Bab 19 - The Ex

295 19 0
                                    

Hulla! 

Maaf kemarin nggak update dan baru bisa up sekarang. 

Minta vote dulu ya sebelum baca, your vote means a lot to me,

Bunch of love, Jemma

***


AKIRA


Akira meringis singkat ketika Leo menembaknya tentang masalah Andin.

"Duh, langsung to the point ya, bro, nanya tentang Andin," ujar Akira sambil tersenyum rikuh.

"Soalnya gue suka lihat si Andin dulu sering ke rumah lo ketemu nyokap, tapi sekarang udah jarang banget liat mobilnya lewat sini," terang Leo sambil menatap ke arahnya penuh rasa penasaran. 

"Gue udah putus sama Andin hampir enam bulan lalu," jawab Akira seraya menyesap espressonya.

Memang pilihan kopi special blend hingga single origin pilihan kedai Morning Mist ini memiliki kualitas terbaik.

"Kopi apa ini Leo, kok enak banget sih?"Akira terdistraksi dengan rasa kopi dan harumnya yang benar-benar menggugah indra penciumannya.

"Oh, ini single origin, kopi Flores Bajawa. Gue dapet satu supplier yang oke banget. Mereka juga sudah mulai ekspor ke beberapa negara." ujar Leo dengan bangga.

Tentu saja rasa bangga itu ikut tertular kepadanya dan senyumnya semakin lebar. Dia ikut bahagia melihat sahabat masa kecilnya kini semakin sukses dan berjaya di bidang yang digelutinya. 

"Best seller terbaru tuh di Morning Mist." Leo menambahkan.

"Eh bentar, balik lagi ke topik pembicaraan kita. Jangan mengalihkan pembicaraan dong!" protes sahabatnya mendengar pembicaraan tentang Andin yang sengaja Akira alihkan. 

Busted!

Better to talk about the bitterness of coffee rather than the bitterness of the ex, right?

"Coba gimana lanjutin ceritanya sama Andin. Kok gue baru tahu sih?" tanya Leo penasaran.

Memang mereka sahabat waktu kecil. Dan mereka bisa bertahan hingga sekarang, meskipun jadwal pertemuan mereka tak lagi seintens waktu mereka masih di zaman SMA.

Tapi mungkin karena kerjaan Akira yang lumayan padat beberapa bulan ini, makanya dia tak seintens dulu lagi untuk bercengkrama atau menanyakan kabar secara personal kepada sahabat-sahabat kompleksnya yang kini sudah mengarungi hidup masing-masing. Tak heran tatkala berita tentang salah satu dari mereka sedang menjalin hubungan atau putus hubungan seperti ini tak bisa diketahui oleh teman-temannya yang lain secara terbuka.

"Ya gitu, emang kita berdua nggak cocok dan visi misi kita terhadap suatu hubungan udah beda banget," jawab Akira dengan general dan sengaja tidak menjabarkan begitu dalam.

Leo paham sebenarnya kalau Akira tak mau berbicara panjang lebar tentang Andin, hingga akhirnya dia memilih untuk melawak dan bertanya kepada Akito yang tadi ikut mendengarkan mereka berdua.

"Oi, Akito ... abang lo nangis nggak waktu putus sama Andin?" goda Leo yang langsung berbuah tepukan keras di bahunya.

Akito sepertinya juga tak tahan untuk menggoda Akira, dan dia mengangguk dengan antusias.

"Jelas lah Mas Leo, hidung dan matanya merah waktu dia balik ke rumah pasca putus sama Mbak Andin," jawab Akito sambil terkikik geli.

"Hei! Gue abis pilek waktu itu! Jangan fitnah!" ujar Akira membela diri.

Kursi Panas di KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang