Chapter 15

2.6K 232 317
                                        

5 chapter lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


5 chapter lagi.

Siap-siap.

Aku usahain target update seminggu sekali/2 minggu.

Happy Reading!

.
.
.

Suasana benar-benar terasa sunyi setelah kedatangan Haechan ke ruang latihan yang tak terduga.

"Obat merah buat apa?" tanya Haechan lagi.

Tidak ada yang berani menjawab pertanyaan pemuda itu. Lidah mereka seolah terasa kelu hanya untuk mengeluarkan sepatah kata saja.

"Kenapa gak ada yang jawab?"

Haechan kembali bersuara dengan kernyitan di dahi kala melihat Winwin secara tergesa meraih beberapa tissue berlumur darah di lantai. Terlebih ketika menyadari jika Renjun tengah berusaha menuntupi seseorang dengan tubuh kecilnya.

Haechan berjalan mendekat, lalu menarik tangan Renjun. Mata pemuda itu melebar ketika melihat telinga Chenle mengeluarkan darah.

"Ya, Tuhan.... Ini kenapa?"

Haechan segera memeriksa keadaan Chenle yang sekarang tengah meringis. Sementara anggota lain tampak menegang.

Apa yang harus mereka lakukan? Aura Haechan terasa tak menyenangkan.

"Kenapa bisa kaya gini?" tanya Haechan khawatir. Ia menyentuh telinga Chenle yang berdarah. "Hm?" Pemuda itu menjauhkan tangannya kala sang 'Adik meringis. "Apa sakit?"

Chenle mengangguk. Ia memegang tangan Haechan yang masih berada di dekat telinganya walau tak menyentuh.

"Kenapa telinga kamu bisa luka?" Haechan kembali bertanya. Raut wajahnya benar-benar tampak khawatir.

"Aku ceroboh," jawab Chenle yang membuat anggota lain terkejut.

"Ceroboh?" Haechan mengernyit bingung.

Chenle mengangguk. "Waktu aku lagi becandaan sama Jisung, aku kepleset dan tubuhku kena dinding kaca. Kebetulan lagi bawa microphone, terus dinding kacanya pecah lalu kena telinga," ucap pemuda itu menjelaskan. Ia terlihat menghindari tatapan Haechan yang menyorot tajam.

Semua anggota kembali terkejut dengan jawaban Chenle. Terutama Mark.

Kenapa dia bohong?

"Oh, ya?"

Tapi, apa mungkin seorang Lee Haechan bisa dibohongi?

Chenle mengangguk sembari menunduk gelisah. Tangan Haechan bergerak memegang dagu pemuda itu agar bisa menatap ke arahnya.

"Kenapa gak mau natap mata aku?" tanya Haechan dingin. "Biar aku gak tau kalau kamu lagi bohong?"

"Aku gak bohong," ucap Chenle seraya menyingkirkan tangan Haechan. Ia melirik ke arah Renjun yang masih terkejut. "Silahkan tanya mereka."

PANGERAN (Hyuckle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang