14. Abang

76 12 1
                                    

Disclaimer: ada penambahan karakter!

[Name] adalah anak kedua dari dua bersaudara, yang otomatis membuat dirinya menjadi jadi anak bungsu.

Kata-kata orang-orang sih jadi anak bungsu itu enak. Itu kalau [Name] dengar, orang itu bisa-bisa langsung digetok oleh [Name].

Enak sih enak, tapi nggak enak nya juga banyak kali.

Contohnya aja ini.
"Huh?"
"Tapi mah, masa aku yang disuruh jemput Abang!?"

"Mau gimana lagi, mama sama papa nggak bisa soalnya, disini masih macet nak."
"Tolong jemput Abang mu ya, di kampus nya, motornya mogok soalnya."
Mendengar itu emosi [Name] mulai naik. Bukan karena disuruh untuk menjemput Abangnya saja, tapi motor yang mogok itu adalah motornya [Name].

Motor Abang nya mah ada tuh bertengger di garasi rumah.
Tapi, malah nggak dipake soalnya...
"Itu bensin nya tinggal dikit, males ngisi."
Kan kocak ya.
Itu motor lu bego.

"Nggak bisa apa pakai
ojek online aja."
[Name] masih mencari solusi untuk tak menjemput Abangnya.

Dirinya malas banget untuk ke kampus Abang nya itu, sudah jaraknya jauh lagi, ditambah kalau ketemu teman-teman dari Abang nya bisa-bisa dirinya digenitin.

Bukan mau kepedean, tapi ini fakta.
[Name] sudah mengalaminya untuk kesekian kalinya.

Ogah banget [Name] digenitin lagi ama mereka, tai.

"Katanya duitnya nggak cukup
buat bayar ojek online."
Lagi-lagi ada aja alasannya.

"Tapi kan ada--"
Belum sempat [Name] menyelesaikan ucapannya, telpon sudah terlebih dahulu dimatikan oleh sang Ibunda.

"Iihh!!! Kok dimatiin sih."
"Ck, yaudah deh kepaksa jadinya jemput si jamet satu itu."
"Sialan!"
[Name] pun akhirnya bersiap-siap untuk menjemput si Abang tercinta.

Selama diperjalanan menuju kampus Abangnya, [Name] tak henti-hentinya ngedumel, entah dalam hati maupun bicara secara langsung.

Bahkan ada beberapa pengendara yang salfok sama [Name] yang terus ngedumel tanpa henti, ditambah raut wajahnya yang menampakkan kekesalan.

'Lagi pms kayaknya tuh cewek'
Pikir orang-orang saat itu.
Padahal mah nggak pms.
Kalau nggak pms aja begini, apalagi pms. Bisa bisa diobrak-abrik nih dunia ama [Name].

Untung aja motor Abangnya berjenis matic, sama dengannya. Beda modelnya aja sih. Jadinya [Name] nggak kesusahan untuk mengendarai nya.

Setengah perjalanan pun terlewati.
[Name] akhirnya memutuskan untuk melipir untuk mengisi bensin terlebih dahulu.

Dirinya tidak singgah ke SPBU, tapi ke abang-abang yang jualan bensin eceran di pinggir jalan saja.
Males dia kalau di SPBU, soalnya harus ngantri dulu.

"Berapa jadinya bang?"

"12 ribu aja neng."
[Name] pun memberikan uang pas pada si penjual. Setelah itu [Name] berterimakasih dan langsung saja pergi dari sana.

Setelah melewati perjalan penuh emosi, akhirnya [Name] sampai didepan kampus Abangnya.

Dan dimana Abang nya itu sekarang.
Nggak tahu apa hari ini cuacanya lagi panas-panasnya.

Tak berselang lama ada seseorang yang menghampiri, dan tak salah lagi itu adalah Abang nya.
"Dasar lelet!"

"Hehe, maaf ya dek."
Abang nya cuman bisa tersenyum sambil menampilkan sederet gigi putihnya yang tersusun rapi.

"Sini, Abang yang bawa."
Disaat sang Abang ingin mengambil alih motor tersebut, terlebih dahulu ada yang memanggil nya yang membuat nya membatalkan tindakannya tadi.

"Ume!"
Teriak seseorang dari kejauhan sambil berlari mendekat kearah kedua kakak beradik.

"Oy, apa!"
Sahut yang punya nama.
Ya, nama Abang dari [Name] adalah Ume, atau lebih tepatnya Umemiya.

Saat orang tersebut sudah mendekat kearah mereka, [Name] langsung kaget dibuatnya.
"Oh no..."

"Nih charger lu, makasih bro udah minjemin tadi."
Ucap orang tersebut sambil menyerahkan charger kepunyaannya Umemiya.

"Yoi, sama-sama."

"Eh, ada adek manis."
Sapa orang tersebut sambil melihat kearah [Name] yang berada disamping Umemiya.

'Bajingan lah!'
Batin [Name] mengumpat.

"Ngapain kesini, cantik?"
Pertanyaan tersebut sama sekali tak digubris oleh [Name], dirinya hanya menatap kesal pada orang tersebut.

"Jangan galak-galak dong manis."
Goda orang tersebut makin menjadi-jadi.

"Adek lu punya pacar nggak bro?"
"Pengen gue pacarin rasanya."

"Otoya, stop deh godain adek gue."
"Lu juga udah ada gebetan juga, masih aja."
Akhirnya, Umemiya angkat bicara setelah diam saja sedari tadi.

"Tapi kalau adek lu kosong, call gue ya."
"Gue pergi dulu ya, masih ada kelas nih, bye."
Ucap Otoya sambil mengedipkan matanya pada [Name], sebelum pergi dari sana.

"Sini dek motornya."
Umemiya pun akhirnya mengambil alih motor tersebut, sebelum menjalankan motor tersebut dirinya terlebih dahulu memakai helm miliknya, dan setelahnya motor pun dijalankan oleh Umemiya.

"Motor adek gimana?"
Tanya [Name] menanyai kondisi motor miliknya.

"Motor adek?"
"Udah Abang anterin ke bengkel sama temen Abang tadi."
"Maafin Abang ya, motor adek harus diservis jadinya."
[Name] disana hanya diam sambil mengeratkan penganggan nya pada jaket yang tengah dipakai oleh Umemiya.

"Iya, gapapa."
Jawab [Name] singkat.

Walau Abang nya suka minjam barangnya tanpa sepengetahuan dirinya, tapi kalau ada apa-apa dengan barangnya tersebut, abangnya juga lah yang memperbaiki nya.

TBC.
Singkat dulu ygy.

Hajime Umemiya
Jurusan: Ilmu Komunikasi
Status   : Kakak laki-laki dari [Name].

Otoya Eita
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Status     : Temen dekat Umemiya.

SMA!i (local au)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang