Liburan Menunggu Mimpi

56 10 5
                                    

Sedang mencoba membuat book ini lebih dari 2000 kata. Biar makin banyak :)

Enjoy to the story!

—————————

Karena insiden Sopan hari itu, pihak sekolah memutuskan untuk meliburkan sekolah selama kurun waktu tertentu. Sebenarnya itu adalah ide bagus karena murid yang melihat langsung kejadian itu tidak akan merasa takut dan trauma.

Jika setidaknya murid diberikan liburan selama beberapa waktu lalu, sudah pasti kengerian murid perlahan menguap. Setidaknya. Dan ada pula waktu untuk membereskan genangan darah dari tubuh Sopan yang berceceran di sana-sini waktu itu.

Ah, itu mengerikan untuk diingat. Dan pilu dapat kami rasakan. Tentu saja, Sopan adalah salah satu teman kami.

"Oke, liburan bukan waktu buat kita bersedih. Nggak ada yang harus kita tangisi di sini, karena semakin kita terpuruk, semakin kecil harapan Sopan untuk bertahan." Supra berkata tegas di antara kami yang duduk melingkar.

Aku menatap lamat pada Supra yang tegas itu. Jarang-jarang Supra memasang wajah seperti itu, biasanya wajahnya normal dan tidak banyak ekspresi. Tapi sekarang memang serius, sih.

"Buset deh, Supra The Greatest Student akhirnya comeback."

Aku menatap heran pada Sori, Supra The Greatest Student? Apa maksudnya?

"Kamu nggak lagi ngejek aku kan, The Valuable Future Person?"

Kini aku balik menatap Supra. The Valuable Future Person? Apa lagi ini? Apa ini julukan mereka selama hidup mereka atau bagaimana?

"Berarti aku Gentar The Disaster Caller." Ucap Gentar sembari mengedikkan bahunya dengan seringaian andalannya. Ah, Gentar yang biasanya sudah kembali. Baguslah.

"Okay, okay, guys. Kita fokus dulu, ya? Ada ide buat apapun yang bakalan kita lakuin kedepannya?" Tanyaku mencoba mengembalikan topik. Jangan sampai topik awal terlengserkan karena candaan ini. Meskipun aku mendukung adanya candaan ringan seperti ini.

"Pendaftaran OSIS nggak lama lagi bakalan dibuka."

"Maksudmu apa, Glace?"

"Maksudku, aku bisa aja gabung ke OSIS dan cari informasi di sana. Lagipula, OSIS itu ibarat bank dari laporan kasus dan sebagainya. Sudah pasti hal-hal semacam itu juga ada." Jawab Glacier menjelaskan apa yang ia maksudkan dengan ucapannya yang pertama kali.

Aku menganggukan kepala dengan paham. Meksipun aku sedikit tak paham dengan maksud bank kasus itu. Tapi, mau bagaimanapun juga itu bukan ide yang buruk-buruk juga.

"Ide bagus. Aku nggak sampai kepikiran soal OSIS, padahal itu gudang informasi yang bagus..."

"Ah, Supra! Gimana kalau aku datang ke seminar yang waktu itu ditawarin sama panitia? Di sana ada anggota alumni sekolah kita, aku bisa dapat seengaknya secuil informasi, kan?" Sori berseru senang, tangannya terangkat dan seolah menunjukkan bahwa ia memiliki gagasan.

"Seminar? Itu juga bagus... Memang ada alumni SMA kita ya di sana yang jadi panitia. Bagus deh, tapi jangan maksain diri." Tanggap Supra netral. Kemudian ia menatap padaku.

"Em... Well, mungkin kita bisa cari alumni yang nggak jauh dari sekolah kita?"

"Misal Pak Satpam?"

Aku menjentikkan jari dengan keras. Itu dia yang aku maksudkan, beruntung sekali Gentar menangkap maksudku.

"Ah! Soal yang kayak gitu serahin sama aku aja. Aku pro soal begituan, tetanggaku lulusan sini semua." Gentar berkata dengan bangga, membanggakan dirinya yang cepat akrab dengan semua orang itu. Yah, itu bukan sesuatu yang buruk juga.

"Ee... Aku ngapain?"

"Bantu cari informasi mendalam. Lebih lagi kamu kan udah pernah lihat penampakan, harusnya kamu juga tahu." Kata Supra sembari mengedikkan bahunya.

Wah, kenapa aku merasa seperti aku ini tidak berguna, ya?

"Stay awake aja. Kita nggak tahu apa yang bakal terjadi kedepannya, terlebih lagi di antara kita yang pernah lihat penampakan itu baru kamu." Sambung Glacier, memperingatkan diriku akan kondisi awalku.

Dan Gentar disebelahku mengangguk pelan, menyetujui apa yang dikatakan oleh Glacier padaku.

"Aku males ngakuin itu. Tapi ada kemungkinan target selanjutnya itu kamu, Frost. Nggak ada yang tahu, kita, kamu, bahkan aku."

Aku mengernyit, kalimat Gentar terdengar aneh ditelingaku. Namun aku tak paham apa yang aneh, lagipula apa yang ia katakan benar-benar fakta. Tidak ada bualan apapun karena memang tidak ada yang mengetahui masa depan.

"Oke, tugas kita semua udah dibagi. Aku sama Frostfire bakalan muterin sekolah, kali aja nemu sesuatu di sekolah. Terus, Glacier bakalan ikut OSIS dan kalau nggak salah kamu udah daftar, ya?"

"Iya, aku udah daftar. Dan juga udah diterima, jadi tinggal pembagian tugas minggu depan sama penugasan devisi." Jawab Glacier lengkap.

Supra mengangguk, kemudian menatap pada Sori dan Gentar dengan serius. "Kalian tahu tugas kalian. Sori bakalan ikut seminar, dan Gentar bakalan cari informasi dari alumni."

"Oh ya, dan ingat aja... Kalian nggak harus dapat informasi atau maksa pihak bersangkutan– dan kayaknya laranganku bakalan tetep kalian lakuin, ya?"

Sori terkekeh dengan satu tangannya yang menggaruk tengkuknya. Sementara Gentar sudah memainkan jari-jarinya, tingkah kecilnya ketika ia ketahuan merencanakan hal buruk.

Sementara Glacier tampak tersenyum masam ditempatnya. Apapun isi kepalanya, sudah pasti tidak jauh berbeda dengan ide Gentar dan Sori.

Ya ampun, kenapa ketiga orang ini sulit diatur!?

"Ukh... Terserahlah, asal jangan berlebihan aja." Supra tak lagi melawan, hanya memberikan saran dan nasihat tipis saja ia rasa akan berguna. Meskipun kataku tidak akan diingat oleh mereka.

"Tapi Supra... Rumahmu ini..."

Glacier terdiam, ia menatap sekeliling kamar Supra dalam diam. Meksipun kami sudah berada satu malam di sini, Glacier tak mengucapkan apapun tadi malam. Tapi kenapa ia membuka suara sekarang?

"Rumah Ayahku kenapa?"

"Terlalu horor," Glacier dengan simpel menjawab, kedua tangannya tertaut seolah ia berada ditengah kegugupan. Entah kenapa ia tiba-tiba saja gugup, meksipun awalnya aku juga gugup sih.

"ah, tapi nggak usah dipikirin. Mungkin cuma perasaanku aja." Sambung Glacier dengan senyum yang biasa ia tampakan.

Aku mengernyit, sejenak pikiranku berkelana tentang asal usul Glacier. Glacier itu tiba-tiba saja pindah ke sekolah kami, dan ia tampak selalu mengejar-ngejar Supra dan mencarinya. Tapi setelah ia dapat berbincang dengan Supra, seolah perasaannya lega. Namun ia kembali bersama kami dengan sedikit lebih kooperatif di sini.

Dan lagipula, kenapa Gentar dan Glacier tampak tak menyukai satu sama lainnya? Apa mereka pernah bertemu sebelumnya, misal saat SMP?

"Mungkin saja..."

Tapi, ya sudahlah. Lebih baik sekarang aku kembali fokus pada rencana ini. Aku dan Supra akan berkeliling sekolah dan mencari sesuatu yang entah apakah itu. Apapun, asal dapat membawa kami pada kebenarannya.

Namun, bukankah bermain dengan hal mistis adalah tabu?

——————————

Published : 5 Agustus 2024

School Mystery - Rumor Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang