Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nembus 200 yg komen chapter kemarin 😳😳 keknya sejauh ini aku baru dapetin komenan sampe sebanyak itu wkwkwk. Seneng loh aku. Jadi semangat buat terus lanjut :p
Oh, ya. Aku kasih clue lagi, nih. Ada jawaban readers yg mendekati benar wkwkwkwk. Tapi kita lihat nanti apakah dia tetap optimis sampe ending atau justru berubah tebakannya 🤭
Ayo, semangat buat semuanyaaaa^°^
. . .
Haechan tersenyum ketika melihat seseorang yang ia cintai benar-benar ada di tempat tebakannya. Apartment mereka berdua.
Pemuda itu berjalan mendekat, lalu memeluk tubuh sang pujaan hati yang belum menyadari kehadirannya.
"Aku berhasil nemuin kamu, sayang," bisik Haechan seraya memberi kecupan manis di pipi.
Si pujaan hati menoleh, lalu membalas kecupan manis tersebut di bibir.
"Enghhh....." Chenle melenguh ketika Haechan sedikit melumat bibirnya. "Udah, ah!" Ia berusaha menyingkirkan kepala sang kekasih agar berhenti menciumnya.
Haechan malah tertawa. "Bibir kamu manis kaya biasa." Pemuda itu mencari tempat duduk yang nyaman.
"Padahal aku ganti tint baru," kata Princess-nya sang pangeran.
"Oh, ya? Tapi rasanya masih sama," ucap Haechan seraya meraih tangan kekasihnya untuk dikecup. "Kangen....."
"Tadi udah ketemu lama, terus besok juga ketemu."
"Tetap aja rasanya kangen," ujar Haechan. Pemuda itu mengubah posisi menjadi berbaring dengan paha sang terkasih yang menjadi bantalan.
"Aku emang bikin kangen."
Haechan tersenyum memandang wajah Chenle yang sekarang tengah membelai rambutnya. "Fakta yang gak bisa aku sangkal."
Chenle tertawa kecil. "Rambut kamu panjang banget."
"Hm, biarin aja, ya? Kamu bilang suka kalau aku gondrong gini," ujar Haechan.
"Suka, sih. Tapi yang tergila-gila sama kamu makin banyak."
Haechan kembali tertawa. "Fans kita?"
"He'em, bisa jadi."
"Jawaban kamu kaya ragu gitu." Haechan mengubah posisi menyamping menghadap perut kekasihnya.
"Enggak, kok."
Haechan menoleh dengan senyumannya yang khas. "Hadiahku boleh diambil sekarang?" Hidung pemuda itu mendapat cubitan manis. "Sayang......"
"Nanti aja," kata Chenle. "Ngobrol dulu."
"Hm....." Haechan menyembunyikan wajahnya di perut sang terkasih. Pinggang kekasihnya ia peluk dengan sayang. "Maaf."