izin, praja & nana

39 6 3
                                    

" Rumah ini seperti neraka dunia "
- apraja Reandra galaksi






happy reading

••••• •••••

"Woyy, dek, kalau gua ngekost, papi bakal ijinin kagak ya?" tanya Praja kepada adiknya, Dave Janendra Galasky.

kini Keduanya sedang asik bermain PS di ruang keluarga yang dilengkapi dengan TV besar yang memadai untuk bermain.

Namun, alih-alih menjawab, Dave hanya terdiam dan fokus pada permainan.

"anjir, gua ngomong sama lu nih bangke, minimal bales lah, kulkas amat jadi orang ," kesal Praja yang merasa diabaikan oleh adiknya.

karena masih saja tak mendapatkan jawaban dari Dave keduanya kini menjadi hening hening, fokus pada layar TV yang memperlihatkan permainan Guitar Hero.

"mending, tanya mami dulu aja bang, kalau ayah adek kurang yakin Abang bakal di izinin," akhirnya Dave memberikan saran.

Praja yang mendengar saran tersebut langsung beranjak dari tempat duduknya dan menuju dapur untuk menghampiri maminya yang sedang memasak.

Sesampainya di dapur, terlihat mami Nara, yang sedang sibuk memasak. Praja duduk di dekat meja makan.

"Mami, Abang mau ngobrol," ucap Praja kepada maminya.

"ya tinggal ngobrol aja bang. mami dengerin sambil masak ya," jawab mami Nara sambil menyimpan masakan yang sudah matang di meja makan.

Praja gugup dan bingung gaimana cara meminta izin, dia merasa sedikit takut jika nanti tidak diizinkan.

"Hmm, Mami, boleh gak Abang ngekost aja?" tanya Praja hati-hati.

Mami Nara menghentikan kegiatannya dan langsung menatap anaknya. Praja merasa gugup karena khawatir mamanya marah.

"Abang udah nggak betah di rumah, kan?" tanya mami Nara balik.

"Bukan kaya gitu, Mi. Abang  cuma mau mandiri, ngurusin hidup sendiri, biar orang gak bilang terus kalau abang ini hanya anak manja yang selalu berlindung di belakang mami dan papi" ucap Praja agak tegas dan sedikit menaikkan suaranya.

"turunkan oktaf suara mu itu boy," tegur dingin papi Leovan yang telah pulang dari kerja.

Praja menghela nafas pelan, "Maaf, Mi," ucapnya.

Suasana hening, Dave yang sebelumnya bermain pun berhenti dan ikut ke dapur untuk makan malam.

Semua terdiam, mami Nara melayani suaminya tanpa sepatah kata, menata satu piring nasi dan lauk pauknya.

"Makan dulu, nanti bicarakan lagi setelah makan," tegas ayah Leovan tanpa bisa diabaikan. Semua menuruti ucapan kepala keluarga itu, akhirnya suasana makan malam terasa lebih dingin dari biasanya.

Setelah 30 menit berlalu, keluarga Praja terduduk di ruang keluarga dengan suasana yang lebih canggung dari biasanya.

Praja mengakui bahwa hubungan keluarganya tidak sehangat seperti yang diharapkan.

"apa alasan kamu sampai mau ngekost??" tanya langsung papi Leovan sambil menatap sang putra yang tengah menunduk.

Praja yang ditanya mengangkat kepalanya dan menatap mata sang papi dengan tajam. "Abang cuma pengin belajar mandiri, pi," jawabnya pelan.

papi Leovan mengangguk paham, lalu tersenyum tipis. "Apa yang bisa kamu lakukan sampai ingin hidup mandiri? Apakah kamu yakin sudah semandiri adikmu?"

Mendapat pertanyaan itu, Praja diam-diam mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak suka dibanding-bandingkan dengan adiknya setiap kali meminta izin untuk sesuatu.

"Abang akan membuktikan bahwa Abang mampu hidup mandiri, pi," tegas Praja dengan sorot mata yang sedikit emosi.

"Mami izinkan, tapi jangan pernah pulang tanpa membawa kabar prestasi yang telah kamu raih," ucap Mami Nara sebelum pergi ke kamarnya, diikuti oleh Ayah Leovan.

Praja dan Dave yang masih terdiam, masing-masing dalam pikirannya. "Maaf ya, Abang jadi harus terus dibandingkan sama adek," ucap Dave merasa bersalah.

Praja menggeleng pelan. "Santai aje, Dek. Gua bangga sama lu," ucapnya dengan senyum yang dipaksakan.

Dave tahu bahwa kakaknya ini sedang menahan emosi, ia pun berdiri dan menepuk pelan bahu Praja untuk memberikan semangat.

"Rumah ini seperti neraka dunia," ucapnya pelan.

Praja kemudian beranjak masuk ke kamarnya, ia harus menyiapkan kebutuhan besok dan akan mencari tau kost yang nanti akan ia tempati.

•••• ••••

di belahan bumi lainnya, Langit malam begitu indah dengan gemerlap bintang yang mempesona, seorang gadis cantik duduk santai di kursi balkon sambil menikmati segelas coklat panas yang menghangatkan tubuhnya dari udara malam yang sejuk.

"Mei Mei, kenapa you belum masuk kamar? Udara malam ini sangat dingin,"

gadis itu menoleh ke arah pintu balkon, dimana terdapat dua pria yang berbeda umur di sana

" no problem, ge. I cuma lagi nikmatin suasana ini," jawab nana sambil tersenyum.

cowok yang lebih muda dari mereka menghampiri nana seraya memakaikan selimut di bahu nana

" kalau emang mau disini, setidaknya Cici harus pake selimut. " ucap yuan Arshenio Gerland adik bungsu mereka.

nana tersenyum menerima selimut itu, sungguh manis sekali adiknya ini

"hm, I mau nanya deh  kalau cowok kasih perhatian kecil, itu tandanya apa ya?" tanya nana

"Mungkin dia suka sama you," jawab Erlangga Darga Kennenth, Abang nana

Nana terdiam sejenak, memikirkan kata-kata yang baru saja Gege nya ucapkan " apa mungkin dia suka sama I?? tapi mana mungkin " nana menggeleng menghilangkan pemikiran itu

suasana kembali hening, dengan semilir angin malam yang menerpa wajah mereka

" I udah pikirin ini dari awal sebelum masuk kuliah, kayak nya I mau ngekost aja, hati I masih aja sakit kalau tinggal disini," ucap nana memberitahu kedua saudaranya

Erlangga mengangguk paham. mungkin memang sang adik butuh waktu untuk menerima semuanya, meskipun kejadian itu sudah 3 tahun lalu namun luka itu masih tersimpan di hati mereka.

"kalau emang you mau kost, kita cuma bisa dukung apa yang jadi keputusan you, tapi harus Inget you have to be able to take care of yourself, Gege juga bakal banyak di luar" nasihat Erlangga kepada adik perempuannya itu

" Cici harus sering pulang ya, Yuan bakal kangen banget ke Cici " ujar si bungsu Yuan dengan manja.

nana merentangkan kedua tangannya, yuan langsung memeluk sang Kaka yang sangat ia cintai.

" tuhan, jika kau tak membalas perbuatan mereka, maka izinkan aku yang membalas perbuatan mereka dengan tanganku sendiri " bathin Erlangga menatap sedih kedua adiknya yang masih saling memeluk.

" ge, ci, liat deh kedua bintang terang itu, mereka ada sama kita " ucap yuan menunjuk bintang yang paling terang.

Erlangga dan nana tersenyum menanggapi ucapan sang adik bungsu mereka.

hari semakin malam, dengan angin yang semakin dingin  " ayo masuk angin udah makin kencang, nggak baik kita masih di luar " ajak Erlangga pada kedua adiknya

nana dan Yuan pun melepaskan pelukan lalu saling menggenggam tangan dan masuk kembali ke dalam rumah, meninggalkan Erlangga yang masih berdiam dengan pikirannya.

" gua bakal bantai kalian semua, ini janji gua " bathin Erlangga dengan tangan yang mengepal dan melangkah menutup pintu balkon

•••• •••••

kira kira curut mane ye yang bakal di bantai sama si Erlangga wkwkwk

dah sampai sini aje dulu ye

kosan mulfand galaxy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang