Bab 24 - Cekcok di dalam Mobil

333 15 0
                                    


Akira tak tahan dan akhirnya menatap Giselle terang-terangan di dalam mobil Pajero Sport miliknya saat lampu merah menghentikan laju mobilnya.

"Presentasi kamu tadi bagus di depan Darius dan juga kedua sahabatnya, Raka dan Nero. Mereka bertiga merupakan pemegang keputusan bagi keberlangsungan perusahaan raksasa tersebut," puji Akira dengan tulus.

Giselle hanya mengedikkan bahunya singkat. Akira tahu gadis itu tidak merendah, Giselle bersikap biasa saja seakan hal yang dilakukannya tadi bukanlah sesuatu yang luar biasa. Makanya Akira bisa mendapati respon Giselle yang begitu tenang, bahkan... cenderung santai. 

"Yeah, I know I am that good," jawabnya singkat. 

Memang jika orang yang tak paham dengan Giselle menganggap apa yang diucapkan gadis itu adalah bentuk kesombongan. Tapi Akira tahu dan memahami apa yang diucapkan Giselle itu adalah suatu bentuk self awareness, kepercayaan diri.

Perempuan ini sangat nyaman hidup sebagai dirinya sendiri – yang jika Akira perhatikan beberapa minggu ini, memang memiliki karakter kuat.

Srikandi modern jika bisa dibilang.

Tapi tentu saja karakter kuat perempuan yang duduk di sampingnya ini berbanding lurus dengan sikap keras kepalanya yang terkadang membuat Akira frustasi saat bekerja bersamanya.

Mereka telah selesai berbincang dan memberikan presentasi mengenai The Converge dan juga proposal jika rencana akuisisi antara Danudihardjo Enterprise dan Sudibyo Coproration sudah mulai dilaksanakan. 

Saat ini mereka dalam perjalanan pulang untuk kembali ke kantor. Hari ini supir kantor penuh semuanya, sehingga Akira terpaksa memakai mobilnya sendiri untuk menemui Darius siang tadi. Jika dia tidak pergi bersama Giselle, mungkin dia bakal naik ojek online saja. Karena jujur saja jarak kantor mereka di daerah SCBD dengan Hotel Royal Ruby di Senayan sangatlah dekat.

Pakai ojek online mungkin hanya memakan waktu 10 menit, atau 15 menit paling lama.

Ya kekurangannya paling jasnya jadi sedikit bau matahari dan asap knalpot. Tapi Akira rasa parfum Tom Ford yang ditaruh di dalam tasnya bisa menyelesaikan masalah itu dengan singkat.

Permasalahannya adalah Giselle.

Perempuan itu hari ini memakai blus putih sleeveless, blazer dan rok senada warna hijau sage ditambah dengan high heels yang cukup tinggi, membuat Akira sedikit terdistraksi dengan kaki mulus jenjang perempuan itu.

Dengan pakaian impeccable seperti itu, rasanya tak mungkin gadis itu mau pakai ojek online, dan rasanya picik sekali jika Akira membiarkan perempuan itu naik ojek padahal dirinya bisa membawa mobil.

Makanya dia memutuskan untuk memanaskan Si Bujang – nama mobil kesayangannya – dan mengendarainya untuk meeting hari ini.

Akira terkekeh mendengar ucapan optimis Giselle.

"Saya salut sih sama tingkat percaya diri kamu yang luar biasa. Jarang-jarang saya menemui perempuan dengan karakter seperti kamu," ujar Akira tanpa filter.

Lampu merah telah berganti menjadi warna kuning, hingga akhirnya dua detik kemudian berganti menjadi warna hijau.

Akira menarik persneling mobil dan menginjak pedal kopling dan gas secara perlahan.

"Perempuan memang harus begitu kalau mau bertahan di dunia kerja kayak gini," jawab Giselle seraya menghela napas panjangnya.

Akira menaikkan sebelah alisnya mendengar curhat colongan yang entah sengaja atau tidak diucapkan gadis di sebelahnya.

Kursi Panas di KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang