Kirameki - veronicatj

139 12 0
                                    

Kirameki by Wacci

========================

Seperti biasa, hari ini kumulai dengan biasa saja—tidak ada yang spesial. Aku hampir menghindari segala hal, membuat hidupku menjadi tidak berwarna sama sekali. Ya, meskipun aku punya teman, aku tetap saja lebih suka menyendiri. Sendirian membuatku merasa nyaman. Aku bisa mengekspresikan diriku dengan lebih leluasa—menggambar, bermain gitar, bernyanyi.

Seperti sekarang, aku mengasingkan diriku dan pergi ke atap sekolah sambil membawa gitar.

Alunan melodi dari petikan gitarku terdengar sangat merdu dan menenangkan. Ditemani angin semilir dan kelopak bunga musim semi yang berterbangan, membuatku seakan-akan melayang.

Sebenarnya, saat ini aku berharap ditemani oleh seseorang. Orang ini ... adalah satu-satunya teman terbaikku. Oh bukan, justru aku mengharapkan sesuatu lebih daripada teman. Orang itu adalah—

BRAK!

"Selamat pagi, Shika!"

"Pagi, Mikan,"—tanganku memetik gitar lagi—"tumben sekali kau ke sini."

Mikan kemudian mengambil posisi di sebelahku. "Ah, tiba-tiba lagi mau ke sini. Entah kenapa aku merasa terpanggil! Ehehehe ...."

Aku melirik Mikan sebentar, kemudian melanjutkan kegiatanku. Untuk beberapa saat, aku merasa waktu berputar sangat pelan. Aku bahkan bisa menghitung berapa kelopak bunga yang terbang melaluiku.

"Shikaku, apa kau ... pernah melihat pelangi?" tanya Mikan tiba-tiba.

Aku tertawa. "Apa? Coba ulangi?"

"Jangan tertawa, Shikaku! Tidak lucu, tahu!" Mikan kemudian menggembungkan pipinya. Karena gemas, aku mencubit pipi itu. "AW! SAKIT!"

Oops, mungkin terlalu kencang. "Maaf, maaf," ujarku, "tentu saja aku pernah melihatnya. Masa kau tidak pernah? Kampungan sekali sih."

Tiba-tiba angin bertiup sedikit kencang, dan menghempaskan lebih banyak kelopak bunga ke arah kami.

"Bukan begitu maksudku." Mikan menggelengkan kepalanya perlahan, kemudian merapikan rambutnya yang tertiup angin. "Maksudku, apa kau pernah melihat pelangi di depan matamu? Pelangi dalam artian seseorang yang membuat hidupmu berwarna. Walaupun tidak ada dia, kau masih bisa merasakan warna orang itu."

Mikan mendekatkan kepalanya dan menatapku lebih intens. "Pernah tidak?"

Aku tersenyum, kemudian menaruh gitarku dan segera merangkum wajahnya dan mendekatkan wajahku sendiri kepadanya. "Menurutmu ...," ujarku, "bagaimana, hmm?"

Tsunaideitai te wa kimi no mono datta yo,

nigirikata de nani mo kamo o tsutaeaeru sono te datta.

Hoka no dare demo nai kimi ja nakya dame da yo,

itsumademo soba ni itai to omoeta.

Mikan terbelalak, namun dengan cepat ia menutupi keterkejutannya dan menjawab pertanyaanku, "kurasa tidak ada."

Aku meringis mendengar jawabannya. "Kasian sekali hidupku."

Mikan tertawa nyaring—meskipun sebenarnya aku sedang tidak bercanda. Semburat merah di pipinya membuatnya semakin manis. Entah kenapa, gadis ini terlihat seperti bersinar di mataku.

Hatiku menjadi lebih tenang, dan aku merasa hidupku semakin cerah. Mungkin aku memang harus sering-sering membuatnya tertawa.

Tiba-tiba, aku teringat akan suatu hal. "Mikan?"

"Hmm?" gumamnya sambil cekikikan.

"Kau ... jadi pindah sekolah?" Mikan berhenti tertawa. Oh, mungkin ... pertanyaanku kurang tepat untuk situasi seperti ini.

Aku baru saja hendak mengganti pertanyaanku, namun ia segera menjawabnya. Jawabannya singkat, namun sanggup membuatku sedikit tertohok. Jawabannya adalah "Ya."

"Ayahku bilang, besok aku akan langsung pergi ke Tokyo, jadi ... mulai besok kita tidak bisa bertemu lagi deh." Mikan tersenyum—tetapi terlihat memaksa—dan saat itu juga angin menjadi sepoi-sepoi. Sebuah kelopak bunga tampak menabrak pipinya.

"Baiklah." Aku bangkit dari posisiku dan menyarungkan gitarku. Kemudian, aku meminta Mikan untuk ikut berdiri. "Kalau begitu ...,"

"Selamat tinggal. Terima kasih untuk segalanya, Mikan." Aku memeluk Mikan tanpa seijinnya. Aku memeluknya semakin erat. Aku belum siap untuk melepaskannya. Aku bahkan belum bisa mengatakan kepadanya tentang perasaanku. Oh, tidak—bukannya belum bisa, aku memang tidak bisa mengatakan hal tersebut padanya.

Mikan pun membalas pelukanku tidak kalah erat.

"Sayonara, Shika-kun ...."

Kiiteitai koe wa kimi no mono datta yo,

mimi o tsutai karadajuu o tsutsumuyouna sono koe datta.

Deai kara subete ga kakegaenonai hibi,

itsumademo kono mune ni aru yo,

arigatou ....

==========T H E  E N D==========

[3] Song FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang