8. Jangan Takut, Ada Aku
"Meskipun tanpa Elang, roda kehidupan kamu harus tetap berlanjut, ya, Dek?"
Kira-kira begitulah pesan mamanya pagi itu sebelum Prisa berangkat ke kantor untuk pertama kalinya lagi pasca cuti setelah kepergian Elang.
Di parkiran, Prisa memandang wajahnya dari pantulan cermin yang baru saja diambilnya dari dalam tas. Kemeja hitam dan rok payung selutut yang senada menjadi paduan outfit Prisa hari ini. Di lehernya telah terkalung lanyard perusahaan tempatnya bekerja. Setelah berdiam cukup lama, Prisa keluar dari mobilnya.
Gedung perkantoran itu ramai seperti biasa. Prisa bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang teknologi sejak baru lulus kuliah magister di bidang manajemen pemasaran. Prisa pun kini tergabung sebagai salah satu staf di tim marketing.
"Eh, Prisa!"
Bela menyapa heboh ketika Prisa baru keluar dari lift. Teman sedm-divisinya itu berdiri dari kursinya hanya untuk menyambut rekan sebelah kubikelnya.
"Wah, selamat bekerja kembali, Pris." Mas Agung, ketua divisi mereka pun tak lupa menyambutnya hangat. "Yang tabah, ya. Kami turut berduka cita karena meninggalnya pacar kamu. Percaya, Pris, Rencana Allah yang lebih baik pasti akan segera menemui kamu."
"Aamiin. Terima kasih doanya, Mas." Prisa memberikan senyum tipis.
Teman-teman devisi marketing Prisa dengan kompak memberikan ucapan-ucapan turut berbelasungkawa dan kalimat-kalimat penyemangat lainnya. Mereka semua menyadari pakaian serba hitam Prisa yang menandakan bahwa rekan mereka itu masih cukup terpukul setelah meninggalnya Erlangga Baskara. Maka dari itu, mereka dengan kompak memberikan hiburan dalam bentuk hadiah berupa barang ataupun makanan ringan. Ibra ditugaskan oleh para marketing untuk meletakkan kumpulan hadiah di atas meja Prisa saat jam istirahat. Bela mempermudah siasat mereka dengan memaksa Prisa ikut ke kantin yang ada di gedung perkantoran mereka.
"Eh, ini ada apa?" Jelas saja Prisa mengernyit heran kala menemukan banyak kado di atas mejanya, beberapa diikat pita merah muda.
"Itu hadiah dari kita buat lo. Beberapa baru ngasih kado ultah tuh, Ibra contohnya."
"Baru tiga minggu yang lalu, kan, ultah Prisa? Belum sebulan. Nah, itu isinya murah kok, semoga aja bisa menghibur lo, ya, Pris. Ada pantunnya loh di dalam," ujar Ibra jujur.
Lagi-lagi Prisa dibuat menganga. "Kok kalian bisa kepikiran, sih." Prisa menatap satu per satu kado tersebut dengan seulas senyum di bibir. Baik sekali rekan-rekannya.
"Makasih, ya, semua. Gue nggak nyangka loh kalian bakal se-effort ini ngehibur gue. Doa baik buat kalian semua, ya."
Mereka kompak mengucap 'sama-sama, Pris', 'terima kasih kembali', dan 'your welcome, Pris'.
"Di rumah aja, ya, gue unboxing hadiah dari kalian? Tertarik gue jadiin vlog singkat gitu buat upload di Youtube atau Instagram. Boleh nggak?"
"Mau lo jual lagi juga gue nggak masalah, Pris. Lakuin apa aja yang bisa bikin lo bahagia. Silakan," jawab Ibra kocak.
"Ya nggak mungkin gue jual juga." Prisa menggeleng-geleng.
Prisa mengumpulkan hadiah-hadiah tersebut ke dalam sebuah paper bag ukuran besar. Dia jadi penasaran apa saja isi kado-kado tersebut.
Di hari pertamanya kembali bekerja, jam pulang tiba, Prisa cukup kesusahan membawa paper bag berisi kadonya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perayaan Juara Kedua
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) "𝑷𝒆𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒎𝒂, 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏?" -Hilman Satrio Nagara Di usia 25 tahun, Prisa Sophina ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh kekasih delapan ta...