6. Menyebalkan!

29 6 6
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
.
.
.

****

"Ada kok, lo aja yang belum pernah keliling dunia." ucapnya sambil tersenyum.

Hah?

Ice memicingkan matanya menatap kearah cewek itu, jawabannya barusan membuat pemuda itu penasaran, apa maksud dibalik senyum manisnya.

Apa memang benar-benar ada? Manusia yang mempunyai hobi membunuh? Ice pernah mendengar dari Rayen kalau itu adalah sejenis penyakit jiwa yang dimana pelakunya tidak gila. Alias sadar dengan kejahatannya.

Seperti melakukan pembunuhan dengan sengaja tanpa merasa bersalah, atau bahkan suka menyiksa tanpa belas kasihan.

"Maksud lo apa ngomong gitu? Lo mau bilang kalau lo pernah ketemu psikopat?" Selidik Ice.

Arsya tertawa pelan. "Maybe... Hampir."

Ice lagi-lagi dibuat bingung. "Yang jelas kalau ngomong!" Kesalnya.

Arsya menarik nafasnya perlahan. "Gi-"

'Ceklek'

"Kak Arsyaa!!" Ucapan Arsya terpotong bersamaan dengan pintu ruangan yang terbuka. Lima bocah cilik bersama dua orang perempuan memasuki ruangan.

"Kak Arsya gepepe? Masih inget Sesil gak?! Kak Arsya gak boleh lupa sama Sesil yang cantik membahana kayak mermaid inii!" Teriak salah satu bocah perempuan yang paling tinggi. Namanya Sesil.

Arsya tersenyum saat mereka datang dan langsung memeluk Sesil.

"Om siapa? Pacarnya kak Arsya?" Seorang bocah laki-laki mendekati Ice dan bertanya penuh selidik. Matanya menunjukkan kalau dia tidak menyukai Ice.

Apa dia bilang? Om?

Apa wajahnya setua itu?

"Gak mungkin pacarnya kak Arsya, orang kak Arsya udah jadian sama aku!" Ucap bocah satunya. Jika sekali lihat, Ice bisa mengatakan kalau mereka saudara kembar karna wajah mereka sangat mirip.

"Dih, aku crush nya kak Arsya! Kak Arsya gak suka sama kamu!" Sangkal bocah yang mengenakan jaket hijau. Namanya Dika.

"Mimpi! Kak Arsya sukanya manusia, bukan monyet!" Balas bocah satunya yang mengenakan jaket biru. Namanya Dion.

Perdebatan berlangsung lagi, hingga melupakan Ice, cowok itu berdiri hendak pergi. Lama-lama dia pusing karna suara berisik.

"Eh cowok sok cool!" Panggil Ayrel saat Ice akan melangkah pergi.

Cowok itu berhenti lalu mengenyitkan dahinya.

"Biaya rumah sakit lo yang bayar ya, tanggung jawab." ucap Ayrel penuh penekanan.

Ice memutar bola matanya malas, ia tak menjawab, tapi ia tetap akan tanggung jawab. Bahkan akan menjalankan perintah kakaknya untuk terus menjaga dan membantu cewek itu untuk Rehabilitasi.

Sedikit terpaksa memang. Tapi, ia tak ingin jadi pengecut, karna sejak awal kejadian ini adalah salahnya. Tidak bisa mengontrol emosi dan malah berakhir bencana.

Setelah cowok itu keluar dari ruangan tersebut, Ayrel mendekati ranjang milik Arsya. Ketika sudah bertemu dengan besti kecilnya si Sesil itu, ia bahkan melupakan kehadiran cowok yang tadi menemaninya.

"Zher, lo bisa motong buah kan?" Ucap Ayrel pada Azher yang sedang berbaring dilantai.

Dasar tak tahu malu. Cewek itu bahkan sudah berbaring sebelum cowok tadi pergi.

War With Love (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang