"Iya, Tuan Xiao Zhan hamil, sudah 13 minggu. Selamat Tuan." Ucap seseorang dokter yang baru saja membaca hasil tes lab, lalu menatap pria manis yang sangat muda. Tapi ternyata sudah umur kepala tiga.
"Terima kasih, dok. Tapi kenapa aku tidak mengalami morning sickness atau gejala hamil lainnya?"
"Ada banyak alasannya, tapi kemungkinan besar anda sedang masa subur atau perimanopause."
"Ooo. Tapi apa tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa selama anda menjaga pola makan tidur dan jangan banyak pikiran." Ujar sang dokter.
Akhirnya setelah Zhan keluar dari rumah sakit, dia pergi ke suatu tempat. Zhan mengusap perutnya yang sedikit melendung. Senangnya hatinya mendapat momongan lagi. Meskipun sebelumnya dia tidak merencanakan hamil. Itu karena anak-anaknya sudah besar. Erik baru saja masuk SMA sedangkan balitanya sudah TK.
Mobil hitam yang dikendarainya berhenti di sebuah minimarket. Dia masuk ke dalam sana dan mencari bahan dapurnya. Melirik sana sini kebutuhan apa yang diinginkan. Lalu matanya melihat ada sepasang suami istri sedang belanja banyak.
Zhan melihat kandungan wanita itu sangat besar. Mereka tampak riang tertawa sambil memilih susu hamil. Melihatnya membuat hati kecilnya juga ingin dibelikan Yibo. Bodoh sekali dia tidak mengiyakan tawaran pria itu untuk menemaninya ke dokter.
Lebih baik dia segera mengambil barang lalu pergi. Namun ketika ingin mengambil jenis saus dia sedikit kesulitan karena tempatnya jauh diatas. Melirik kanan kiri semua orang tampak sibuk. Dia berusaha terus meraih. Hingga dia merasakan nafas seseorang di belakang lehernya. Dan tangan berurat terulur mendahului tangan Zhan.
Sontak tubuhnya berbalik, menghadap orang itu yang ternyata Yibo. Entah kenapa dia gugup sekali. Darimana datangnya pria ini.
"Ini." Yibo memberikan botol saus merah itu kepada Zhan yang masih terbengong-bengong.
Saus merah itu digenggam Zhan. Pria manis itu mendekapnya di dada lalu menatap Yibo canggung. "Kenapa kau bisa disini?"
Wang Yibo mengangkat bahunya santai, "Entah." Jawabnya, lalu dilanjutkan, "Jodoh mungkin."
Blush, rona di pipi Xiao Zhan menjalar hingga lehernya. Tidak tahu kenapa menjadi gatal sehingga dia menggaruknya. Aneh sekali Yibo bisa ada disini.
"Aku sungguh-sungguh! Kau darimana? Kenapa bisa disini?"
"Bagaimana pemeriksaannya?" Bukannya menjawab Xiao Zhan dia malah memberikan pertanyaan lain untuk istrinya. Tentu saja Xiao Zhan kesal.
Zhan memutar matanya marah. Pertanyaannya tidak terjawab. "Jawab dulu." Zhan menggoyangkan badannya.
Siapa yang menaruh gula disini? Yibo gemas dengan istrinya. Dia mempuk-puk pucuk kepala Xiao Zhan.
"Aku mengawasimu. Mana mungkin aku membiarkanmu pergi sendiri."
"Benarkah?" Tanya Zhan antusias. Dia tidak menyangka jika dia diikuti oleh Yibo. Sejak kapan? Setahunya Yibo sudah berangkat sejak pagi tadi. Setelah itu baru Xiao Zhan yang berangkat.
"Hm. Ayo, belanja apalagi? Cerita nanti di rumah."
"Hm." Jawab Zhan girang. Dia tidak malu menggandeng tangan Yibo dengan menempel erat.
"Traktir."
"Itu tujuanku." Pria Leo itu memang bekerja dan mencari uang agar orang di kasihinya bisa menghabiskannya. Berapapun akan Yibo berikan karena dia mampu. Berbeda jika dengan penulis ini. Miskin.
Yizhan
Wang Yibo menatap punggung Zhan yang berjalan di depannya. Mereka sudah sampai di rumah. Zhan menuju dapur diikuti Yibo. Sampailah mereka di dapur Zhan menaruh barang belanjaan di meja. Mengeluarkan satu persatu sayuran, telur, daging dan beberapa nugget. Erik sedang tergila-gila dengan nugget ayam.