Bab 17 - Kelana Sastrowilogo

288 26 2
                                    


Please vote and give me your comments before reading.

Aku mau kenalan sama para silent readers di Wattpad. Siapa tahu ada yang bisa jadi bestie, gitu. 

***

Giselle membalas jabat tangan ketiga orang asing yang berdiri di ruang privat restoran ini. Tersenyum dan tertawa penuh kepalsuan.

"Jeng Mira, ternyata benar Giselle sangat ayu, sayang sekali saya baru kenal Giselle sekarang," celetuk Nyonya Rahayu seraya menyambut pelukan Giselle dengan hangat diiringi senyum lebar setelah mereka melakukan cipika cipiki ala perempuan ibu kota.

"Iya, dia sibuk sekali bekerja Jeng, sulit sekali kalau diajak kumpul-kumpul bersama saya kalau ada acara arisan atau acara sosial begitu," ujar Mama memberikan alasan mengapa Giselle tidak eksis di dunia sosialita Jakarta seperti mamanya.

Jika bicara alasan sesungguhnya, tentu saja karena Giselle tidak berminat terjun di dunia tersebut.

Tapi kini, karena Akira sudah mengantongi satu nama konglomerat yang akan berpotensi menjadi klien terbesar The Converge, maka Giselle harus menaikkan standar permainannya dan mulai berkiprah dalam dunia penuh gemerlap ini.

"Iya Tante, maaf, saya sibuk banget sama kerjaan akhir-akhir ini." Giselle akhirnya mengikuti arah pembicaraan mamanya.

"Oh, memangnya kamu kerja di mana, Giselle?" tanya Om Lukman yang kemudian mempersilakan semua tamunya duduk kembali.

"Di kantor konsultan, Om Lukman. Namanya The Converge," jawab Giselle dengan semangat.

Nah, kalau dari awal sudah menyerempet masalah kerjaan seperti ini, akan lebih mudah lagi bagi Giselle nanti untuk mencari celah dan menawarkan jasa konsultan dari perusahaannya The Converge. Bisa-bisa jalannya bakal lebih mudah lagi untuknya dalam menggaet keluarga kelas paus ini masuk sebagai klien Giselle.

"The Converge?" tanya Om Lukman sedikit penasaran.

"Perusahaan lokal, Pa. Bukan dari Big Four consulting. Tapi sepertinya reputasinya cukup baik." Suara bariton Kelana Sastrowilogo membuat Giselle menoleh ke arah pria tersebut.

"Kita bisa bicara bisnis nanti saja, kita makan dulu saja!" Tante Rahayu mengeryit tak setuju jika pembicaraan mengarah ke sana, tujuan mereka kali ini adalah menjamu Giselle dan keluarganya, bukan pertemuan bisnis. 

Protes dari Nyonya Rahayu praktis menghentikan pembicaraan serius seperti bisnis dan pekerjaan. That's a shame!

Mereka memesan menu yang disediakan di restoran The Opulent. Sebuah restoran yang memiliki cabang di kota-kota besar milik keluarga Danudihardjo. 

"Saya suka sekali kalau makan siang di sini, Jeng Rahayu. Makanan Indonesianya enak-enak semua." Mama kali ini menanggapi ucapan Nyonya Rahayu dengan nada ramah.

Papa yang sejak tadi diam saja akhirnya memulai pembicaraan kepada Lukman Sastrowilogo.

"Pak Lukman, terima kasih sudah menerima kami sekeluarga untuk silaturahmi, saya sebenarnya ingin berkunjung ke kantor Pak Lukman, tapi kata sekretaris Anda, Pak Lukman ini sibuk sekali, ya?" 

Papa menyesap kopi hitam Flores yang menjadi salah satu minuman andalan di restoran ini. Dia menyapa rekan kerjanya dengan sedikit segan.

Jika Giselle perhatikan, sepertinya Papa bukanlah teman dekat dari Lukman Sastrowilogo. Terlihat dari gestur Om Lukman. Yang meskipun terlihat ramah, tapi tetap auranya seakan menolak kedekatan yang Papa coba buat.

Kursi Panas di KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang