Wrinkles - akaringocchi

160 16 0
                                    

Shiwa-BuzzG Sung by Gumi Megpod

==============================

Hari yang kuhabiskan bersamamu terasa begitu cepat. Hari itu aku tidak pernah menyangka akan jatuh cinta padamu. Menua denganmu.

「Berapa lama waktu telah berlalu?」

***

"Rasanya aku tidak bisa mencintai lagi," gumamku pada diri sendiri.

Kupikir akhir dari kuliah adalah awal dari karier dan asmara. Karierku oke lumayan lancar. Tapi sampai sekarang pun aku masih sendiri. Aku sudah berusaha dengan mengencani beberapa gadis, tapi tidak ada satupun yang menyangkut di hatiku. Apa aku akan menjadi perjaka tua?

Aku kembali memandang rinai hujan yang turun seperti tirai di depan teras kantor. Kenapa aku tidak membawa payung? Goblok. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal sambil memikirkan cara untuk menembus hujan ini. Menunggu hingga reda benar-benar membosankan.

"Um, Anda bergumam pada siapa?"

Aku membalikkan kepalaku ke sumber suara. Ada seorang gadis yang berdiri di sampingku, terlihat menunggu hujan untuk reda, sama sepertiku.

"Ah tidak, aku bergumam pada diriku sendiri," aku menjawab.

"'Aku tidak bisa mencintai lagi' maksudnya apa? Baru putus dari pacar ya?"

Aku memandang gadis itu. Mata cokelat lembutnya balas memandangku, hidung mungilnya tampak memerah, bibirnya yang tipis juga sedikit pucat, apa karena hujan? Entah kenapa rambut cokelat mudanya yang sedada terlihat begitu halus, membuatku ingin mengelusnya. Pakaiannya kasual sekali, apa yang dilakukannya di gedung kantoran seperti ini?

"Aku belum pernah melihatmu disekitar sini. Dari pakaianmu aku bisa menyimpulkan kau tidak kesini untuk bekerja. Jadi untuk apa?"

Gadis itu terlihat sedikit mengerucutkan bibirnya. "Tidak sopan, kau belum menjawab pertanyaanku."

Ah, dia mengganti 'anda' menjadi 'kau'.

"Aku tidak mengalami putus cinta, oke? Aku hanya berpikir kalau mungkin saja jodohku sudah mati karena sampai sekarang rasanya aku tidak bisa jatuh cinta. Lagi. Kau puas?"

"Pfft―ahahaha!"

"Apa yang lucu?"

Dia menggeleng, masih dengan kekehannya dia bertanya padaku, "Siapa namamu?"

"Ryo ... kau?"

"Hana. Aku kuliah di kampus sebelah. Semester tujuh."

Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman. Memperlihatkan deretan gigi atasnya yang putih. Senyuman termanis yang pernah kulihat.

Entah kenapa ... jantungku mulai berdebar aneh.

「Tetapi kau mengetuk lalu mendobrak pintu hatikuApa kau sadar? 」

***

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sudut restoran bintang empat ini. "Aah, sudah kuduga tempat ini terlalu mewah."

Hana tertawa kecil mendengar perkataanku. "Kau yang memilihnya. Aku kan sudah menyuruhmu untuk berpikir dua kali sebelum reservasi restoran mewah."

"Iya ... tapi sekarang aku jadi grogi." Aku ikut tertawa kecil bersama Hana. Kedua tanganku mengelus-elus paha. Aku tidak bercanda, aku benar-benar gugup saat ini. Sedikit takut juga.

"Jadi ... apa yang ingin kau katakan padaku?" Hana memainkan jarinya di atas meja.

"Um ...," aku mengatupkan kedua tanganku membentuk kepalan di atas meja, "Hana."

[3] Song FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang