𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
.
.
.****
Pemuda dengan setelan hoodie biru laut dan celana hitam itu berdecak sebal berkali-kali, sembari mempercepat larinya mengejar dua orang pelaku kejahatan. Beberapa kali ia hampir tertabrak mobil akibat menyebrang jalan sembarangan dan mendapat teriakan cacian dari pemilik mobil.Tapi ia tak peduli dan terus mempercepat gerakan larinya, dua orang pelaku kejahatan itu membawa seorang anak kecil sekitaran berusia 7 tahunan.
Ice Graciel Nathanio, pemuda berusia dua puluh empat tahun itu kini menatap tajam kedua pria yang sama-sama berjaket hitam tersebut. Setelah lama ia mengejar dan akhirnya bisa mengepung mereka di sebuah gang sempit.
"Lepaskan anak itu." Perintahnya dingin.
Salah satu pria itu pun maju dan menyerang ice, sementara satunya tetap memegang anak hasil culikannya itu.
Satu lawan satu.
Setidaknya mereka tidak pengecut dengan main keroyokan.
Tapi Ice tersenyum meremehkan, ia bahkan pernah melawan dua puluh orang sendirian, satu lawan satu ini baginya sangat mudah.
Namun, keangkuhannya tersebut pudar saat tiba-tiba pria yang ia lawan ternyata menggunakan senjata pisau dan berhasil menusuk lengannya.
"Akhh!"
Ice meringis kesakitan, lengan hoodienya basah karna darah. Padahal kain hoodienya ini termasuk bahan yang tebal, jika sudah tembus seperti ini pasti lukanya amatlah dalam.
Sialan!
Ice terlalu meremehkan mereka, ia sedang tidak membawa senjata saat ini. Ia sudah terbiasa bertarung tidak menggunakan senjata.
Ini lebih dari pengecut.
Semua ini berawal saat Ice sedang buru-buru pergi ke markas, namun tiba-tiba ia melihat seorang gadis mengejar dua pria yang membawa seorang anak kecil.
Alhasil ia pun berhenti dan turun untuk membantunya, dan benar saja kedua pria itu adalah penculik.
Tak lama kemudian sirene polisi terdengar dari kejauhan membuat kedua penjahat itu kalang kabut lari meninggalkan lokasi. Bahkan anak kecil tersebut di tinggalkan begitu saja disana.
Ice ingin mengejar tapi kakinya terasa lemas akibat lengannya yang terlalu banyak mengeluarkan darah.
"Sini, lukanya biar gue obati."
Suara lembut itu mengagetkannya, seorang gadis berambut coklat ikal berdiri di belakangnya. Manik mata berwarna coklat gelap itu bertemu dengan matanya, membuat Ice sedikit terpana dan gugup.
"G-ga usah, cuma luka kecil gaakan bikin gue mati." Tolaknya. Padahal rasa sakit di lengannya sangat menusuk, tapi dia tidak peduli, dia tak suka terlihat lemah didepan siapapun apalagi seorang perempuan.
"Sok kuat banget lo jadi cowok, luka sedalam itu bilang ga bakal mati? Lo bakal mati kalo kekurangan darah!" Tiba-tiba saja cewek itu menarik tangan Ice paksa dan membawanya pergi.
Anak kecil yang diculik tadi diamankan oleh pihak polisi, sedangkan beberapa polisi di arahkan untuk menangkap kedua pelaku yang kabur dari lokasi.
Ice hanya bisa pasrah saat gadis di depannya ini mengobati lukanya dengan hati-hati dan pelan, walaupun ia sedikit meringis karna gadis itu sempat menekan lukanya. Satu lagi, mata gadis itu diam-diam curi pandang pada tubuh erotisnya, karna ia melepas hoodienya supaya gadis itu bisa mengobati lukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
War With Love (Ongoing)
Romance"𝙸 𝚠𝚊𝚗𝚝 𝚝𝚘 𝚕𝚘𝚟𝚎 𝚢𝚘𝚞 𝚊𝚐𝚊𝚒𝚗, 𝚊𝚐𝚊𝚒𝚗 𝚊𝚗𝚍 𝚊𝚐𝚊𝚒𝚗. 𝙸 𝚠𝚒𝚕𝚕 𝚜𝚝𝚘𝚙 𝚝𝚑𝚒𝚜 𝚜𝚝𝚞𝚙𝚒𝚍 𝚠𝚊𝚛, 𝚍𝚊𝚛𝚕𝚒𝚗𝚐." Ice Graciel Nathanio, seorang pria yang belum pernah merasakan jatuh cinta semasa hidupnya. Namun, ketik...