22. Indahmu Menandingi Banda Neira
Penerbangan mereka ke Ambon akan memakan waktu hampir empat jam. Prisa tak bisa menahan kantuknya saat pesawat mereka telah terbang lebih dari setengah jam yang lalu, apalagi mereka berangkat dini hari agar tak terlalu lama menunggu penerbangan pesawat perintis yang akan membawa mereka ke Pulau Banda. Di sebelahnya, ada Hanna yang berusaha meredam dongkol dengan memejamkan mata pasca kursi miliknya yang ternyata tak sederet dengan Dirga, lebih menyebalkannya lagi karena harus menjadi nyamuk antara kakaknya dan Prisa.Hanna yang duduk di dekat jendela melirik saat merasakan bahunya memberat, tampak Prisa telah terpejam dengan kepala terkulai di bahu kirinya walaupun sudah mengenakan bantal leher panda. Di sebelah Prisa, ada Mas Hilman yang juga tampak memejamkan mata dengan bersedekap tangan di dada. Kontan saja Hanna menggeleng. Enak saja kakaknya itu.
"Prisss." Hanna mendorong kepala Prisa ke arah Mas Hilman.
Lelaki itu membuka mata dengan raut yang cukup kaget.
"Istrinya butuh sandaran tuh," oceh Hanna diikuti ekor matanya yang menyipit.
Hilman hanya berdehem singkat sebelum melirik istrinya yang tertidur damai dengan pipi yang menempel sempurna di bahunya. Tak bisa menahan senyum, tangannya terangkat memberikan elusan di pipi putih istrinya. Hilman juga ikut memiringkan kepala ke puncak rambut istrinya, aroma vanila langsung menguar tanpa batas.
Perlakuan Hilman tersebut tak lepas dari perhatian Hanna yang sedang bermain ponsel. Dengan menahan senyum simpul, Hanna mengarahkan kamera ponsel kepada dua orang di sebelahnya.
Cekrek!
"Ish, pake bunyi segala lagi," dumelnya berusaha menutupi malu.
Hilman geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya, tangannya terulur meraih telapak tangan istrinya ke dalam genggamannya. Netra lelaki itu sudah mulai memberat dan perlahan terpejam.
Dua jam berlalu, giliran Prisa yang terjaga setelah sempat terkesiap merasakan beban yang menumpu di atas puncak kepalanya, ternyata Mas Hilman tengah menyandarkan kepala padanya. Serta, kukungan genggaman lelaki itu pada tangan kirinya mengundang senyum samar di bibir Prisa. Ternyata, diam-diam Mas Hilman tetap hangat padanya.
Sekitar pukul tujuh pagi lewat beberapa menit, pesawat mereka telah mendarat di Bandara Pattimura. Dua jam kemudian, mereka kembali melanjutkan perjalanan jalur udara menuju Banda dan sampai setelah menumpu waktu lebih dari lima puluh menit perjalanan. Dari Bandar Udara Bandaneira, mereka menyewa mobil Hiace untuk membawa mereka ke penginapan.
Pemandangan Gunung Api langsung menyapa saat mendekati hotel yang akan mereka tempati selama empat malam. Hotel tersebut berhadapan langsung dengan laut dan Gunung Api yang menjulang indah penuh kehijauan yang menenangkan mata. Saat Hilman dan Linggar sibuk mengurus check in kamar hotel, yang lain justru tak mau melewatkan kesempatan memandang indahnya panorama gunung dan laut dengan bersantai di kursi yang tersedia di bagian depan hotel, tak jauh dari situ terdapat hammock yang terikat pada dua pohon kelapa yang berjejer berdekatan. Rerumputan yang menutupi halaman hotel tersebut semakin menambah suasana asri lingkungan di sana.
"Kak Roy, fotoin kita, dong!" Hanna bertepuk tangan memanggil Roy.
Lelaki yang tengah berjongkok di pekarangan yang berbatasan langsung dengan jernihnya air laut itu langsung menoleh, hanya menaikkan alis sesaat sambil terus memainkan tangan di dalam air.
"Fotoin kita!" teriak Hanna lagi dengan menyatukan jari membentuk kotak merupai kamera.
"Ya elah, sabar kali. Lagi asyik juga." Dengan terpaksa Roy menjauh dari pinggir laut, mendekati tiga wanita yang sudah berjejer mempersiapkan penampilan, apalagi Kanin yang berusaha menutupi wajah pucatnya dengan lapisan bedak dan pewarna bibir, ia sama sekali tak ingin terlihat kucel walaupun mereka belum mandi sejak kemarin malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perayaan Juara Kedua
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) "𝑷𝒆𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒎𝒂, 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏?" -Hilman Satrio Nagara Di usia 25 tahun, Prisa Sophina ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh kekasih delapan ta...