Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
3 chapter lagi. Tentukan pilihan kalian di 2 chapter lagi, ya.
Ayo, semangat.
Ps: Maaf jika ada yang tersinggung aku selalu nyebut pacar Haechan dengan panggilan Princess. Bukan maksud missgendering, aku cuma mau ngerahasiainidentitasnya dulu sampai ending nanti. Jika udah selesai semua, kata Princess bakal aku ganti jadi nama pacar Haechan.
Makasih.
. . .
Mark mengambil ponselnya yang bergetar karena ada panggilan masuk.
........... Incoming call.
Kekasih Haechan yang menghubungi.
Mark mengangkat tanpa semangat.
"Ada apa?" tanya pemuda itu saat panggilan tersambung.
"Heem, gue ganggu, ya?"
"Enggak. Kenapa?" tanya Mark lagi. "Lo ngehubungi gue karena ada hal penting, kan?"
"Gak penting, sih. Gue cuma mau minta maaf soal kejadian tadi di ruang latihan."
Mark kembali teringat kejadian yang cukup membuatnya sakit hati.
"Lo pasti benci sama gue dan yang lain, ya? Gue gak larang kalau lo mau benci kami, kok. Cuma gue beneran minta maaf. Gue tau kalau kami salah."
Mark memejamkan mata erat sampat kening pemuda itu terlihat mengkerut.
"Mark---"
"Walau kalian dapat izin dari Haechan soal tadi, tapi seharusnya kalian bisa mikir apa gue ngasih izin juga atau enggak," ucap Mark memotong. "Kalian langsung nyerang gue gitu aja. Ngebongkar semuanya tanpa persetujuan dari gue."
"Mark---"
"Gue tau kalian ngelakuin itu karena kesel sama gue, kan? Tapi, kalian gak perlu kaya gitu," kata Mark lagi.
"Mark---"
"Bagi gue soal keluarga itu privasi. Gak harus semua orang tau kehidupan gue gimana. Walau lo calon Adik ipar gue, tapi lo tetap gak ada hak."
Tangan Mark terkepal erat di sisi tubuhnya. Kekasih Haechan tampak diam. Keadaan hening dalam beberapa saat.
"Maaf."
Mark menarik napas perlahan. Dadanya terasa sesak.
"Tapi, gue juga gak menapik kalau ini semua berawal karena kesalahan gue sendiri," ucap Mark kembali berbicara. "Kalau gue gak ngaku pacar Haechan, kalian juga bakal diam aja, kan?"
