Bab 25 - Kegelisahan Rindi

239 19 0
                                    



GISELLE


Giselle kembali ke kantor setelah dia dan Akira selesai bertemu dengan Darius Danudihardjo beserta du rekan kerjanya yang jika Giselle telaah dinamikanya justru lebih mirip seperti sahabat.

Dia mendapat banyak informasi baru mengenai Darius Danudihardjo, bagaimana perusahaan raksasa itu bekerja setelah ditinggal oleh Carlos Danudihardjo – kepala keluarga yang juga ayah dari Darius. Carlos Danudihardjo pergi meninggalkan Indonesia karena tersangkut kasus korupsi dan dinyatakan sebagai buronan aparat penegak hukum Indonesia.

Giselle juga mendapatkan sedikit informasi bagaimana bisnis mereka secara lebih dekat dan personal.

Perlu diakui, Danudihardjo is the real whale! A real prehistoric-sized killer whale.

Pantas saja jika perusahaan itu membuka tender, jagad industri konsultasi langsung dibuat heboh.

Tadi setelah presentasi dan perkenalan singkat mengenai The Converge yang dibawakan dengan baik dan mulus oleh Giselle, dia menyadari jika dia harus bekerja ekstra mati-matian untuk bisa mengalahkan Akira.

"Emang keren sih, bisa meyakinkan pengusaha sekelas Danudihardjo untuk memilih Akira sebagai partner konsultannya dalam dua tahun berturut-turut!" ucap Giselle diselipi dengan sedikit rasa takjub.

Tapi tentu saja dia tidak mengucapkan hal ini secara gamblang di hadapan Akira. Bisa-bisa orang itu semakin besar kepala saja!

Saat ini Giselle duduk di ruangannya seraya menyelesaikan kembali rancangan proposal yang sedang dia godok untuk meyakinkan konglomerat sekelas Darius Danudihardjo untuk menerima 'pinangannya'.

Namun sejak dia kembali, otaknya terasa buntu. Giselle refleks mengulang percakapan yang cukup aneh antara dirinya dengan Akira di dalam mobil saat perjalanan pulang tadi. Jika dia tak salah mengartikan percakapannya tadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa Akira ingin menurunkan eskalasi ketegangan yang tercipta di antara mereka berdua.

Tapi bagaimana bisa?

Akira adalah musuhnya di dalam kantor. Dia telah mengambil kursi idaman Giselle. Tak mungkin dirinya bisa merelakan posisi partner begitu saja dan menerima dengan legowo keputusan sepihak dari Pak Hasan.

Bagi Giselle, keputusan bertahan yang terbaik adalah dengan cara menyerang. 

Lewat cara berpikir seperti itu, Giselle kembali bersemangat dan bertekad untuk menyelesaikan proposalnya. Dipandanginya lagi layar komputer di depannya untuk menyusun formulasi tepat dalam merayu Kelana Sastrowilogo.

Iya, setelah bertemu dengan Darius Danudihardjo, Giselle kembali bersemangat menyelesaikan proposal untuk calon kliennya sendiri, Kelana Sastrowilogo. Dia tak ingin kalah begitu saja oleh Akira. Selama belum closing tahunan, maka kesempatan masih terbuka lebar!

"Tapi bagaimana gue bisa memberikan solusi kepada Kelana, jika gue bahkan nggak tahu ada masalah apa yang membutuhkan penyelesaian?" 

Giselle bermonolog didera rasa frustrasi. 

Jika dia tak tahu satu masalah yang perlu dipecahkan dan diselesaikan oleh Kelana, maka proposalnya hanya terdengar seperti pepesan kosong belaka.

Ini semua gara-gara Akira!

"Ugh! Gue benci sama lo!" rutuk Giselle kesal.

"Huh? Bu Giselle kenapa?" 

Kepala Rindi yang menyembul di balik pintu Giselle membuatnya menghentakkan tubuhnya secara tiba-tiba. Hampir saja dia terjungkal dari kursinya jika dia tidak sigap memegang meja sebagai tumpuannya.

Kursi Panas di KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang