6. naluri ingin menjagamu
"Elang, jangan tinggalin aku," gumam Prisa parau saat kembali dibopong oleh Hilman menuju lift gedung apartemen.
Hilman memutuskan membawa Prisa ke apartemennya setelah meminta pendapat Hanna yang mengatakan bahwa Prisa sempat berbohong pada Om Prabu dengan mengatakan hendak menginap bersama Hanna, padahal malah ke tempat lain. Opsi membawa Prisa menginap dengan Hanna sempat terpikir oleh Hilman. Namun, pria itu tak mau membuat orang tuanya, apalagi mamanya, berpikir yang tidak-tidak terhadap kondisi Prisa yang mabuk. Jadi, Hilman memilih opsi yang paling aman, membawa Prisa ke apartemennya dengan mengajak serta Hanna menginap di sana. Adiknya sudah di perjalanan menuju tempatnya.
"Elang." Lagi-lagi Prisa menggumamkan nama itu.
Hilman menatap nanar gadis yang bersandar di dadanya. Lift yang membawa mereka telah sampai di lantai apartemen Hilman. Lelaki itu cukup kesusahan memencet kode apartemennya karena masih membopong gadis tersebut.
Apartemen Hilman memiliki dua kamar yang salah satunya dijadikan studio tempat latihan bermain drum. Mau tak mau Hilman membawa Prisa ke kamarnya.
Prisa bergumam tak nyaman saat Hilman membaringkannya di tempat tidur.
"Elang."
Gerakan Hilman menarik tangan dari punggung Prisa terhenti.
"Jangan tinggalin aku, Lang."
Kembali Prisa meracaukan nama itu diikuti isakan kecil yang terdengar begitu memilukan di telinga Hilman.
"Elang, takut."
Hilman lantas membawa jemari Prisa ke dalam genggaman, mengelusnya selembut mungkin agar wanita itu bisa lebih tenang. Sayangnya, isakan Prisa tak juga berhenti, entah bunga mimpi seperti apa yang Prisa temui dalam lelapnya.
"Prisa." Sebelah tangannya lagi merapikan anak rambut Prisa dan menyelipkannya di belakang telinga gadis itu dengan gerakan pelan agar Prisa tak semakin terganggu oleh tindakannya.
Prisa-nya telah berubah. Tak ada lagi senyum hangat di wajah tenang wanita yang sudah dicintainya sejak delapan tahun yang lalu, yang ada hanya kerapuhan. Hal itu semakin membuat sisi dalam jiwa Hilman ingin melindungi Prisa dengan cara yang ia masih tak tahu harus bagaimana.
"Elang, aku nggak mau sendirian." Prisa berbicara dengan mata terpejam gelisah, terdapat air mata mengalir di sudut netranya.
"Kamu nggak sendiri, aku bakal nemenin kamu, Pris." Hilman membisikkan kalimat itu dengan batin yang begitu sakit, dihapusnya air mata yang berlinang di pipi wanita tersebut. Genggamannya pada Prisa tak kunjung lepas.
Dia tak lantas bergegas meninggalkan kamar setelah Prisa sudah tertidur tenang, terus saja Hilman menatap Prisa tanpa bosan dan tak sedikit pun mengalihkan pandangan. Jauh dalam lubuk hatinya, Hilman ingin mendekap erat Prisa sepanjang waktu, lebih gilanya lagi baru saja mampir keinginan mengecup kening wanita yang terpejam di sebelahnya.
Hilman mengusap kasar wajahnya untuk mengusir semua godaan gila yang ada di pikirannya. Bohong kalau Hilman tak terbayang mengambil kesempatan mendekati Prisa setelah meninggalnya Elang, keinginan itu jelas ada dan menggebu-gebu setelah delapan tahun menahan perasaan untuk Prisa. Jiwa raga Elang memang sudah pergi, tetapi segala tetang lelaki itu masih bertakhta tinggi di hati Prisa. Hilman menyadari fakta krusial satu itu.
Hanya elusan di puncak kepala gadis itu yang Hilman lakukan sebelum meninggalkan Prisa di kamar. Tak lama kemudian, Hanna tiba di apartemennya dengan membawa paper bag berisi pakaian ganti yang akan Hanna pinjamkan untuk Prisa. Hilman sudah menjelaskan kepada adiknya soal knologi kenapa ia bisa menemukan Prisa di kelab malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perayaan Juara Kedua
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) "𝑷𝒆𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒎𝒂, 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏?" -Hilman Satrio Nagara Di usia 25 tahun, Prisa Sophina ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh kekasih delapan ta...