Erik tidak tahu ada kejadian apa semalam sampai-sampai dia pagi ini dibuat bingung oleh kedua orang tuanya. Mereka berempat sedang sarapan di meja makan. Sejak awal Erik duduk sampai piringnya menambah nasi, dia menyaksikan kedua orang tuanya ini tidak berani saling melihat.
Bukan, bukan, Erik yakin situasi ini bukan karena marah. Lebih tepatnya reaksi malu dan canggung diantara mereka. Kadang Erik melihat ayahnya menggaruk telinganya yang memerah hingga ke leher kemudian juga menahan senyumnya.
Beralih dia menatap Xiao Zhan—ibunya itu beberapa kali berdehem dan berbicara sangat lembut. Bukan ibunya sekali yang selalu marah-marah setiap pagi karena Erik menghilangkan dasinya atau Jackson yang ingin pipis padahal sudah berseragam.
"Youngjae-ah. Mau tambah lagi?"
"T-tidak. Aku sudah kenyang." Cengir anak itu dengan perasaan bingungnya. Agak takut ibunya ini ada masalah hidup lain.
"Baiklah. Eomma sudah membuat bekal untukmu. Kali ini kau harus membawanya."
"Siap!" Erik mengangguk hormat.
"Eomma-eomma. Pipis."
Benar, bukan? Belum-belum Jackson sudah ingin pipis lagi. Anak itu melompat-lompat seperti kelinci di samping kakaknya.
"Kebiasaan." Ucap Xiao Zhan tapi masih saja anak itu diangkat ke gendongan dan beranjak darisana.
Erik lagi-lagi memerhatikan ayahnya yang terus menatap kepergian eommanya.
"Yah?"
"Ne!?!" Yibo kaget ketika dipanggil oleh Erik. Reflek dia mengangkat kedua alisnya.
Erik menatap ayahnya bingung kemudian bertanya, "Kenapa?" Ucapnya.
"Apanya?"
"Ha?" Erik memundurkan kepalanya.
"Apa?"
Tidak ada yang beres. Setelah ini dia akan ke UKS untuk memeriksakan kepalanya siapa tahu ada masalah dengan kepalanya. Ayahnya sedang aneh pagi ini membuat Erik ikut aneh.
Yizhan
Wang Yibo memakai mobil Xiao Zhan untuk mengantarkan anaknya ke sekolah. Sudah menjadi rutinitas ayahnya yang akan mengantarkan ketika ada di Korea. Jika hari-hari biasa sopirlah yang mengantar mereka berdua. Yibo sejak tadi gemas dengan Jackson yang bercerita mengenai kelinci dan kucing di sekolahnya.
Ada kandang yang disediakan sekolahan untuk mereka bermain dengan hewan peliharaan. Hewan-hewan itu dirawat dengan sangat baik sehingga bisa dijadikan penghibur penatnya belajar oleh murid TK.
"Aku juga mau kucing!"
"Apa kau ingin memeliharanya di rumah?"
"Tentuu!! Aku mau."
"Tapi eommamu akan marah jika tahu kau memelihara kucing."
Jackson melembek, bibirnya seketika melengkung ke bawah. Dia sedih karena Eommanya melarang membawa hewan peliharaan masuk ke dalam apartemen mereka.
"Iya. Huhuhu. Aku ingin kucing."
"Ayah berikan kucing. Tapi harus patuh dengan Eomma."
"Ye!" Jawab Jackson yang berarti iya. Anak itu memperlihatkan giginya yang rapi dan putih. Tersenyum lebar karena keinginannya terpenuhi.
"Baiklah. Kau bisa mendapatkannya nanti. Tapi harus ke rumah Appa."
"Yaaah." Jackson pundung. Anak itu kembali sedih.
Yibo yang gemas pun menepuk kepala anaknya. "Kau tidak boleh memelihara di rumah Eomma, jadi peliharanya di rumah Appa. Jika kau ada waktu datang kesana dan bermain sepuasnya."