10 › Beruntung.

354 23 3
                                    

Ingin rasanya merutuki dirinya sendiri setiap mendapat berbagai jenis perhatian sederhana yang akhir-akhir ini Allan layangkan padanya. Hal itu tentunya membuat Arwalla kebingungan saat harus merespon, menerima atau bahkan mempercayai hal yang menyangkut tentang perhatian yang ditujukan padanya.

Sejujurnya juga sangat sulit bagi Arwalla untuk mempercayai sebuah perhatian sederhana dari pemuda yang pernah melecehkannya itu, Arwalla bahkan seringkali waspada jika niat Allan yang memberikan dirinya perhatian itu hanya perlakuan semata demi mendapatkan sesuatuㅡSeperti yang sudah pernah Arwalla alami bersama Sastra yang selalu memberikan perhatian tertentu saat menginginkan sesuatu dari Arwalla.

Sangat disayangkan, jujur saja jika faktanya Allan itu memang tampanㅡTapi, perilakunya tidak jauh berbeda dengan Sastra yang juga tampan; Mereka berdua sama-sama bajingan bahkan kedua pemuda itu sama-sama sudah melecehkan Arwalla. Mereka berdua itu Bajingan ya?

"Kenapa pakai korset?"

Arwalla tersentak, buru-buru ia membenarkan pakaiannya saat mendapati pemuda tinggi tengah berdiri di ambang pintu kamarnya. Arwalla berbalik dengan ekspresi polos meski faktanya ia lah dalang peledakan dari cabang perusahaan Orion juga peneroran terhadap keluarga Askara, "Sejak kapan kamu di situ?" Tampang dan nada polosnya itu berusaha menutupi keterkejutannya.

"Saya di sini sejak kamu melamun di depan cermin seperti akan mengenakan korset, kamu mau pakai korset ya?" AllanㅡPemuda itu berjalan memasuki kamar dan melangkah lebih dekat untuk menghadap Arwalla bahkan dengan lancang tanpa persetujuan ia mengambil alih korset yang sedari tadi dipegang submissive Khana itu.

"Jangan pakai benda ini, tidak baik untuk bayi yang ada didalam perutmu." Tukas Allan menyadarkan Arwalla yang hanya mengrejap polos, "Lagipula kenapa kamu ingin memakai benda ini? Perutmu belum sebesar itu, tidak ada yang sadar."

"Um.."

Allan menggeleng pelan tanpa membiarkan pemuda kecil yang ada di hadapannya itu mengeluarkan sebaris kalimat. "Kalau kamu malu berangkat kampus dalam keadaan saat ini, kamu tunda studi saja ya?" Tawar Allan menghasilkan gelengan ribut dari sang submissive yang terlihat tidak setuju.

"Aku masih mau kuliah sekarang.. aku gak malu kok, jangan tunda studi." Tolak serta bujuk Arwalla pada Allab yang kini menatapnya dengan tatapan kurang percaya atas ungkapan sang Khana.

"Jangan berbohong jika kamu tidak malu, jujur saja agar kamu tidak banyak pikiran yang membuat bayi terganggu."

Arwalla menggangguk paham, "Aku serius kalau aku tidak malu dengan keadaanku saat ini!" Kekehnya dengan intonasi menegas seperti saat ia sedang berbicara pada Bastian mengenai rencana yang disusun untuk menghancurkan Askara, tegas.

Akan tetapi nada tegas dari Arwalla itu masih tetap membuat kedua mata Allan menatap pemuda Khana dengan tatapan kurang percaya, "Kamu tidak sedang berbohong?"

Lagi-lagi Arwalla menggangguk, "Kenapa aku berbohong padamu?"

Allan menghela nafas samar, "Baiklah. Saya meminta ijin untuk menyimpan benda jahat ini agar tidak membuat bayi kesempitan di dalam tubuhmu." Celetuknya pelan membuat Arwalla menahan tawanya.

"Kamu tidak pergi ke kampus?"

"Mengapa kamu bertanya seperti tidak tahu jadwal saya pergi ke kampus?" Balik tanya Allan saat sadar jika submissive di hadapannya itu sedang mengalihkan topik, "Hari ini saya tidak ada jadwal." Ungkapnya.

Arwalla mengalihkan atensinya dari Allan sembari berdehem canggung meski akhir-akhir ini sudah sering berinteraksi dengan salah satu dari dua orang yang pernah melecehkannya. "Uhm, Kak Bastian ke mana?" Alihnya berupa pertanyaan mengenai si sulung Zedklen.

16. Youth, dendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang