SM 13

196 26 9
                                    

"Aku,,," Nada Chaeyoung getir,dia bahkan memegang gitarnya dengan erat.

Chaeyoung sudah berjanji akan mengatakan pada teman-temannya tentang sesuatu yang tersembunyi selama ini.

Tapi dia tidak memberitahu tentang pengalamannya berada di bawah payung bersama Lisa , pertemuan terindahnya

"Aku akan lanjut kuliah di Australia"

Suasana jadi hening. Hati semua orang hancur terutama Lisa. Saat Chaeyoung berkata seperti itu,Lisa merasa palu besar tengah menghimpit jantungnya hingga dia merasa sesak yang amat dalam.

"Chaeyoung,,," Seulgi frustasi. Bagaimana bisa sahabatnya itu begitu bodoh?

"Aku hendak mengambilnya setelah acara tahunan kampus tapi orangtuaku menyuruh untuk mempercepat kepindahan. Jadi aku mengajukan diri lebih awal"

Chaeyoung sempat menatap ke dalam mata Lisa yang menyiratkan kekecewaan. Sebenarnya hatinya juga merasakan sakit,tapi apa boleh buat menghindar dari sumbernya adalah langkah yang tepat.

"Kenapa? Kenapa kau memutuskan pergi?" Protes Jennie dengan amarah tertahan.

"Jennie,kita dengerin dulu penjelasan Chaeyoung" Seulgi menengahi

"Tidak! Ini keterlaluan. Jika dia memutuskan hal seperti ini berarti kita tidak berarti apa-apa baginya"

Lisa berdiri dari duduknya, melangkah pergi sekedar menjauh dari pertengkaran antar sesama sahabat. Dirinya butuh oksigen agar dapat menelaah semua kalimat Chaeyoung yang ingin tiba-tiba pindah.

Mungkin kenangan masa muda berwarna seperti lukisan cat air karena berakhir sebelum sempat memasukkan warna yang lebih hidup.

Lisa berdiri di tepi danau, memandangi bintang-bintang yang bertaburan di langit yang gelap, berharap dapat menyinari hati yang suram.

Apakah hubungannya dengan Chaeyoung akan berakhir tragis seperti ini? Harus berakhir bahkan ketika belum di mulai?

Sedari tadi Chaeyoung sudah mencari gadis itu, langkah kakinya berhenti saat menatap Lisa sedang berdiri seorang diri di tepi danau. Tanpa banyak berpikir Chaeyoung menghampiri.

Keduanya bertemu. Hening sesaat karena Chaeyoung dan Lisa hanya melakukan kontak mata beberapa saat.

"Kau sungguh mau pergi?" Lisa memulai.

"Ya" Chaeyoung tertunduk

"Apa karena aku? Apa karena Jisoo dan aku?"

"Bukan karena dirimu. Bukan pula karena Jisoo. Hanya,,," Chaeyoung diam sebentar dan tak berani menatap Lisa.

"Aku hanya ingin pergi saja. Segalanya menjadi terlalu rumit bagiku. Kau percaya apa yang dulu pernah ku katakan?"

Chaeyoung akan memberitahu kebenaran tentang lukisannya. Sebelumnya dia mengatakan bahwa melukis wajah Lisa adalah ketidaksengajaan.

"Itu semua bohong. Lukisan-lukisan ku bukan kebetulan kau berada di dalam pemandangan ku. Kaulah pemandangan ku pada saat itu"

Hati Lisa semakin meringis mendengarnya bahwa apa yang dia yakini selama ini adalah benar, Chaeyoung memiliki perasaan yang sama padanya.

"Sejak pertama kali bertemu denganmu,kau selalu menjadi pemandangan ku. Pemandangan yang sangat indah. Dan selalu menggetarkan hatiku" Chaeyoung mengubah posisi, berhadap-hadapan dengan gadis itu. Suaranya yang terluka membuat Lisa meneteskan air mata.

"Terimakasih,,,dan maafkan aku karena menjadi pengecut" Chaeyoung tak dapat menahan bulir air mata hingga jatuh perlahan membasahi wajah cantiknya.

"Sudah terlambat" suara Lisa bergetar

"Seharusnya kau katakan padaku lebih awal" isak tangis Lisa menyayat hati.

Kalau saja Chaeyoung lebih berani sedikit untuk bertindak, tidak akan ada Jisoo di antara mereka.

"Maaf karena sudah terlambat" tangisan Chaeyoung makin pecah, menatap lekat wajah Lisa,air mata bercucuran di sana.

"Maafkan aku, Lisa"

Chaeyoung tidak bisa mengatakan padanya betapa dia menyukainya,atau sangat menyakitkan baginya untuk meninggalkan Lisa.

Lukisan di kala senja telah berakhir.

Begitu juga hubungan Chaeyoung dan Lisa.



°°°

Masih ingat cerita ini?

See y!

SOMETHING [CHAELISA]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang