Well, it's been a while since my last upload, so...
Enjoy the chapter below!
——————————
Aku menatap Gentar dengan tatapan heran nan tidak percaya. Bahkan Sopan yang posisi duduknya disebelahku sampai menjatuhkan bakso disendoknya karena sama-sama tak percaya. Kami tak dapat memercayai apa yang sudah kami dengar dari mulut Gentar. Iya, Gentar yang manis nan penuh gula namun sejak SMP sudah divonis terkena gula darah rendah.
Sementara Gentar jelas tak merasa bersalah karena mengutarakan idenya kepadaku maupun kepada Sopan. Seolah apa yang ia katakan adalah hal normal yang dapat diterima hukum, logika, dan ilmiah. Sebenarnya permasalahan diterima atau tidak itu tidaklah pasti, namun, jelas kami tak akan menerimanya karena itu melanggar hak asasi.
"Serius bae Gentar!? Kamu mau kita ngobrol sama Pak Air soal permasalahan mimpinya Sopan? Ya kali, kamu gak lagi demam atau apa kan?" Tanyaku mencoba memastikan kembali. Mungkin saja Gentar sedang demam sehingga ia berbicara hal-hal yang tidak masuk akal dan melantur. Namun ekspresinya justru mengatakan hal sebaliknya.
"Nggak, lah. Ya kali aku bohong, Gentar ini Bang." Respon Gentar tanpa rasa ragu sedikitpun, seolah tengah berakting dan tidak mengatakan hal yang nyata. Dan jika aku bukan laki-laki yang tegar dan penyabar, mungkin aku sudah melempar Gentar menuju kandang piranha yang luar biasa ganas di kandang rumahnya Supra.
Masih menjadi pertanyaan umum bagaimana Supra bisa sesantai itu memelihara hewan buas yang tidak dijinakkan dirumahnya.
"Anu... Gentar, kayaknya kamu lagi kurang enak badan. Bukannya kalau begitu kita harus ke ruang kesehatan buat bantu Gentar, ya kan?" Tanya Sopan setengah berbata. Ia menatapku, dan kebetulan aku turut menatapnya karena memberikan atensi pada apa yang akan diucapkan oleh Sopan. Dan yah, aku menyetujui rencananya tanpa kurang sedikitpun.
Mungkin kalau boleh, tambahi mulutnya ditutup dengan lakbar dan tangan kakinya diborgol dengan kuat di kasur.
"Iya deh, kayaknya si Gentar ini tadi kepalanya ditabok sama Pak Mari gara-gara kelakuannya agak miring sama kaya orangnya." Ucapku menanggapi apa yang diusulkan Sopan dengan hati terbuka. Tak ada apapun yang ditutupi dalam kalimatku, benar kok.
"Dih jahat! Padahal kan aku cuma mau nolong, hmph!"
Kini aku berganti menjadi menatap pada Gentar dengan tatapan tak percaya yang bercampur aneh serta tatapan geli. Sopan sendiri yang awalnya tampak canggung dan tegang kini menjadi lebih santai. Ia terkekeh pelan menanggapi kalimat Gentar.
"Ya ampun Gentar, seriusan? Terimakasih banget loh, kalau benar-benar khawatir sama aku."
Gentar tampaknya sekarang lebih ceria karena mendengar ucapan terimakasih dari Sopan. Perasaannya memang mudah berubah karena pujian kecil seperti itu. Yah, mudahnya seperti saat ini. Mulanya Gentar merengut karena idenya tidak diterima, kini menjadi lebih cerah karena diberi ucapan terimakasih.
"Jadi kita tanya Pak Air?"
Eeh... Benar-benar tipenya Gentar.
——————————
Aku sudah menyerah.
Gentar dan pemikiran jeniusnya tak akan mudah bagiku atau bagi Sopan untuk menghentikannya. Kami kalah telak, meski kami berdua dan Gentar seorang sebagai lawan debat kami. Entah kemampuan apa yang Gentar miliki hingga mampu membuat kami kewalahan untuk menghadapinya.
Dan sekarang, sesuai dengan apa yang Gentar katakan kepada kami. Kami akan menanyakan perihal mimpi yang dialami oleh Sopan kepada Pak Air. Dan kuharap kalian masih ingat dengan sosok penjaga perpustakaan bernama Pak Air ini. Karena jikalau tidak, kalian benar-benar jahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Mystery - Rumor Masa Lalu
FanficNot even the world will support them, because they will change anything in front of them without exception. And they are not destined to change anything. . . . School Mystery - Rumor Masa Lalu Original, writer by NyiiDyaa Inspired by an art on Pinte...