti dibawa arus kebahagiaan, menghanyutkanku dalam sebuah pelipur rindu yang melegakan. Pertemuan singkat tak disengaja yang mungkin saja ini rencana Tuhan. Dia mengetahui bahwa aku sangat merindukannya, dan Dia memberiku kesempatan walau hanya sebentar. Ku rasakan pipiku memerah dan mataku mulai berlinang. Aku tersenyum penuh suka cita dengan air mata yang mulai keluar. Aku berlari kecil menuju rumah dengan wajah yang ku tutupi punggung tangan. Tetesan air mata itu mulai mengalir menyusuri pipi, membuatku harus menunduk menyembunyikan wajah yang menangis haru.
Dengan berlari, akhirnya aku sampai di depan pintu rumahku. Aku langsung masuk ke kamar dan menangis sejadi-jadinya. Bersyukur pada Tuhan yang mempertemukanku pada orang yang amat ku rindukan. Walau singkat, ini sudah cukup menjadi obat untuk hatiku. Mungkin Tuhan tahu aku mencintanya, walau orang yang kucinta tidak akan pernah tahu.
===========T H E E N D===========
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Song Fiction
Short StoryKetika bibirku bergetar karena ketidakmampuan memberikan penjelasan, lagu yang kudengarkan mungkin bisa membuatmu paham. Kasih, biarkan aku berbicara, bercerita, melalui musik. Kumpulan FlashFict dengan lagu-lagu pilihan telah berhasil dituliskan ol...