13

4.1K 32 0
                                    

Sudah seminggu sejak Dave pergi dari rumah tempat tinggalnya, Dave belum kembali bahkan untuk sekedar menghubunginya saja tidak, apakah Dave benar benar marah besar kepadanya, apa kesalahannya memang sefatal itu.

Hari terus berganti, hingga Baby memutuskan untuk menelpon Dave duluan, karena sudah hampir sebulan Dave tak menghubunginya.

"Aduh telepon ga ya, telepon aja deh" Baby pun menekan kontak Dave, meskipun ia ragu, namun ia tidak ingin masalahnya berlarut larut.

"Halo" ucap seseorang di seberang sana.

Baby menegang saat yang menerima panggilannya seorang wanita.

"Iya halo, maaf bisa bicara dengan tuan Dave"

"Oh maaf suami saya lagi keluar, dia lupa membawa ponselnya, ini  dengan asisten suami saya, ada perlu apa, nanti saya sampaikan kalau suami saya sudah pulang"

"Oh nanti saja bu, saya akan membicarakannya langsung dengan tuan Dave"

"Oh baiklah nanti saya akan menyuruh suami saya untuk kembali menghubungimu, kalau begitu saya tutup telponnya"

"Baik bu"

Baby pun merenung, sepertinya Dave menyimpan kontaknya dengan nama asisten.

"Huh apa yang lo harapin Baby, lo berharap Dave menyimpannya dengan nama spesial, hah tidak mungkin" gumam Baby.

Beberapa jam kemudian Dave kembali menghubunginya.

"Halo Daddy"

"Kamu benar benar lancang menghubungi saya, bahkan kamu berbicara dengan istri saya, sebenarnya apa mau kamu, bukankah saya sudah mentransfer uang untuk kamu, apa itu kurang atau kamu sengaja ingin menghancurkan hubungan saya dengan istri saya" ucap Dave dingin dengan nada tinggi.

Memang selama ini Dave selalu mengiriminya uang dengan nominal yang tak sedikit, meskipun Dave tidak pernah menemui ataupun menghubunginyan.

"Baby cuma mau bertanya kemana saja Daddy selama ini kenapa tidak pernah menghubungi"

"Bukan urusan kamu, dan ingat jangan lagi kamu berani menghubungi saya, jika bukan saya yang menghubungimu duluan, dan kamu tenang saja saya akan tetap mencukupi kebutuhanmu, asal jangan sekali kali kamu macam macam dengan saya" Dave langsung mematikan sambungan teleponnya.

Baby langsung menumpahkan air matanya setelah Dave memutus telponnya.

"Apa Daddy hanya berfikir gue cuma mau uang dia, padahal gue cuma kangen, pengen tau kabar dia gimana, apa ini saatya gue mutusin buat akhirin semuanya, kalo dia tau gue punya perasaan sama dia, gue yakin dia bakal langsung usir gue dari sini, sesuai perjanjian gue ga bakal dapet apa apa seandainya gue punya rasa sama dia" guman Baby di iringi air mata yang terus menetes, membasahi wajahnya.

Baby yang masih menangis sesenggukan, tiba tiba merasa ingin muntah, ia pun berlari cepat menuju kamar mandi.

Huek,,, Huekkk,,, huekk

"Kenapa mual banget pengen muntah terus, tapi ga ada yang keluar, apa gue masuk angin atau gue lagi hamil" Baby pun menggelengkan kepalanya.

"Ga mungkin gue hamil, gue selalu minum obatnya, tapi terakhir gue ngelakuin sebulan lalu sama Daddy, yang setelahnya langsung pergi ninggalin gue dengan keadaan marah, gue lupa minum obatnya karena waktu itu gue ga sempet kefikiran ke sana, apa itu udah jadi"

Baby pun bergegas ke apotek untuk membeli tespeck.

"Gue harus gimana seandainya gue emang hamil" gumam Baby.

BABY 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang