07 › Mengembalikan.

392 29 2
                                    

Sejatinya di dunia ini tidak ada yang baik tanpa niat tersembunyi, karena semua orang memiliki ego yang dapat membuat dirinya menjadi tokoh jahat dikehidupan seseorangㅡRata-rata orang di dunia ini kalah dengan egonya sendiri, berbuat semena-mena pada seseorang tanpa tahu jika ia telah menjadikan dirinya sendiri sebagai tokoh antagonis di kehidupan orang yang telah ia semena-menakan.

Pagi ini di rumah Zedklen terasa dingin saat si putra yang hampir tidak pernah mengunjungi rumah tempat ia dilahirkan menuruni tangga menuju ruang makan.

Bastian sebagai kakak pertama berdehem saat melihat adiknya berjalan ke arah meja makanㅡ"Pagi, jam berapa kamu datang ke sini?" Sapanya saat sang adik duduk di hadapannya.

Allan menautkan alisnyaㅡTidak begitu ingat jam berapa ia datang ke rumah sang ayah.

"Bibirmu bengkak, habis melecehkan siapa?" Celetuk Bastian yang tiba-tiba menyinggung paras tampan sang adik yang terlihat berbeda.

Allan tertegun saat mendengar lemparan pertanyaan dari Bastian. "Maksudmu apa? Gila apa aku sampai melecehㅡ" Sanggahan Allan yang belum terselesaikan dipotong oleh sang kakak.

"Bukannya kamu memang gila? Pertama melecehkan Sona dan sekarang kamu melecehkan Arwalla?"

"Hah?" Allan mengrenyit dan memproses perkataan Bastian, "Arwala siapa?"

Alih-alih menjawab ketidaktahuan Allan, Bastian justru to the point. "Jam setengah tiga pagi aku melihat Arwalla keluar dari kamarmu, keadaan berantakan dan jalannya tidak seperti biasanya." Jelas Bastian dengan tatapan sulit diartikan oleh Allan yang terdiam, "Bisa-bisanya kamu melakukan hal tidak senonoh pada tamu rumah ini, Allan.. apalamsetelah kepergian Yahfa yang bahkan belum ada sebulan?" Masih dengan ekspresi tenang tanpa terlihat marah Bastian mencerca Allan yang mulai teringat secara samar-samar kejadian panas semalam yang penuh paksaan serta rintihan memohon, "Setidaknya jika kamu sedang benar-benar membutuhkan pemuas nafsuㅡPergilah ke bar dan sewa jalang, bukan melecehkan tamu rumah iniㅡ"

"Selamat pagi, kak Bastian." Sapaan halus memasuki rongga Bastian yang belum selesai mengomeli Allan.

Allan yang mendengar spontan menoleh dan mendapati seorang pemuda berpakaian santai, Allan menatap lekat paras pemuda ituㅡTanpa tahu jika tatapannya itu membuat pemuda yang tidak lain adalah Arwalla tegang setengah mati karena mengingat kejadian malam tadi.

Bastian yang sadar akan gelagat Arwalla saat ditatap Allan spontan menyeletuk, "Duduk.. Walla, di sebelahku sini." Titahnya membuat Allan tersadar dari tatapannya yang menatap lekat Arwalla, meski sadar ia tetap menatap gerak-gerik pemuda bernama Arwalla yang terlihat kaku dan ragu.

"Um.. ya." Saut Arwalla bergegas duduk di sebelah Bastian dan berusaha mengabaikan kehadiran Allan.

"Jangan membuat Arwalla takut dengan tatapanmu, Lan."

Arwalla yang mendengar nada datar Bastian yang berbicara pada Allan memilih diam dan kembali memendam segala amarahnya terhadap putra kedua Zedklen yang kini benar-benar sudah sadar dari pengaruh alkoholㅡAh.. tunggu, apa dia mengingat kejadian semalam yang ia lakukan pada Arwalla?

youth

Garis dua tandanya positif, bahu Shada merosot saat benda kecil pipih persegi panjang menunjukkan hasil dari test yang ia lakukan pagi ini. Nafasnya tercekat karena fakta yang baru saja ia dapatkan setelah akhir-akhir ini merasakan tubuhnya juga moodnya yang tidak begitu baik.

Shada mengusap kasar wajahnya sembari menghela nafas berat, ia mengacak surai hitamnya saat menatap wajahnya lewat pantulan kaca kamar mandi. Perlahan penyesalan munculㅡPerlahan ingatan mengenai perkataan Sastra terputar dibenaknyaㅡ"Dan kamu justru menyerahkan diri kamu ke Esaa disaat aku bener-bener ngejaga kamu, Sha?" Lemas.

16. Youth, dendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang