13; Cemburu

152 21 4
                                    

Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, [Name] benar-benar dihantui rasa malu untuk kedua kalinya.

Bukan kenapa-napa, tapi rasanya ada saja rasa malu ketika berpapasan dengan Yuuta.

Padahal Yuuta terlihat biasa saja.
Itu kan Yuuta ya, beda lah sama [Name].

[Name] rasanya mau jungkir balik, kalau dirinya bisa.
Tapi karena dirinya payah dalam bidang olahraga, jadi nya [Name] cuman bisa teriak-teriak nggak jelas.

Sampai ibunya [Name] mengira anaknya baru saja terbentur sesuatu, yang membuat saraf anaknya korslet.

Apalagi beberapa hari ini, entah kebetulan atau sial. [Name] malah sering bertemu dengan Yuuta, yang notabene nya adalah orang yang ingin [Name] hindari.

Kenapa takdir seperti sengaja mempertemukan mereka disaat keadaan nya begini!

Mana setiap ketemu Yuuta pakai acara menyapa [Name], [Name] tentu menyapa balik.

Karena [Name] adalah murid yang baik hati, sopan, dan tentu nya berbakti pada orang tua dan guru.

"[Name]."
Baru saja dibilangin kan...

"Aa, kak Yuuta."
Senyum [Name] tampilan kan disana.
Walau sebenarnya itu senyum palsu.

Padahal aslinya [Name] ingin kabur.
Tapi entar image nya hancur untuk kesekian kalinya didepan Yuuta.

Lebih baik jangan.
Dirinya sudah terlalu banyak menghancurkan image nya didepan orang.

"Apa kabar kak Yuuta?"
Basa-basi [Name].

Sesaat kemudian [Name] benar-benar menyesali perbuatannya.
'KOK PAKAI BASA BASI SEGALA, ANJ!'

"Baik, kamu gimana?"
Tanya Yuuta balik.

"Baik juga kak."
Dan setelah itu keadaan terasa lebih canggung daripada biasanya.

Sampai bulu kuduk [Name] berdiri semua.
Lu canggung apa merinding neng?

'Please seseorang tolong aku!'
Jerit [Name] dalam batinnya.
Dirinya pengen kabur, pliss.

"[Name], ada yang mau ku--"
Sebelum selesai Yuuta berucap, ada seseorang yang memotong nya.

"[Name]!"
Sapa seseorang sedikit berteriak dari arah belakang Yuuta.
Sontak keduanya melihat kearah si pemanggil.

Siapa orang itu?

"Suo!"
Kaget [Name].
Saat mengetahui yang menyapa nya itu adalah Suo.

Entah darimana Suo tiba-tiba muncul begitu saja didekat sana.
Padahal [Name] terus menatap kearah sana, tapi tak melihat Suo.

Apa mungkin dirinya salah liat, karena situasi terlalu canggung, jadinya dirinya sampai-sampai tak mengenali Suo yang sudah menjadi temannya 2 bulan terakhir ini.

"Lama tak jumpa, [Name]."
Ucap Suo saat sudah berada
didekat [Name].

Tapi disana [Name] tentu saja tak sendirian, yang tak bukan disana ada Yuuta juga.

Suo yang menyadari bahwa telah menganggu keduanya segera meminta maaf.
"Maafkan aku, kalian jadinya terganggu."

"Tidak Suo!"
Sanggah [Name] langsung.
Malahan Suo seperti penyelamat baginya, karena jika tidak [Name] bisa saja terus-terusan terdiam membeku.

"Benarkah? Syukurlah kalau begitu."

"Tadi kak Yuuta mau bilang apa ya?"
Tanya [Name] mempertanyakan apa yang mau dibilang oleh Yuuta sebelumnya yang sempat terpotong.

"Lain kali saja."
"Aku lupa harus mengembalikan buku ke perpustakaan."
"Sampai jumpa, [Name]."
Yuuta pun segera pergi dari sana sambil melambaikan tangannya kearah mereka, atau lebih tepatnya ke arah [Name].

"Kalian pacaran ya?"
Pertanyaan tiba-tiba dari Suo itu langsung membuat [Name] kaget.

"Tidak!"
"Kami hanya...teman!"
"Iya... teman! tak lebih."
Sanggah [Name] gugup.
Kenapa tiba-tiba dirinya gugup begini.

Padahal itu adalah pertanyaan biasa saja. Kenapa dirinya merasa wajahnya memerah sekarang!

Jangan bilang...
NOPE!
JANGAN!

"Sudahlah, ayo temani aku ke kantin."
Suo pun mengangguk sebagai jawaban dan mereka pun mulai berjalan menuju kantin.

Disepanjang perjalanan mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, terlebih dengan Suo.

'Rasanya tadi melihat mereka berdua tadi, sesak ya..'
'Suo, kau kenapa sih!'
Tiba-tiba saja Suo menepuk kedua pipinya, hingga terlihat kedua pipinya memerah akibat tepukan dari dirinya.

"Suo, kau kenapa?"
Tanya [Name] melihat kelakuan Suo yang tiba-tiba menepuk kedua pipinya sendiri.

Mereka baru saja selesai membeli belanjaan, atau sebenarnya cuman [Name] yang belanja.

Karena Suo bilang dirinya puasa.
Puasa sunah lu bang?

"Astaga, Suo!"
"Pipi mu merah, makanya jangan ditepuk begitu dong!"
Tegur [Name] sambil meletakkan sebuah minuman dingin yang baru saja dirinya beli ke salah satu pipi Suo yang memerah.

Secara telaten [Name] bergantian meletakkan botol minuman dingin tersebut ke kedua pipinya Suo.

Akibat perlakuan dari [Name] begitu, tanpa sadar pipi Suo bertambah merah.

Kali ini bukan ditepuk, tetapi akibat dirinya bersemu.
"Suo pipi mu tambah merah!"
Kaget [Name].

Padahal dirinya yakin, tadi merahnya sudah mulai hilang.
Eh, tapi sekarang malah tambah parah.

"Mau ke UKS aja nggak?"
"Takutnya kenapa-napa."
Panik [Name] disana.
Ternyata perempuan satu ini tidak peka man teman.

Makanya dirinya gagal terus dalam hal percintaan.
Sabar yh neng.

"Tidak."
"Begini saja udah cukup."
Ucap Suo sambil menakup tangan [Name] yang masih berada di pipi nya, dan jangan lupakan botol minuman dingin dari [Name] disana.

"Terimakasih sudah mengkhawatirkan ku."
Suo tersenyum lembut disana.
Yang tentu saja hal tersebut membuat jantung [Name] seketika dugem didalam.

Berselang 3 menit.
Akhirnya mereka melepaskan tautan sama lain tadi.

"Ayo kita ke kelas."
Ajak [Name] yang tentu diangguki setuju oleh Suo.

Disisi lain ada seseorang yang melihat kejadian tersebut dari awal.
"Seharusnya aku yang disana..."











TBC.
Tipis-tipis dulu yh

SMA!i (local au)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang