Part 14
Youngjae meremas paspor dan visanya. Kedua matanya tidak berkedip menatap lantai pesawat. Sebentar lagi dia akan landing di bandara internasional. Dia ingin tahu ada apa dengan ayahnya. Perasaanya seakan diaduk-aduk.
Satu menit kemudian, terdengar suara pemberitahuan agar penumpang bersiap untuk landing. Setelah dia keluar dari bandara, dengan kecepatan yang dia bisa, dia berlari. Mencari taxi kemudian melaju ke tempat tujuan.
Tujuannya adalah rumah sakit. Dia tidak mau membuang waktu banyak. Sambil menarik koper kecilnya, Erik menerobos lorong. Entah siapa yang sakit Erik tidak tahu hanya saja perasaannya langsung menuju Yibo.
"Maaf, pasien atas nama Xiao Zhan ada?"
"Maaf tapi nama Xiao Zhan adalah wali dari pasien Wang Yibo."
Bagai disambar petir, Erik merasa tubuhnya tersetrum. "Wa-wang Yibo?"
"Iya. Ada yang bisa saya bantu?"
"Kamar?! Kamarnya dimana?" Erik bertanya dengan suara bergetarnya.
"Lantai dua paling ujung selatan."
Tidak tahu terima kasih Erik melesat dari ruang resepsionis. Jantungnya berdebar kala berlari sambil memikirkan ayahnya. Benar dugaannya jika ayahnya sakit. Seharusnya dia bisa lebih peka dengan Yibo.
"Ayolah." Lift itu tidak mau turun membuat Erik marah.
Ting
Setelah bergantian penumpang Erik naik ke lantai dua. Lalu berlari di lorong ke selatan. Diujung sana, ada kakek yang sedang memangku Ja Er. Kakinya berlari semakin pelan. Perlahan menjadi jalan kaki penuh putus asa.
"Kakek."
"Erik? Kau disini!?? Kapan?"
"Ya.. baru saja." Erik menjawab dengan menangis. Tapi tatapannya kosong.
"Ayah... Ayah kenapa?" Tanya Erik.
Yichang menggigit bibirnya kuat. Rasanya masih sama sakitnya. "Ya. Dia baik. Sebentar lagi operasinya. 10 menit lagi."
Bruk
Erik terjatuh. Ayahnya sakit apa? Kenapa harus dioperasi? Atau hanya penyakit biasa atau bukan?
"Sakit apa?"
"Hati. Sirosis hati."
"Apa itu?"
"Intinya ada jaringan parut yang menyebar di hati ayahmu karena luka dihati. Hatinya tidak bisa bekerja secara normal. Dan.. harus dicangkok jika ingin selamat."
"Ayah."
"Hyung.. hiks hiks. Ayah Hyung."
"Hn. Kita berdoa untuk ayah."
"Haaa haaa haa" Ja er menangis lagi.
Yizhan
Xiao Zhan bangun dari tidurnya perlahan. Hari sudah sore ternyata. Terlihat lampu kamar yang menyala. Dia ingat betul jika sebelumnya dia menangis karena mimpi buruknya. Matanya sekarang bengkak, kepalanya serasa berputar-putar.
Lalu dia menangis lagi, di atas ranjang itu. Dia memeluk kakinya sendiri menyembunyikan kepalanya di lutut seakan menghindar dari dunia. Rasanya sakit sekali. Setengah jiwanya menghilang.
Yizhan
Youngjae menghampiri adiknya di taman. Mereka sedang jalan-jalan sore karena suntuk di rumah sakit. Youngjae juga membawa eskrim jagung, coklat dan strawberry. Rasa kesukaan adiknya.
"Jackson." Panggil Youngjae dengan mengatungkan kresek putih.
"Hyung~" Jackson dengan cepat merangkul kaki kakaknya. Dia meraih kresek di tangan Youngjae.