Biola Cantik di Aula Sekolah

51 8 3
                                    

Yah, kemarin itu udah up sekitar 5 hari? I forget, nah...

Ya udah, enjoy the chapter! Do not forget to voment. Ehehe~

—————————

Lagi-lagi kantin sekolah adalah tempat kami berkumpul. Dan kebetulan sekali kami bertiga dapat berada di kantin sekolah keesokan harinya. Setelah mengalami hal yang entahlah bagaimana harus dijelaskan kemarin, pagi lagi telah tiba dan akan kembali menjadi malam kembali. Siklus selama satu hari yang terjadi selama jutaan tahun, mungkin.

Aku, Supra, dan Gentar. Kami memakan bakso yang kami pesan tadi dari Bi Kantin dengan lahap dan berhati-hati. Masih panas, tidak mungkin kami akan langsung melahapnya hingga habis. Supra bisa mengomel seharian penuh jika kami tidak memiliki etiket makan yang baik. Yah, kami juga tak masalah jika diomeli olehnya. Itu pembelajaran, kata Mama.

Dan yah, seperti biasanya. Diantara kami, yang paling lama makannya adalah Gentar. Supra sudah selesai dengan baksonya, hanya tersisa kuah yang tidak ia minum. Kalau ditanya, dia akan selalu menjawab bahwa ia tak mau kembung karena kuah bakso. Yah, aku tak mau sih. Tapi kuah baksonya enak.

Dan untuk Gentar... Dia bahkan masih memiliki setengah porsi bakso di mangkoknya. Aku menggelengkan kepalaku antara maklum dan lucu. Sementara Supra sendiri malah sibuk menasehati Gentar tentang berbagai hal. Seperti contohnya adalah tidak membeli makanan berat saat istirahat pertama jika sudah sarapan di rumah.

"Udah sini buat aku sama Frost aja! Muak juga lihat kamu cuma aduk-aduk baksonya kaya ramuan." Ucap Supra final sembari menyeret mangkok Gentar menjauh dan meletakkannya di tengah-tengah antara aku dan dia.

Aku tertawa sekilas ketika melihat Gentar yang cemberut di sana. Entahlah, tapi aku melihat bahwa Gentar merasa lega di sana. Mungkin beban makannya jadi berkurang berkat Supra yang gemas dengan tingkahnya yang terus mengaduk-aduk bakso tanpa tujuan.

Supra membagi baksonya dengan adil untukku dan dirinya sendiri. Bakso dari mangkok Gentar sebelumnya sisa tiga buah, dibagi olehnya menjadi masing-masing satu. Aku mendapatkan satu, Supra juga satu, dan Gentar juga satu. Dia sendiri yang meminta.

Lalu Supra juga membagi mienya sama rata, dua sendok mie tiap mangkok. Dan kuahnya diberikan semua kepadaku. Tak lupa juga Supra membagi toge yang ada dengan sama jumlahnya. Jika terlebih satu, maka Supra akan memberikannya kepada Gentar. Lucu memang.

"Buset, tuh toge dihitung satu-satu?" Heran Gentar untuk yang kesekian kalinya bertanya. Yah, dia yang paling sering heran dengan tingkah Supra yang terlalu over-fair. Sementara aku? Sudah kebal dan sudah terbiasa.

"Biar adil." Jawab Supra singkat yang dibalas dait cemberut oleh Gentar. Karena malas mendengar ocehan Gentar saat ia kesal, aku memutuskan untuk mengganti topik agar Gentar tak memikirkan jawaban pendek Surpa. Oh, benar. Rumornya.

"Gini deh, sekalian nungguin Supra selesai, gimana kalau kamu lanjutin ceritamu?" Usulku yang diangguki Supra diseberangku. Terlihat jelas ia juga penasaran dengan lanjutannya yang kemarin.

"Oh, iya! Sampai mana kemarin?" Tanya Gentar yang moodnya sudah kembali lagi. Benar-benar, jika hal berbau fiksi, misteri, dan fantasi saja dia langsung bersemangat. Dasar penulis.

"Kemarin itu kamu cerita dari buku catatan siswa punya Pak Restu sama 3 murid. Norbert, Fuego, sama Gerald." Jawab Supra masih sibuk menghitung potongan daun bawang. Ya ampun, belum selesai-selesai juga.

"Sama, kamu cerita kalau Gerald dan Norbert ini musuhan karena Norbert itu menentang Gerald. Dan Fuego yang ada sebagai tameng buat Norbert, bahkan sampai Fuego dan Gerald dipanggil oleh guru terus-menerus karena bertengkar." Supra terus berbicara, dan berhenti ketika ia menyodorkan mangkok bakso milikku yang sudah terisi oleh komponen sisa dari bakso milik Gentar. Oh, ada dua potong iga.

School Mystery - Rumor Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang