Bab 30 - A Stolen Kiss

275 22 1
                                    

AKIRA


Akira bertindak sesuai instingnya yang sejak tadi telah mendorong jauh-jauh akal sehatnya, serta bertumpu pada satu hal saja yang sejak tadi merangsek masuk dalam hatinya.

'Cium Giselle sekarang juga! She's so cute, and pretty and fierce!'

Begitu yang ada di dalam pikirannya sejak tadi mereka berbicara di sudut bar ini. Sudah berulang kali dia menahan keinginannya tersebut, tapi akhirnya Akira tak kuasa menutupinya lagi dan bertindak seperti apa yang dia mau lakukan.

Dia mengincar bibir ranum berwarna merah muda milik gadis cantik di hadapannya ini, dan melumatnya dengan penuh rasa.

Giselle terpekik kaget dengan tindakan gila dan spontan yang dilakukan Akira barusan. Tangan Giselle yang tadinya mencubit dada Akira dengan agresif, berhenti sejenak sebelum akhirnya mencoba mendorong tubuhnya yang tetap tegap berdiri. Sayangnya, Akira sudah terlampau horny dan kemampuan pengendalian dirinya sudah berada di ujung tanduk, alih-alih dia malah mendekat untuk mencari kehangatan dari tubuh Giselle.

Akira memperdalam ciumannya dan menuntut Giselle untuk membuka bibirnya secara penuh. Lidahnya menjelajah tanpa jengah dan beradu dengan milik Giselle penuh dengan gairah.

Tangan kanan Akira yang tadinya bertengger di pinggang Giselle menjelajah menuruni pinggang hingga merengkuh bokong penuh milik perempuan tercantik dan terseksi yang pernah Akira temui.

Tangan kirinya menyusuri leher jenjang Giselle dan bertahan di sana. Ibu jarinya mengelus pelan leher mulus itu dan merasakan aliran darah yang berdesir begitu cepat di sana.

Mereka berdua terlarut dalam ciuman dalam dan hangat ini.

Maju mundur, penuh gairah.

Sampai akhirnya Giselle memundurkan wajahnya karena kehabisan napas.

Dia menatap Akira tak percaya. Akira hanya tersenyum lebar mendapati ekspresi wajah Giselle yang begitu menggemaskan.

"What the hell are you doing?" tanya Giselle dengan suara serak di tengah hiruk pikuk dentuman musik DJ.

"Aku menciummu," jawab Akira dengan gamblang dan sedikit bangga.

Seluruh tubuhnya membara karena ciuman singkat ini. Seakan tubuhnya mengingat kembali apa yang pernah terjadi beberapa bulan silam bersama Giselle.

"Gila kamu ya!" Giselle sepertinya tersadar dari kekagetannya dan memberontak di dalam pelukan Akira.

Akira tadinya mengencangkan pelukannya, sebelum akhirnya menyerah dan melepaskan Giselle dari dalam dekapannya.

"Kita berdua memang sudah gila, Giselle!" balas Akira.

"Kamu nyadar nggak, tensi kita selalu tinggi kalau sudah ketemu dan juga bicara seperti ini," tambal Akira dengan penuh penekanan.

"Akui saja kalau kita punya ketertarikan satu sama lain, tapi kamu menolaknya dan justru malah ngajak ribut untuk menutupi perasaan kamu itu, kan!"

Giselle seperti tak terima dengan apa yang Akira ucapkan, dan menggelengkan kepalanya.

Keras kepala. Beautiful, yet stubborn to the core! This woman successfully made him crazy!

"Hah! Keep dreaming!" tukas Giselle dengan kesal.

Pekik suaranya seakan membantah hipotesa Akira tentang ketertarikan mereka satu sama lain. Mendengar penyangkalan gadis itu, justru membuat Akira menaikkan sebelah alisnya. Dia tak percaya dengan bantahan lemah yang dilemparkan Giselle.

Kursi Panas di KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang