05 › Fakta.

479 35 5
                                    

Pagi hari suhu udara di Bandung cukup dingin untuk menyapa kulit Arwalla yang lebih sering merasakan panas. Bangun dan membersihkan tubuhnya, Arwalla langsung mengemasi kopernya dan melakukan check out dari hotel menuju alamat sang pengasuh dengan menaiki taksi.

Bandungㅡ"Kalau aku dulu punya pengasuh.. berarti aku anak orang kaya? Ya Tuhan.." Monolog Arwalla sembari berkhayal mengenai latar belakang kehidupan aslinyaㅡDulu, saat masih kecil.

"Sampai, kak." Celetuk supir taksi membuat Arwalla bergegas memberikan uang dan turun membawa tas kopernya.

Dilihatnya rumah sederhana yang menjadi tujuannya pergi ke Bandung, Arwalla menarik nafas panjang sebelum memasuki teras dan mengetuk pintu utama rumah tersebut.

Tok.. Tok.. Tok..

Tiga kali ketukan pelan, Arwalla berdiam diri di depan pintu sebelum tangannya kembali terangkat untuk mengetuk kembali.

Tok.. Tok.. Tok..

Ketukan lumayan keras, "Permisi..?" Ujar Arwalla dengan berani mendapatkan sautan suara seseorang dari dalam rumah tersebut.

"Iya, sebentar.." Suara seorang pemuda sebelum disusul pintu utama rumah tersebut terbuka. Pemuda lebih tinggi keluar dari rumah dengan alis menyatu saat mendapati seorang pemuda asingㅡArwalla berdiri di depan pintu dengan koper di sebelah kakinya, "Mencari siapa ya?"

Arwalla berdehem tidak yakin, "Saya Arwalla Khana.. apa ini rumah perempuan bernama Sasmita?" Tanyanya langsung dibalas anggukan oleh sang pemuda.

"Ada kepentingan apa ya dengan ibu saya?" Oh.. jadi, pemuda itu putra dari Sasmita?

"Tentang Khana.." Balas Arwalla sedikit ragu

Pemuda itu mengangguk, "Kalau begitu saya panggilkan ibu dulu.. kamu duduk saja." Ujarnya mempersilahkan Arwalla duduk di kursi yang ada diteras rumahnya, setelah itu ia masuk ke dalam rumah.

Arwalla menghembuskan nafas lega sebelum duduk di salah satu kursi. Selang beberapa menit kemudian seorang wanita paruh baya keluar.

"Den.." Panggil wanita paruh baya itu dengan nada pelan membuat Arwalla spontan berdiri dan menoleh.

"Bu Sasmita?" Tanya Arwalla untuk mencari validasi.

Perempuan itu mengangguk cepat sembari memegang kedua bahu Rakasa dengan raut wajah tak percaya, "Ya Allah.. den.. maafkan saya yang membuat aden kerepotan datang ke sini."

Arwalla menggeleng pelan, "Tidak.. Bu.. saya ke siniㅡ"

"Bertanya mengenai keluarga aden?"

"Ah?" Arwalla mengrenyit lalu membenarkan ucapan Sasmita, "Iya.. saya datang ke sini untuk menanyakan tentang keluarga saya.. apa bu Sasmita tahu?" Setelah menyelesaikan ucapannya, Arwalla melihat raut wajah Sasmita yang awalnya tidak percaya menjadi khawatir. "Bu.. apa yang terjadi pada keluarga saya?" Ujarnya lagi.

Sasmita menatap Arwalla, "Aden.. benar ingin tahu apa yang terjadi pada keluarga Khana?" Tanyanya memastikan, melihat Arwalla mengangguk mantap, Sasmita menarik nafasnya, "Bagaimana jika aden mendengar langsung dari pengacara pribadi keluarga Khanaㅡkeluarga aden?"

youth

"Bajingan."

Essa mendengus, "lo ngurus satu budak aja gak becus." Cacinya pada Sastra yang saat ini tengah mondar-mandir di depannya. "Lagian sebelum berangkat ke Bandung itu pamit sama Arwalla dulu, goblok." Lanjutnya berhasil menghentikan langkah Sastra yang kini sudah menoleh ke arahnya. "Sekarang lihat, kan? Arwalla bener-bener kabur? Ninggalin kartu kredit punya lo, bahkan dia cuma bawa barang-barang pribadinya." Essa menghela nafas.

16. Youth, dendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang