izin, arveil & marsha

28 5 0
                                    

" tuhan, aku bersyukur "
- rintik hujan



happy reading

••••• •••••

Hari itu, Arveil Arvhy Dirgantara duduk di ruang keluarga dengan ekspresi serius. memikirkan hal yang menurutnya adalah langkah awal untuk Arveil mencari sang adik kecil yang hilang ketika umurnya masih 3 tahun.

arveil dan sang adik hanya terpaut 1 tahun yang dimana adiknya ini kini berusia 17 tahun. sebenarnya kasus hilang adiknya itu sudah di tutup oleh kepolisian tapi tidak untuk arveil.

ia yakin bahwa sang adik masih ada sampai saat ini. untuk sekarang mungkin ia akan memisahkan diri dari seluruh keluarga, karena arveil yakin jika keluarga nya mengetahui niatnya mencari sang adik pasti tidak akan di izinkan dan malah membuat keluarga nya kembali membuka luka lama.

maka dari itu ia akan meminta izin untuk tinggal di sebuah kosan yang tak jadi jauh dari kampusnya

"mom, Dad, ada yang mau Abang omongin," ucap Arveil dengan hati-hati.

farras Kallista dirgantara, Nyonya Dirgantara, yang kini sedang sibuk menyiapkan makan malam, menoleh ke arah Arveil dengan senyum ramah. "kenapa, bang? ayo omongin aja," kata Nyonya Dirgantara.

Arveil pun menjelaskan rencananya untuk ngekost di kosan dekat kampus. " tadi Abang telat ke kampus dan berakhir di hukum, untung nya ngga sendiri tapi banyakan. daripada di hukum hukum lagi kan?? jadi Abang mau ngekost aja biar lebih Deket terus lebih fokus gitu "

Hardian Dirgantara, ayah Arveil, mendengarkan dengan seksama. Setelah Arveil selesai berbicara, hardian mengangguk pelan. "kamu yakin karena itu boy?? tidak ada niat tersembunyi??, kalau memang seperti itu Kami tentu mendukungmu dalam setiap keputusan yang kamu ambil. Tapi, pastikan kamu selalu menjaga diri dan tetap fokus pada tujuanmu," ucap hardian sedikit curiga, namun tetap mengizinkan.

Farras menghampiri Arveil dan memeluknya erat. "Kami percaya kamu akan baik baiksaja anak mommy yang tampan. tapi kamu harus ingat untuk pulang ketika ada waktu senggang dan Jangan ragu untuk selalu berbagi cerita dan pengalamanmu dengan kami," ucap Nyonya Dirgantara penuh kasih sayang.

Arveil merasa lega mendengar dukungan dari orang tuanya. misi pertama berhasil ia laksanakan dan akan lebih mudah kedepannya menjalankan misi yang lain nya.

" nanti Kaka akan selalu mengunjungi mu di saat weekend " ucap Sastra Adi Pranata Dirgantara anak pertama dari keluarga dirgantara

arveil mengangguk, ia yakin sang Kaka pasti sudah tau apa yang menjadi tujuannya.

" ayoo lebih baik kita makan dulu, urusan kosan biar daddy suruh asisten daddy mencarikannya " ucap hardian yang di angguki oleh mereka semua.

keluarga kecil itu pun melakukan makan malam dengan hening dan khidmat.

•••• •••••

Malam itu, hujan rintik-rintik turun dengan lembut di kompleks perumahan tempat tinggal keluarga Aletta Agatha Marshareth. Suasana malam yang teduh dan tenang membuat Momom Margaretha, Dadad Daveen, Marsha, dan adik laki-laki mereka, Eric Arshaan Shailendra, berkumpul di ruang keluarga. Mereka duduk di sekitar perapian yang menyala redup, menciptakan suasana hangat di tengah malam yang dingin.

Momom dan Dadad duduk di sofa sambil menikmati secangkir teh hangat. Mereka mulai berbincang-bincang tentang tetangga baru yang tinggal di sebelah rumah mereka, seorang pemuda yang sering terlihat pulang larut malam setelah clubbing.

"dadad, kamu liat deh tetangga baru kita itu ternyata suka clubbing? momom khawatir deh kalau dia nanti nya malah bawa pengaruh buruk ke remaja di komplek kita apalagi sampai nggak menghargai waktu dan lingkungan sekitar," ucap Momom dengan ekspresi prihatin.

Dadad mengangguk setuju. "Ya, dadad juga takut seperti itu mom. kayaknya dia itu kurang perhatian sama norma-norma sosial yang berlaku di sini," tambahnya.

Sementara itu, Marsha dan Eric duduk di dekat jendela, menatap hujan yang turun dengan lembut di luar. Mereka merasa hangat dan nyaman di dalam rumah, menggeleng mendengar ghibah yang dilakukan oleh orang tua mereka.

" kak shasha, menurut lu gimana sama tetangga baru itu???" tanya Eric dengan wajah penuh keingintahuan.

Marsha menatap hujan di luar jendela sejenak sebelum menjawab, " ya gua rasa setiap orang punya alasan dan cerita masing-masing, Eric. Kita juga kagak boleh terlalu cepat ngehakimi orang lain tanpa alasan yang jelas."

Eric mengangguk setuju dengan kata-kata kakaknya. Mereka berdua merasa bahwa menghargai dan memahami orang lain adalah hal yang penting dalam menjalin hubungan sosial.

" woy anak baru ketemu gede, awas Lo kalau sampai ngikutin kayak tetangga sebelah " panggil dadad daveen

Eric yang mendengar itu hanya memutar mata nya malas, ya Eric adalah anak yang di angkat oleh momom dan dadad ketika umurnya beranjak 16 tahun, sudah terhitung 2 tahun Eric tinggal bersama keluarga itu dan hidup layak, momom dan dadad pun tidak pernah membeda-bedakan antara Marsha ataupun Eric.

" Eric terlalu malas buat kaya gitu dad, mending baca buku " jawab Eric seraya mengangkat buku yang di buku nya.

" anak gua maniak banget buku, lu tuh kudunya cari pacar kek, jangan kayak kakak lu tuh jomblo Wati abadi alama hoy " seru momom menyindir anak sulungnya

Marsha yang mendapatkan sindiran itu hanya mendengus kesal.

beranjak dari duduknya, Marsha menghampiri kedua orang tuanya dan duduk di tengah tengah.

" heh bocah jomblo, ngapain duduk di tengah sih ?? kan gue mau deketan sama istri gua " sarkas dadad daveen kesal posisi sang istri menjauh.

" apasih dadad, heboh banget diem dulu ngapa ini kakak mau ngomong sesuatu penting " ucap Marsha kesal, kenapa dadad nya ini bucin akut sekali,kan jadinya Marsha mau.

dadad daveen yang mendengarkan itu hanya cemberut tak mampu menjawab putri kecilnya ini.

" mau ngomong apa hm?? sini tumbenan amat lu mau ngomong penting " tanya momom

"momom, dadad, Shasha mau ngekost boleh nggak," ucap Aletta dengan hati-hati.

Momom dan Dadad terkejut mendengar keputusan Marsha.

" kak, you're serious?? " tanya Eric tak kalah terkejut

Mereka tidak menyangka bahwa marsha sudah memiliki rencana untuk tinggal sendiri di kosan.

" jangan aneh aneh ngape, Ade Ade aje lu mau ngekost segala, Napa kagak disini aje sih, emang Kaka tega ninggalin dadad yang tampan ini ??? " ucap dadad sedih dengan sedikit kenarsisan

" Shasha serius, habisnya kapok ah kalau di hukum lagi karena telat. nanti Shasha bakal sama Asha kok sama yang lainnya juga " jelas Marsha

" anak si Rengga yang segede pentil itu?? " tanya momom heboh

marsha, Eric, dan dadad meringis mendengar ucapan momom yang kelewat frontal.

Marsha mengangguk saja, agar sang momom tidak menanyakan hal hal lain.

"kalau emang ntu keputusan elu yaudah lah momom sama dadad cuma bisa dukung aje, tapi kudu main kesini, kesian Eric nggak ada temen nyaa," ucap Momom sambil memeluk marsha erat.

Dadad menepuk bahu Marsha . " kamu putri dadad yang hebat, dadad tau pasti kamu mau mandiri, maka lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan" ucap Dadad yang akhirnya serius juga dengan senyum bangga.

" kunjungi Eric terus ya kak, Eric bakal kangen banget " ucap Eric sendu dan memeluk marsha

tak mau tertinggal, dadad pun ikut memeluk sang putri, sungguh berat sebenarnya jauh dari sang putri. tapi bagaimana pun ia tidak boleh egois dan harus mendukung apa yang putrinya inginkan.

malam itu di ruang keluarga terasa jauh lebih hangat

" tuhan, aku bersyukur "

•••• •••••

dah segitu dulu ye, kalau Ade salah atau ape langsung bilang ke gua ye

kosan mulfand galaxy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang