GISELLE
Giselle bangun pagi ini dengan kepala yang lebih ringan dibanding saat dia tidur cepat tadi malam karena serangan migrain.
Kini jam sembilan pagi, dia telah selesai melakukan pilates, mandi, dan juga menyiapkan sarapan dengan yogurt dan smoothies.
Rencananya hari ini dia mau pergi ke Foodhall atau mungkin supermarket khas produk Jepang bernama Papaya untuk mengisi kembali isi kulkasnya. Kegiatan tersebut juga pasti bisa meningkatkan moodnya yang anjlok setelah pertemuan kemarin bersama ayahnya, dan dilanjut dengan perdebatan di telepon bersama mamanya semalam.
Supermarket akan buka jam sepuluh pagi. Sambil menunggu waktu, Giselle memutuskan untuk menyalakan Netflix dan mencoba mencari tontonan yang bisa dilihat seraya menghabiskan waktunya.
"Duh ... bosan juga ternyata," gumam Giselle pelan seraya menggonta ganti drama serial, dan berhenti untuk fokus menonton.
Dia bingung harus melakukan apa di Minggu pagi seperti ini.
Biasanya Minggu pagi seperti ini dia suka bertemu dengan teman-temannya untuk melakukan brunch, sambil sesekali menggosip tentang kehidupan percintaan dan karir mereka.
Bahkan beberapa bulan lalu ketika dia masih berpacaran dengan Tristan, mereka biasanya suka pergi berkencan menonton bioskop, atau makan siang di restoran hip dan trendi yang sedang ramai dan viral di media sosial.
Tapi kini kegiatan tersebut rasanya sudah hambar bagi Giselle.
Mungkin putusnya dengan Tristan waktu itu membuat Giselle berpikir lebih dalam, serta membuatnya bertekad menata ulang hidupnya.
Sepertinya dia harus mencari hobi baru, kalau dia ingin hidupnya lebih bermakna.
"Kau ingin hidupmu bermakna, Giselle? Bisa memulainya dengan mengurus laundry dan bersihkan apartemenmu ini!" bantah Giselle sendiri sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangannya.
Giselle akhirnya mengumpulkan niatnya, dan mulai melakukan pekerjaan rumah yang selalu ditunda-tunda.
Mencuci bajunya, dan membersihkan kamar mandi.
Huff!
Kini pinggangnya terasa cukup pegal karena dia dari tadi bolak balik jongkok dan berdiri untuk melakukan kedua pekerjaan yang paling Giselle hindari jika sudah tiba di apartemen.
Dia juga menyetel musik lofi dari channel youtube kencang-kencang untuk menemaninya membersihkan rumah seharian ini.
Giselle tidak mengecek jam karena terlarut dalam kegiatan bersih-bersihnya, hingga kemudian suara bel di pintu depan apartemennya membuyarkan konsentrasi dan kegiatannya.
Giselle menghentikan kegiatannya yang sedang menggosok bathtub dengan cairan pembersih, dan mengernyitkan dahinya.
Huh?
Siapa yang datang ke tempatnya hari Minggu ...
Jangan bilang mama benar-benar datang ke sini untuk menyeretnya pergi ke restoran The Opulent!
Giselle mengintip dari lubang lensa pintu apartemennya dan mendapati mamanya telah berdiri di depan.
Benar, kan!
Dia menubrukkan kepalanya ke pintu seraya menghela napas panjangnya.
"Giselle cepat buka, Mama tahu kamu di dalam!" Suara mama terdengar dari balik pintu.
Dia terpaksa membuka pintunya dan menyapa mamanya dengan senyum masam.
"Mama, tumben datang ketemu aku," sapa Giselle sedikit malas, tapi dia tetap mempersilakan mamanya masuk ke dalam apartemen kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kursi Panas di Kantor
ChickLitBlurb: Giselle Putri Natapradja, gadis cantik ambisius - seorang konsultan senior yang mengidamkan posisi Partner yang sedang kosong di kantornya The Converge. Bosnya mengatakan jika posisi itu terbuka baik untuk para konsultan The Converge yang m...