Chapter 3.

3.3K 249 145
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Ternyata lo ada di sini."

Akhirnya Haechan menemukan keberadaan Renjun. Pemuda keturunan China itu ada di kamar.

Renjun menoleh, senyumannya merekah kala melihat kedatangan Haechan.

"Lo nyariin gue?"

"Iya, nih," jawab Haechan seraya menarik sebuah kursi untuk duduk. "Gue cariin sampe pusing, gak taunya lo ada di sini."

Renjun yang semula berbaring di tempat tidur segera mengubah posisinya.

"Lebay," ucap pemuda itu dengan senyum tertahan. "Ada apa?" tanyanya. Ia memperhatikan Haechan yang tengah melepaskan jaket, topi serta masker. Gantengnya pangeranku.

"Gue kangen, nih," kata Haechan. "Lo juga pasti kangen sama suami lo yang ganteng ini."

Renjun mencibir, tapi ada rona merah di pipinya. "Gak tau, ah! Becanda mulu. Bisa serius dikit, kan?"

"Lo mau gue seriusin?" balas Haechan dengan netra yang tertuju pada paras manis milik Renjun. "Ya, udah kita bisa ke Altar sekaran-aws!"

Haechan mengaduh ketika mendapat pukulan di lengannya dari Renjun.

"Heh, kecil. Kenapa gue dipukul?" tanya Haechan protes.

"S-salah sendiri becanda mulu!" sahut Renjun gugup. "Buruan ngomong! Ada apa nyariin gue?"

"Hm....."

Haechan hanya membalas dengan gumaman singkat. Wajah pemuda itu berubah datar bahkan tatapannya terasa dingin. Renjun jadi takut.

"Haechan?"

Renjun memanggil pelan, namun Haechan tak menyahut karena dia sibuk mengusap tangannya yang terkena pukulan.

"Maaf, sakit, ya?" ucap Renjun merasa bersalah. Ia turun dari tempat tidur, lalu mengusap lengan Haechan. "Gue gak bermaksud."

Haechan menyeringai. Pemuda itu menarik tangan Renjun, lalu membubuhkan ciuman manis di pipi kanan. Jebakannya berhasil.

"Kena juga lo," ucap Haechan puas tidak memperdulikan bagaimana kondisi wajah dan jantung Renjun saat ini.

"Aish, Lee Haechan!"

"Hahahaha. Maaf, cantik. Otak jahil gue langsung nyala waktu ngelihat pipi lo merah kaya udang rebus gitu," kata Haechan tanpa merasa bersalah.

Renjun merengut kesal dengan wajahnya yang semakin memerah.

"Sini gue cium sekali lagi," celetuk Haechan yang sudah siap-siap ingin memberi ciuman kembali.

Renjun mendelik, lalu menjauh dari Haechan. Jika terus begini, kondisi jantung dan hatinya tidak akan selamat.

"Apaan, sih!"

Haechan tertawa melihat penolakan dari pemuda di hadapannya ini. "Emang panas, Ren? Muka lo makin merah gitu."

PANGERAN (Hyuckle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang