03 › Kehilangan.

637 37 4
                                    

Kata orang tua masa muda adalah masa paling rawan, masa yang masih belum menemukan jati diri sebenarnya, masa yang masih bingung membedakan pergaulan baik dan buruk, masa yang bisa membuat kehidupan seseorang bisa hancur; seperti Arwalla Khana.

Pemuda Khana itu berjalan teratih menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar milik Sastra, sementara pemuda Aksara itu masih tertidur pulas karena jadwal kuliahnya hari ini dibatalkan.

"Sh~" Ringis Arwalla sesampai di kamar mandi, ia menutup bahkan mengkunci kamar mandi karena takut jika Sastra secara tiba-tiba bangun dan memasuki kamar mandi.

Arwalla berdiri di depan cermin full body yang ada di dalam kamar mandi, ia perlahan membuka bathrobe yang ia kenakan beberapa menit lalu. Seusai bathrobe terlepas dari tubuhnya, mata Arwalla disuguhkan mmh.. karya luar biasa tercetak jelas pada bagian leher bahkan sampai bagian pahanya, kissmark yang dibuat Sastra terlihat sangat jelas sampai membuat Arwalla berpikir dua kali.

"bagaimana aku menyamarkannya? foundation.." Monolog Arwalla terhenti, bukti bercintanya bukan hanya kissmark tapi lubangnya yang sakit membuatnya tidak bisa berjalan dengan normal dan itu terlihat sangat jelas bahwa ia baru saja bercinta, jangan lupakan bibirnya yang lumayan bengkak karena Sastra si good kisser menggempur bibirnya secara kasar semalam.

Arwalla menunduk sembari menghela nafas berat. "Hufttt, bolos..?" Monolognya lagi sembari mengusap tanda merah pada bagian paha.

Tok.. Tok.. Tok..

"Lo mandi atau nyolo, La? Lama banget."

Arwalla tersentak dan gelagapan saat Sastra mengetuk pintu dengan iringan suara berat khas bangun tidur yang melontarkan kalimat seenaknya saja.

"Um, ya.. sebentar." Saut Arwalla agak keras sebelum berjalan menuju shower, ia harus segera membersihkan lubangnya dari lelehan sperma Sastra yang sudah kering. Di tengah acara mandinya, Arwalla tidak sadar jika ternyata Sastra masih ada didepan pintu kamar mandi.

"Lubang lo butuh diobatin gak?"

Sastra itu sebenarnya baik tapi kadang bajingannya aja yang lebih sering kelihatan.

"Ngga.." Tolak Arwalla, bukan apa tapi ia lebih takut jika nanti Sastra kebablasan.

"Oh ya, gue gak bisa anter lo, gue harus anter Shada. Nanti ada supir gue ke sini buat anter lo." Ujar Sastra lagi, tanpa menunggu jawaban dari ArwallaㅡIa keluar kamar menuju kamar mandi yang ada di dekat dapur, ia juga harus segera bersiap untuk menjemput dan mengantar kekasihnya ke kampus meskipun hari ini ia tidak memiliki jadwal kampus.

Di sisi lain, Arwalla baru saja keluar dari kamar mandi. Ia berjalan menuju almari milik Sastra, mengambil pakian cadangan yang sengaja ditinggalkannya di apartemen Sastra.

Dipakainya pakaian itu pelan-pelan sampai rapi, Arwalla menatap pantulan kaca dirinya saat membalut kissmark yang dibuat oleh Sastra dengan foundation, ia jadi teringat bahkan memikirkan Shada.. bagaimana pun Sastra masih berhubungan dengan Shada, lalu.. dirinya juga berhubungan dengan Sastra meskipun hanya urusan ranjang.

Pihak ketiga, itu yang dipikirkan Arwalla setiap bertemu ShadaㅡTeman baiknya yang selalu menolongnya saat kesusahan, ia selalu membayangkan bagaimana respon Shada jika pemuda itu mengetahui dirinya berhubungan dengan Sastra? Apa Shada akan tetap memperlakukannya dengan baik setelah ia memberikan penjelasan tentang hubungannya dengan Sastra? Atau sebaliknya? Memperburuk kondisi Arwalla?

"Maaf, Sha.." Seusai memikirkan Shada, Arwalla meraih tas yang sudah ia siapkan semalam sebelum pergi ke rumah SastraㅡTas yang berisi buku catatan dan tablet.. semua sudah dipersiapkan dengan baik, sudah terbiasa.

16. Youth, dendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang