Part 11

576 67 17
                                    

Part 11

Pria yang sekarang tertidur di kamar rumah sakit itu merasakan pusing. Kedua matanya mulai membuka seiiring dia sadar. Pertama kali yang dia rasakan adalah nyeri di bagian punggung tangan kirinya lalu seperti ada yang menempel di dada hingga perutnya.

Indra penciumannya sedikit berfungsi mencium bau antiseptik dan alkohol pembersih. Tidak salah lagi dia ada di rumah sakit.

Matanya terbuka tapi pandangannya mengabur. Benar-benar tidak bisa melihat jelas. Dia tahu sedang menatap langit ruangan tapi tidak jelas bagaimana bentuknya. Semuanya kabur. Lalu dia membuka alat yang terpasang di hidungnya guna memberikannya oksigen.

"Berani kau membukanya, detik itu juga kau mati."

Deg

Suara itu membuat jantungnya bergetar hebat. Dia melirik dimana suara terdengar. Hanya meraba dengan indra pendengarannya dimana suara itu. Dan dia melihat siluet orang yang duduk tidak jauh darinya. Yibo—pria sakit itu berusaha duduk.

Tangannya brusaha meraih nakas siapa tahu ada kacamata. Susah. Tubuhnya masih lemas bahkan untuk berbicara dia kesulitan.

Lalu Yibo merasakan orang itu mengambilkan, memberikan kacamata itu di tangannya. Wang Yibo dengan cepat memakai kacamata.

Terlihat jelas

Xiao Zhan

Dengan wajah marahnya, Yibo semakin berdebar mengetahui ada Zhan disana. Ketika sadar Xiao Zhan ada di depannya maka sudah dipastikan Xiao Zhan tahu keadaannya. Dia bahkan tidak berani menatap Xiao Zhan sekarang. Malu tentu saja. Pria lemah sepertinya terlihat semakin menyedihkan.

"Akan ku panggilkan Li Xian." Zhan keluar darisana.

Bagai tertusuk jarum, Yibo mendesah lelah. Kapan nyawanya diambil dia sangat malu sekarang. Menjadi sok kuat bukannya keinginannya. Tapi mengeluh pun juga untuk apa? Bukannya tidak percaya ada yang peduli dengannya tapi dia lebih baik seperti ini.

Tidak jauh berbeda dengan Xiao Zhan yang menangis dibalik pintu kamar. Melihat Yibo meraba nakas membuatnya sakit. Apakah separah itu sampai merenggut pandangan Yibo?

💚♥️💙

Zhan melihat Li Xian memeriksa Yibo. Selalu memerhatikan pergerakan dokter tampan itu bagaimana merawat Yibo.

"Segera setujui pencakokkan hati. Parutmu melebar." Li Xian berkata datar. Tepat menusuk wajah Yibo yang menyebalkan baginya.

"..." Wang Yibo diam tidak tahu harus bereaksi apa. Tidak apalah dia mati. Tapi dia masih memikirkan Erik dan Jackson. Dia masih ingin bertemu mereka.

"Lakukan." Zhan berkata.

Membuat dua pria lain disana menatapnya tidak percaya. Xiao Zhan tidak perduli. Dia mau Yibo sembuh. Dia tidak akan membiarkan Yibo mati dengan mudah. Mati karena penyakit itu sangat enak.

"Baiklah. Akan ku siapkan donor hati. Kebetulan di rumah sakit ini tidak ada. Mungkin akan dirujuk ke rumah sakit pusat."

"Ya."

"Tidak mau." Yibo menyahuti. Siapa yang akan mau dioprasi. Bahkan masuk rumah sakit ini saja membuatnya ingin kabur.

Xiao Zhan mendekati Yibo. "Jangan egois! Jackson menangisimu karena tahu ayahnya sakit!" Nada kalimat Zhan naik satu oktav membuat telinga siapapun pengang—termasuk Yibo.

Wang Yibo menyumpal telinganya sebelah kanan. Apa-apaan suara itu? Sedikit ada harapan dari benak Yibo jika Zhan khawatir dengannya. Ah senangnya. Biarkan dia merasakan euforianya sendiri beranggapan Zhan mulai mengkhawatirkan dirinya. Dia pun tanpa sadar menyunggingkan senyumnya.

"Tidak bisa di tunda lagi. Aku sudah memberi tahu Wang Mei dan Paman Wang Yichang. Mereka menyutujuinya. Dan kau! Tidak bisa lari kali ini. Cepatlah sembuh karena aku mulai bosan mengurusmu." Li Xian tidak sungguh-sungguh mengatakan bosan. Dia memang mau Yibo sembuh dan bahagia tanpa sakit. Karmanya sudah diterimanya bertahun-tahun jadi tinggal menyambut kebahagiaan.

"..." Yibo memejamkam matanya lalu menutup kembali dengan lengannya. "Lalu apa yang akan kulakukan setelah sembuh?"  Batin Yibo berkata.

Mengejar Zhan lagi? Jangan bodoh bahkan bertahun-tahun Yibo meminta agar Zhan kembali tidak ada hasilnya. Mendatangi Korea hanya untuk menjenguknya. Bukankah itu temasuk usaha? Atau kurang? Baiklah nanti Yibo pikirkan lagi. Dia sudah tertangkap basah mau apalagi.

"Ayah.. hiks"

Suara anak kecil membangunkan dirinya. Segera dia duduk di kasur. Menatap haru anak kecil yang digendong Xiao Zhan. Ada orang lain disana dia tahu orang itu Shinru yang dulu bekerja untuk Xiao Zhan.

"Huaa. Ayah sakit lagi." Jackson menangisi ayahnya. Matanya sudah memerah dan berderai air mata. Pipinya basah dan merah. Siapa yang tega membuatnya menangis seperti ini?

"Kemari." Yibo membiarkan anaknya duduk di pangkuannya dan menangis keras. Jika seperti ini dia mana tega meninggalkan anaknya.

"Sudah kubilang dia menangisimu bahkan tidak mau makan." Zhan juga ingin menangis tapi gengsi.

"Benarkah? Kau tidak mau makan? Mau kau dimakan monster?" Yibo menatap anaknya datar. Seperti marah.

"Tidak ada monster!!! Hiks."

"Ada. Monsternya suka memakan anak kecil yang tidak mau makan." Jawab Yibo. Dia melihat anaknya mulai sedikit berhenti menangis dan memeluknya.

Seperti kakaknya yang bilang ada hantu yang akan menculik anak nakal. Sekarang ayahnya bilang ada monster memakan anak yang tidak mau makan. "Seperti apa monsternya?" Tanya Jackson polos.

Yibo melirik sedikit ke arah Zhan tanpa empunya sadari. "Ada, dia tinggi, monster itu memiliki wajah jelek, suka menangis, ada tahi lalat dibawah bibirnya. Dan Jackson tahu? Dia suka berterik—akh!!!" Yibo yang berteriak kencang karena kepalanya pusing.

Ternyata monster itu benar ada, Xiao Zhan baru saja memukulnya. Anehnya kedua pipinya merah di wajah garangnya.

"Jangan meracuni pikiran anakku." Desis Xiao Zhan.

Sedangkan Shinru bisa melihat ada cinta diantara dua manusia itu. Hanya saja tertutup egonya masing-masing. Shinru berharap mereka segera melepas egonya dan kembali dengan cintanya. Shinru sangat ingin melihat keduanya bahagia.

♥️♥️♥️

Setelah mendengar tuturan ayahnya yang mengatakan ada monster bertahi lalat, Jackson dengan lahab memakan serealnya dan roti untuk sarapannya. Ada nasi dan sawi kimci tidak pedas. Potongan daging panggang kesukaannya.

"Eomma, aku kenyang heeaaakk." Jackson menutup mulutnya setelah bersendawa.

"Tidak sopan Jackson-ah."

"Maaf." Jackson menutup mulutnya lagi.

Anak itu sedang duduk di kasur Yibo dan makan disana tanpa mengganggu ayah ya istirahat.

"Nah, jika begitu monster itu akan pergi meninggalkan anak yang suka makan." Yibo mengusap ujung kepala anaknya.

Hening sejenak, Wang Yibo teringat jika anaknya ada di China. Jadi dia meraih ponsel di tangannya.

"Erik sudah kembali ke Seoul." Zhan tahu Yibo akan menghubungi seseorang.

"Kapan?" Yibo tidak mendapat kabar jika anaknya pulang. Apa mereka lupa memberi informasi?

Zhan menaikkan bahunya. Dia juga tidak tahu kapan anak itu kembali. Dia saja baru tahu Erik ada di rumah setelah menerima telfon dari anak nakal itu.

💙💙

Di ruangan serba obat-obatan, terdapat rak buku medis, dan peralatan kesehatan, Li Xian sedang sibuk dengan resep obatnya. Tidak lama masukklah seseorang. Wanita itu meminta ijin untuk duduk.

"Apa dokter sibuk?"

"Tidak terlalu. Hanya mengecek resep. Kenapa?"

Wanita itu tampak bimbang. Li Xian memerhatikan wanita itu tengah menangis. Dia ingat jika wanita ini datang dengan Xiao Zhan ketika Wang Yibo masuk rumah sakit.

"Namaku Zhao Liying. Aku ingin mendonorkan hatiku untuk Yibo."

Bersambung

Agak bege tapi itu liying wkwkwk

☑️Give Me ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang