Hi, karena sudah cukup lama... Kenapa tidak?
So, let's go to the chapter ngahahah.
——————————
Aku langsung mengemasi barang-barangku dengan cekatan. Karena bel pulang sudah berbunyi sedari tadi. Yah, sekolah sudah sepi pastinya, karena kelasku kedapatan jam tambahan karena gurunya sedang kesal. Aneh, padahal jika gurunya kesal, kenapa jam pembelajaran jadi ditambah? Bukankah seharusnya gurunya malas melihat wajah-wajah muridnya? Ah, lupakanlah.
Sekolah benar-benar sepi kulihat-lihat. Hanya ada beberapa murid yang masih mondar-mandir untuk ekstrakurikuler atau pulang sekolah. Dan aku harus berjalan sendiri karena kurangnya teman. Yah, sebenarnya tidak begitu. Aku ketinggalan barang di perpustakaan, jadi aku harus mengambilnya sebelum perpustakaan dikunci.
Jadi aku berjalan ke perpustakaan dalam damai. Melewati berbagai ruangan. Mulai dari ruangan OSIS, UKS, beberapa ruang ekstrakurikuler juga. Perpustakaan ada hampir di setiap lantai gedung kelas. Tapi barangku tertinggal di perpustakaan yang berada di satu gedung dengan gedung ekstrakurikuler.
Yah, karena tadi kita mencari perpustakaan yang sepi untuk saling berbagi cerita. Atau lebih tepatnya, mendengarkan cerita Gentar soal misteri sekolah. Yah, walau sebenarnya ceritanya menurutku agak gantung. Lagi-lagi kita kekurangan waktu, kenapa? Karena kami kehabisan waktu untuk menunggu Gentar selesai makan.
Jangan tanya kenapa di perpustakaan boleh makan, percayalah aku juga bingung.
Selama berjalan aku terus memperhatikan setiap ruang ekstrakurikuler yang ramai. Ada ekstrakurikuler tari tradisional dan tari modern yang tampak ramai murid. Yah, karena dua ektrakurikuler itu banyak peminat. Ada pula ekstrakurikuler memasak yang juga cukup ramai, makanannya terlihat enak semua. Aku jadi sedikit lapar.
Ada juga ekstrakurikuler orkestra, ekstrakurikuler gitar, ruangan paduan suara. Mereka juga ramai. Aku sempat menguping satu dan dua menit di depan pintu. Aku tak dapat melihat dari jendela karena seluruh jendela ruangan ekstrakurikuler ditutup dengan tirai agar fokus anak muridnya tidak buyar. Cara yang cerdas, aku mengakui itu.
Aku terus saja berjalan terus, terkadang menyapa murid-murid yang kukenal. Ada pula murid yang tak terlalu kukenal tapi turut menyapaku. Yah, meski aku tak setenar Supra, aku juga cukup dikenal diantara murid. Mungkin karena aku ketua dari dua ekstrakurikuler olahraga.
Bagaimana bisa aku menjadi dua ketua ekstrakurikuler olahraga? Simpel, karena aku dapat mengatur kedua jadwalnya agar mudah kuatur. Yah, walau dengan bantuan Supra sedikit-sedikit. Sehingga paling tidak dua jadwal ekstrakurikuler itu tidak bertabrakan. Oh, dan ekstrakurikuler yang aku ketuai itu adalah basket dan sepak bola.
Dan akhirnya setelah beberapa menit perjuangan yang aku butuhkan untuk berjalan dari kelas ke perpustakaan itu, aku telah sampai. Sepi sekali, dan aku memakluminya. Saat aku mencoba untuk membuka pintu, ternyata pintunya masih belum dikunci. Yang langsung membuatku masuk ke dalam dan hampir saja bertabrakan dengan seorang guru.
"Ya ampun! Kamu buat saya kaget... Bagaimana kalau saya terkena serangan jantung tadi, hm?"
Mendengar ucapan pak guru itu, namanya Pak Air. Namanya itu Pak Khair, tapi karena ribet semua murid langsung memanggilnya Pak Air. Lucu, ya? Nama sebagus itu menjadi satu kata simpel dengan dua suku kata.
"Ehe... Maaf Pak Air, tapi saya mau ambil kotak bekal milik saya. Ketinggalan di dalam tadi..." Pintaku dengan senyuman setulus mungkin. Yang membuat Pak Air mengernyit didepanku. Karena melihat Pak Air, kepalaku agak mendongak naik. Karena Pak Air ini cukup tinggi, bahkan meskipun umurnya sudah hampir 50 tahun postur tubuhnya tak membungkuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Mystery - Rumor Masa Lalu
FanfictionNot even the world will support them, because they will change anything in front of them without exception. And they are not destined to change anything. . . . School Mystery - Rumor Masa Lalu Original, writer by NyiiDyaa Inspired by an art on Pinte...