16. sogokan

9 5 0
                                    

Aku tersentak kaget kala Reyga tiba-tiba berada di belakang ku. "Mau masak apa, cantik?"

"Rendang, tapi kayaknya kalian bakal laper" ujar ku yang sedikit tidak yakin. Reyga tersenyum manis. "Sini aku bantuin,"

Aku mengangguk pelan mengerti. Kami berdua saling membantu. Tak lama kemudian Senja datang setelah mengeluarkan panggilan alamnya. Dia pun ikut bergabung membantu kami. "Bentar pus, gue mau bangunin kebo" ujar Senja yang menghampiri Jaekal. "Jae, masih belum bangun?" Tanya Senja dengan nada pelan. Cowok itu tidak merespon. Sepertinya alam mimpi nya sedang membawanya saat ini. Senja menarik nafas dalam-dalam. "Jae, bangun atau gue siram air?" Ujar nya Senja yang mulai emosi.

"Jae, ayi bangun gih. Sebelum gue benar-benar nyiram wajah lo yang tampan ini.."

Jaekal mulai merespon. Tapi, cowok itu tidak membalasnya dengan perkataan melainkan senyuman. Matanya yang masih tertutup rapat itu tersenyum pada Senja. "Jae, bangun yuk. Rendang nya mau mateng. Gak pengen?" Senja masih memendam amarahnya. Pagi-pagi seperti ini dia tidak ingin emosi.

"Oke, gue seret juga nih anak" Gumamnya. Gadis itu menarik selimut Jaekal lalu melemparnya ke sembarang tempat.

Dan...

"SAKIT NJA!!" pekik Jaekal yang terdengar hingga dapur. Aku dan Reyga sontak keluar dapur untuk melihat apa yang terjadi. "Makanya bangun! Udah disuruh bangun lo gak bangun-bangun! Katanya sepuluh menit, nyatanya hampir tiga puluh menit." Omelnya tanpa henti.

Jaekal dari tadi hanya memegangi kupingnya yang mulai memerah akibat jeweran Senja. Aku dan Reyga hanya menggeleng heran. "udah Rey, kita lanjut aja masak nya" ucap ku, kembali ke dapur.

"Tega banget ay... Masa pacarnya di jewer,?" Ujar Jaekal memasang wajah imut. "Dih dih, sok imut lu."

"Kan gue udah bilang, sepuluh menit harus bangun. Udah dikasih gratisan masih aja nawar lebih" lanjutnya

"Sekarang bangun, mandi habis itu kita sarapan sama-sama," titahnya yang menarik tubuh Jaekal bangun. "Sama kamu ya?"

"MESUM BANGET OTAK LO!!!" Teriaknya yang langsung berlari menuju dapur.

Sementara itu, Jaekal tersenyum nakal. Dan merapikan rambutnya yang terlihat berantakan.


******



Pukul 9 tepat. Akhirnya sarapan siap tepat waktu. Walau sedikit ada kendala karena ulah Senja. Tapi itu bisa diurus oleh Reyga.

Mereka bertiga sudah menunggu di meja makan dengan piring masing-masing. "Nja, bantuin ambilin nasi" titah ku. Senja bangkit dari tempat duduknya lalu membantu ku di dapur.


"Jaekal!!" Seru Senja yang membuat ku kaget. Bukan aku saja yang kaget, tapi Jaekal dan Reyga pun ikut kaget dan langsung menghampiri nya. "ada apa?!!" Panik Jaekal yang langsung mengecek keadaan Senja.

"Maaf, gapapa kok... kesetrum sebentar," ujar nya dengan nada bergetar. Tubuhnya tiba-tiba saja melemas begitu saja. "Kenapa bisa kesetrum???" Panik Reyga

"Tapi, lo gapapa kan?" Tanya Jaekal yang begitu khawatir. Senja tersenyum lalu mengangguk pelan. Aku dulu juga pernah mengalami nya, rasanya sakit. Jantung seakan ingin pergi meninggalkan tubuh.

"Nja, tangan Lo.." ujar ku yang melihat ada luka ditangannya. "Ini yang lo bilang gapapa??" Omel Jaekal yang langsung menggendong Senja. "Duh, kok iri ya?" Gumam Reyga yang aku dengar.

Reyga melihat kearah ku. "Gak!" Tolak ku dengan tegas. Percayalah otak nya agak-agak.

Jaekal membawa Senja ke dalam kamar ku untuk diobati. Tapi mengapa kamar ku? Padahal ruang tamu ada? Jadi apa gunanya ruang tamu?

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang