Bab 4 - Pertemuan Kembali

957 42 0
                                    

Pernahkah kalian dilanda kekagetan luar biasa sampai-sampai merasakan sensasi otak membeku, lidah yang menjadi kelu, dan tidak bisa merespon seluruh sensori yang berjalan di setiap momen waktu?

Giselle merasakannya sekarang.

Dia tadi keluar ruangannya karena dia ingin pergi ke pantry untuk mengisi ulang chamomile tea miliknya yang mulai mendingin karena suhu AC pagi ini yang begitu brutal menurutnya.

"Ah, Giselle. Perkenalkan, ini Akira. Mulai hari ini dia akan menjadi bagian dari keluarga besar The Converge sebagai Partner. Dia menggantikan posisi Mas Dirga mulai saat ini."

Suara riang Pak Hasan rasanya bak petir yang menyambar di siang bolong.

Ada dua hal besar yang menjadi titik perhatian Giselle seketika dia mendengar berita mengejutkan ini.

Pertama, mengenai posisi yang Giselle idam-idamkan.

Dan yang kedua, mengenai pria asing namun familiar yang berdiri di hadapannya; Giselle memprediksi bahwa dia sama kagetnya seperti dirinya sekarang.

Giselle menggelengkan kepalanya sekali lagi, mencoba untuk menghilangkan rasa kagetnya.

"Pak Hasan? Kenapa dia ada di sini?" Giselle menatap bosnya dengan tatapan terluka dan tak percaya.

"Kupikir Pak Hasan setuju untuk memberikan kesempatan ini kepada saya?" tembak Giselle langsung kepada atasannya.

"Kenapa tiba-tiba posisi ini sudah terisi?" tanya Giselle yang sekuat mungkin menutupi rasa terlukanya.

Persetan jika dia disebut tidak profesional pagi ini karena mengkonfrontasi kepada bosnya langsung di hadapan pria yang mendapatkan posisi partner di kantor ini.

"Bukannya Anda berjanji akan memberikan saya kesempatan untuk mengikuti bursa posisi ini?" Giselle menggugat balik keputusan yang dirasa Giselle begitu tiba-tiba dan sepihak.

"Dan kamu!" Giselle menatap pria asing yang pernah melewati satu malam panas bersamanya di Hotel The Royal Ruby di kawasan Thamrin sekitar tiga bulan lalu dengan penuh amarah.

Saking marahnya, dia sampai kehabisan kata-kata, dan menatap Akira dengan tatapan menantang.

"Giselle!" Pak Hasan menegur keras nada konsultan seniornya yang begitu tidak bersahabat kepada Akira. Si pria tampan yang kini merenggut posisi incarannya.

"Pak, I got blindsided! Aku tidak menyangka akan ditikung sedemikian rupa oleh... oleh... ugh!" Giselle sampai-sampai refleks menghentakkan kakinya sebagai tanda frustasi.

"Kita perlu bicara setelah ini!" Suara Pak Hasan mengeras melihat tingkah polah Giselle yang out of the place. Tidak biasanya salah satu bawahan kebanggaannya bersikap kekanakan seperti ini.

'Kenapa tidak bicara di sini saja, di depan si pencuri jabatan yang tiba-tiba datang tanpa dosa ke kantor The Converge!' rutuk Giselle dalam hati.

Dia tentu saja tak berani mengungkapkannya secara terang-terangan, melihat Pak Hasan tidak menyukai cara Giselle menyampaikan keberatannya.

"Well... Akira, ini Giselle. Dia konsultan senior yang sudah bersama The Converge selama empat tahun."

"Mungkin kalian bisa duduk bersama dan berbicara nanti. Untuk sekarang saya perlu bicara dengan Giselle dahulu." Pak Hasan menghentikan tur kantor kepada Akira dan memilih untuk berbicara dengan Giselle terlebih dahulu.

Untuk meluruskan kesalahpahaman dan juga gesekan yang terjadi karena posisi partner yang terisi oleh orang di luar The Converge.

"Tentu Pak Hasan, santai saja." Akira menyambut ucapan atasan barunya dengan ramah.

Kursi Panas di KantorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang