7. Upacara

161 28 4
                                    

Disclaimer: ada penambahan karakter!

Kembali lagi pada hari Senin.
Yang membuat para manusia kembali ke aktivitas mereka seperti biasanya.
Setelah mendapatkan libur yang pendek kek sumbu kompor.

"Huh, Senin lagi Senin lagi"
Keluh [Name] sambil berjalan malas ke ruang kelas nya.
Kali ini [Name] datang kecepatan, karena orang tua nya yang terus menyuruh nya untuk berangkat.

Entah apa yang dipikiran orang tua nya [Name] katanya jalanan bakal macet lah, entar [Name] nya lelet, dan alasan lainnya.

[Name] nurut-nurut aja, walau hati agak jengkel.
Tapi, kalau orang tua sudah bertindak, sebagai anak [Name] hanya akan pasrah.

Sesaat [Name] sampai dikelas, [Name] melirik terlebih dahulu ke arah jam dinding yang berada di kelas nya.
Disana jam menunjukan pukul 06.50.

Yang berarti [Name] sangat amat cepat datang kesekolah daripada biasanya.
"Pagi banget ini masih, jam 06.50"
"Aku udah sampe di kelas"
"Biasanya juga jam 07.15 sampe"

[Name] pun segera duduk di kursi nya, sambil melihat sekeliling tidak ada satupun teman sekelasnya yang datang pada jam saat ini.

[Name] anaknya emang suka ngaret kalau hari biasa, tapi kalau hari Senin nggak bakal ada yang namanya ngaret.

Orang pasti bakal disuruh cepetan sama orang tuanya, ditambah juga hari ini ada upacara.

"Aku tidur bentar dulu, gapapa kan?"
"Yaudahlah"
Akhirnya [Name] pun merebahkan kepala nya dengan tangan sebagai bantalan nya.

Hening.
Hanya itu yang [Name] rasakan.
Dan, berakhirlah [Name] yang mulai terlelap menuju alam mimpinya

Lalu...

"[NAME]!!!"
"BANGUNN"
Teriakan yang sewaktu-waktu bisa saja bikin gendang telinga orang pecah kapan saja itu tertuju kepada [Name].

"Bangsat!"
"NOBARA!, bikin kaget aja!"
Pekik [Name] disana.
Gimana nggak kaget kan.

Itu teriakan bisa saja kedengaran sampai kelas sebelah, saking kerasnya.

Rasanya telinga [Name] pengang dibuatnya saat ini.
Punya teman benar-benar bikin [Name] naik darah aja pagi-pagi begini.

"Dipanggil buat upacara kita!"
Nobara pun menyeret [Name] paksa sebelum [Name] bisa membalas perkataan Nobara tersebut.

Untung aja topi [Name] udah bergelantungan di roknya.
Jadi nggak perlu repot-repot lagi buat ngambil.

"Ish!, lepasin dulu napa"
[Name] pun memaksa Nobara melepaskan tarikan nya dari dirinya karena mereka udah sampe juga di lapangan.

"Maju dikit [Name]"
[Name] pun menurut pada Nobara, dan langsung memajukan selangkah kedepan.

"LAH, KITA DIDEPAN?!"
Kaget [Name] dengan wajah yang tak bisa dijelaskan artinya.
Intinya [Name] kaget disini.

"Iyaa, soalnya giliran kita didepan"
Yah, jadi kalau dikelas mereka tuh ada giliran buat didepan, jadi semuanya pasti kena.

"Bangke lah"
Umpat [Name] kesal.
Masalahnya itu yah, kalau didepan tuh udah susah gerak sesuka hati, terus matahari nya tuh serasa ada didepan muka.

Panasnya minta ampun!.
Tapi, [Name] juga nggak bakal bisa bantah juga.

Karena kali ini giliran [Name] dan Nobara didepan.
Pasrah aja sudah pada tuhan yang maha esa.

Dan berdoa seenggaknya langitnya agak mendung mendung.
Atau nggak hujan aja sekalian, lebih mantap itu.

Ngelunjak emang nih bocah minta doanya.

"Padahal baru awalan tapi udah keringetan aja"
Eluh Nobara di samping kanannya.
[Name] disana hanya bisa menganggukkan kepalanya.

[Name] udah nggak bisa berkata-kata lagi.
Udah lemes juga dianya.
Saking lemas nya mata nya mulai berkunang-kunang.

Padahal tadi dirinya udah sarapan, perasaan pas sarapan [Name] makannya banyak deh.
Masa lemes gini badan jadinya.

Apa faktor jarang makan pagi?.
Entahlah, [Name] juga udah nggak bisa berpikir saking lemas nya.

Saat ini pembina upacara tengah memberikan nasihat atau arahan bagaimana cara mensejahterakan sekolah, dll.

Seperti kebanyakan nasihat para pembina lah yah.
Pasti nya berkaitan dengan sekolah, masa berkaitan tentang rumah tangga.

"Kamu sakit yah?"
Tanya orang disebelah [Name].
Bukan ini bukan suara Nobara, melainkan suara laki-laki disamping kiri [Name].

Laki-laki ini dari kelas sebelah, karena posisi barisan [Name] yang berada disamping kelas sebelah.

"Oh, enggak terlalu"
"Cuman agak lemas aja"
Jawab [Name] sambil tersenyum canggung pada laki-laki disebelahnya.

"Mau ku antarkan ke belakang, anggota PMR bisa bantu kamu disana"
Tawar lembut pemudah disamping nya itu.

[Name] sempat terkecoh disana.
Suara pemuda itu lembut sekali.
"Makasih, tapi aku akan baik-baik saja"
"Nama mu siapa?"

"Suo Hayato"
"Nama mu?"

"[Fullname], panggil aja [Name]"
"Anu, Suo. Kamu murid baru kah?"
Tanya [Name] karena menurut [Name] muka Suo asing sekali baginya.

"Oh itu, iyaa"
"Aku baru aja pindah kesini"
"Bisa dibilang hari ini hari pertama ku, salam kenal yah [Name]"
Suo disana tersenyum ramah.
[Name] yang awalnya lemas mukanya tiba-tiba memanas.

'Bejirr, manis amat nih cowok euyy!'.
Batin [Name] terpana.
Seperti nya lemas nya bisa sembuh karena melihat yang manis-manis.

Sampai upacara pun selesai.
[Name] masih teringat senyum manis Suo.

TBC.

Penambahan karakter:

• Suo Hayato
Kelas: 10 MIPA 3

Ekskul: Karate

SMA!i (local au)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang