Sumpah aja, ini tamat kapan sih?
Yeah, enjoy the chapter below!
——————————
Ucapan Glacier tak terdengar baik untuk kami. Apa yang Glacier katakan jelas sekali apa maknanya. Glacier menyatakan bahwa ada campur tangan kehalusan yang tidak manusia normal dapat melihat ataupun merasakannya.
Aku terkejut, yang lainnya pun begitu. Apa yang kami dengar bukanlah hal yang normal dan terkesan terlalu sakral.
"Kamu yang bener aja?" Gumam Supra tak percaya. Aku menatap padanya dengan ragu, sebelum kemudian aku kembali teringat kejadian aneh.
"Sebentar, kayaknya apa yang Glacier bilang itu masuk akal. Kalian berdua masih inget ceritaku soal penampakan di ruang ekstrakurikuler orkestra?" Tanyaku pada Gentar dan Supra.
Mereka menganggukan kepala mereka, tanda mereka mengingat apa yang aku katakan tentang hal itu. Aku menghela nafas lega, meski Sori dan Glacier tampak tak mengerti dengan apa yang aku maksudkan.
"Uhm, jadi gini... Beberapa waktu lalu aku pernah stay di sekolah sampai sekitar hampir magrib. Dan waktu aku lewat di gedung orkestra, ada yang main peralatan orkestra. Dan mereka semua tanpa kepala." Jelasku panjang.
Dan aku menangkap satu pergerakan kecil dari Gentar. Tapi aku tak tahu apa yang terjadi karena itu hanya sekejap mata. Supra, Sori, dan Glacier tampak terkejut, dan menurutku itu reaksi yang normal.
"Kamu... Lihat penampakan?" Tanya Sori lirih dengan tatapan horor. Tatapannya memang ditunjukkan padaku, namun maksudnya bukanlah untukku.
Aku mengangguk, karena apa yang dikatakan Sori adalah kenyataannya. Memang benar aku mendapatkan gangguan saat itu. Aku menyimpulkannya begitu.
"Sama... Kayaknya ada alasan kenapa makhluk itu nargetin Sopan. Pasti ada alasan, entah apapun alasannya." Aku menyimpulkan kemungkinan itu dengan apa yang ada dipikiranku. Dan reaksi mereka cukup positif.
"Mungkin aja begitu, pasti ada kejadian awalnya. Nggak mungkin Sopan di target tanpa ada alasan dibaliknya." Tanggap Glacier ikut serta dalam perbincangan tiba-tiba ini.
"Apa ada kejadian sebelumnya?" Tanya Supra yang jelas sekali bahwa ia menyetujui apa yang tengah terlintas saat ini. Aku lega, setidaknya Supra cukup ingin berpartisipasi. Dan Sori tampak akan berpartisipasi untuk ini juga.
"Oh, Sopan pernah cerita kalau dia mimpi bunuh diri, kan?" Ucap Gentar tiba-tiba setelah keheningan yang Gentar ciptakan sebelumnya. Kami sontak saja secara kompak mengalihkan tatapan kepadanya. Jelas heran, namun bagiku tidak.
"Oh iya! Dia/Sopan pernah cerita!"
Aku menatap Sori, begitu pula dengan Sori yang menatapku. Kami mengucapkannya bersamaan, suatu kebetulan indah.
"Nah, mungkin aja nggak kalau sebenernya yang bunuh diri di mimpi Sopan itu hantu yang nyerang Sopan?" Tebak Gentar yang sebenarnya sangat amat masuk akal. Lagi pula, itu terdengar masuk akal.
Namun, kenapa Sopan?
"Tapi kenapa yang ditarget Sopan?" Tanya Sori lirih, dari nada suaranya tampak tak percaya dengan apa yang tengah terjadi. Aku merasa bersalah padanya. Jika aku adalah Sori, maka aku juga akan merasakan perasaan yang sama.
"Itu... Aku juga nggak tahu. Sopan bukan tipe yang bakal gangguin sesuatu yang gaib. Mungkin aja ada sesuatu yang kelewatan?"
Aku menatap pada Gentar, aku menyadari fakta bahwa Gentar memang menyukai fiksi. Mungkinkah jikalau kita adalah fiksi yang tengah dimainkan oleh sesuatu atau seseorang di dunia sana? Haha, lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Mystery - Rumor Masa Lalu
Fiksi PenggemarNot even the world will support them, because they will change anything in front of them without exception. And they are not destined to change anything. . . . School Mystery - Rumor Masa Lalu Original, writer by NyiiDyaa Inspired by an art on Pinte...