izin, asha & Haidar

36 6 0
                                    

happy reading guys




Masa ospek telah berakhir. Semua orang pergi ke rumah masing-masing, termasuk sebelas orang yang masih tinggal di kantin.

Salah satu dari mereka terdiam, setelah teman-temannya pergi, ia langsung meninggalkan kantin. Ia memutuskan untuk mengelilingi kampus, mencari bukti atas kematian sang Kakak yang menurutnya sangat mencurigakan.

Di depan gedung berlantai tiga, orang itu terus menatap satu jendela.

"Di situ bang, di situ lu akhirin hidup lu bang. Tapi gua yakin kalau itu bukan keinginan lu bang, karena gua tau gimana sifat lu itu," ucapnya pelan dan meninggalkan gedung tersebut, masih tersisa rasa sakit kehilangan di hatinya.

Namun, tanpa disadarinya, salah satu temannya mengikuti dan memperhatikannya.

"Apa yang kamu sembunyikan?" batinnya, kemudian ia langsung pergi dari tempat persembunyian untuk pulang ke rumah.

•••• •••••

Di tempat lain, Asha tiba di rumah dengan susu yang masih digenggamnya. Di kamarnya, ia hanya bisa menatap susu tersebut tanpa berniat untuk meminumnya karena ia memiliki alergi terhadap susu.

"Apa maksud Kak Jayden ya?" ucapnya pelan.

Tanpa mau terlalu memikirkannya, Asha memutuskan untuk mandi dan membersihkan dirinya dari keringat, seraya membawa piyama tidur sebagai baju gantinya.

Setelah 15 menit berlalu asha menyelesaikan mandinya, ia pun keluar kamar menuju ruang keluarga yang berada di lantai satu dimana orang tuanya tengah asik menonton TV.

"Bunda," panggil Asha sambil duduk di samping bunda lengkara stevany

"Ada apa, sayang?" jawab bunda lengkara dengan lembut.

"Boleh gak kalau adek tinggalnya di kost aja, Bun? biar gak terlalu jauh dari kampus, nanti adek  cari kost yang deket dari kampus," pinta Asha.

Mendengar permintaan putrinya, kedua orang tua Asha menatapnya dengan khawatir.

"Apakah kamu yakin, sayang? Ayah khawatir jika terjadi sesuatu," ujar ayah Rengga

"Kenapa gak tinggal di sini saja, sayang? Bunda khawatir kalau kamu jauh dari kita," tambah bundanya khawatir. Asha memahami kekhawatiran kedua orang tuanya dan memegang tangan mereka.

"Bunda, ayah, adek bakal baik-baik aja ada banyak temen adek juga di sana, bunda sama ayah gak perlu khawatir ya," ucapnya meyakinkan mereka.

"Abang gak setuju, dek," ujar seorang pria tampan yang baru pulang dengan jas dokter yang masih ia kenakan, dia adalah Anggara Stevano geonal, kakak pertama Asha.

Asha yang melihat kedatangan sang kakak yang jarang pulang langsung berlari menghampirinya dan memeluknya.

"Abang kok baru pulang??? adek kangen banget ke Abang," ucap Asha manja sambil memeluk Anggara.

"Maaf ya, adek. Abang sekarang lagi sibuk-sibuknya jadi belum bisa pulang," ucapnya sambil memberikan ciuman di kening Asha.

setelah melepas rindu di antara keduanya, Anggara dan Asha duduk di kursi bersama kedua orang tuanya. Asha yang masih saja memeluk Anggara, sungguh ia merindukan kedatangan kakaknya yang sangat jarang sekali pulang.

"adek, kenapa pengen kost hm??" tanya Anggara lembut.

"Adek cuma nggak mau terlalu jauh bang, nanti adek terlambat kayak tadi terus dihukum, Bang. Abang harus ketemu sama yang ngasih hukuman ke adek. harus Abang ajakin gelut karena bikin adek capek, tapi jangan sampai yang di ajakin gelut mukanya bonyok yah bang, kasihan wajah gantengnya," cerita Asha heboh dan tanpa sadar ia memuji ketua panitia yang memberimua hukuman.

Ayah, bunda, dan Anggara tertawa geli mendengar cerita dari adik bungsunya.

"Sekarang adek tidur ya sayang. biar Abang kamu yang cariin kost buat kamu, sekarang tidur biar besok nggak terlambat lagi," ucap bunda lengkara lembut.

Asha mengangguk, melepaskan pelukannya, mencium pipi Anggara, bunda, dan ayah, " selamat malam semuanya " ucapnya dan pergi ke dalam kamarnya

•••• ••••

Di suatu rumah yang terasa begitu hangat, Haidar dan keluarganya tengah melaksanakan kebiasaan makan malam bersama.

"Yah, cigana na aa erek ngekost Weh nya," ucapnya setelah menikmati makan malam.

( yah, kayaknya Abang mau ngekost aja ya )

Ayah Hardiga, merasa dipanggil, menoleh ke arah di mana anaknya berada, "Sok ngawur kamu mah a, tong ah ayah hariwang kamu sorangan," jawabnya.

( suka ngawur kamu Abang, jangan ayah khawatir kamu sendiri )

Haidar, yang mendapat jawaban seperti itu dari ayahnya, hanya memasang wajah cemberutnya.

"Atuhh, yah da aa teh udah gede atuh," keluhnya.

( Abang udah besar yah )

"Bukan gimana-gimana aa, ibun juga kurang setuju kalau aa ngekost mah," ucap Sang Ibun Maheera yang sangat hafal dengan sikap anak sulungnya yang ceroboh dan susah diam.

"Si aa mah teu nyadar diri padahal kemarin ge ngekost tapi nggak lama balik lagi da pintu kamar mandi di tajong ku si aa nepi ka rusak gitu," sindir Almeena Danadyisa sambil mengingatkan sang Kakak.

( Abang gak sadar diri padahal kemarin juga ngekost tapi gak lama balik lagi soalnya pintu kamar mandi di tendang sama Abang sampai ke rusak gitu )

Mendengar ucapan sang adik perempuannya, Haidar teringat di mana sebelum ia masuk kampus, ia sempat tinggal di sebuah kos yang lumayan dekat dengan kampusnya. Namun, baru saja seminggu di sana, Haidar sudah merusak pintu kos dengan cara menendangnya. Ketika ditanya mengapa Haidar menendang pintu itu, dengan santai Haidar menjawab, "Males pake tangan, kasian kaki nganggur."

Jawaban itu tentu saja membuat siapa pun yang mendengarnya geleng kepala. Akibat ulah Haidar, orang tuanya harus datang dan mengganti kerugian yang ditimbulkan.

"Meni teu sopan kamu teh ka lanceuk ngomong pake si si si," sarkas Haidar menatap sinis sang adik yang hanya nyengir menampilkan gigi rapinya.

( gak sopan banget kamu ke Abang ngomong si )

"Yah, ibun, janji aa moal kitu lagi, bakal jadi anak baik janji aa mah," Haidar meyakinkan kedua orangtuanya.

( yah, Ibun, Abang janji gak akan gitu lagi, bakal jadi anak baik aa janji )

Ayah dan ibu yang mendengarkan keluh kesah sang anak hanya mampu menghela nafas lelah, karena bagaimanapun mereka yakin anak lelaki mereka tidak akan pernah menyerah. Apa yang diinginkan harus ia dapatkan.

"Yaudah, sok Weh atuh, tapi aa kudu janji KA ibun Jeung ayah tong sampai bikin ulah deui nya, terus aa cari sendiri kost nya kalau udah udah nemu yang pas sok bilang ka ayah," putusnya sedikit menasihati sang anak. Haidar mengangguk dengan semangat dan langsung pergi begitu saja, meninggalkan keluarganya.

( yaudah, silahkan, tapi Abang harus janji ke ibun sama ayah jangan sampai bikin ulah lagi, terus aa cari sendiri kost nya kalau udah ketemu yang pas, silahkan bilang ke ayah )

"Anak kamu yah," ucap Ibu Maheera menatap kepergian sang anak.

"Anak kamu itu mah bun, meni keras kepala pisan," jawab Ayah Hardiga.

( anak kamu itu bun, keras kepala banget )

Almeena yang mendengarkan debat kedua orang tuanya, hanya memutar mata malas. "Anak kalian berdua lohh," ucap Almeena malas. Kedua orang tuanya hanya tersenyum dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

••••• •••••

dah segitu dulu

kosan mulfand galaxy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang