𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
.
.
.****
Pukul 06.00
Pemuda berwajah datar itu mengusap bulir keringat yang berani membasahi wajah tampannya dengan kasar. Langit masih tampak sendu, hawa dingin terasa menusuk tubuh, serta suasana jalanan yang sepi.
Ice, pemuda itu telah berjalan kaki sembari berlari-lari kecil dari rumahnya, dengan mengenakan kaos hitam polos tanpa lengan, celana hitam, dan headset putih ditelinganya. Menambah kesan tampan pemuda itu jadi berkali kali lipat.
Kakinya terhenti di sebuah taman pinggir kota dan duduk di bangku putih di dekat sebuah pohon beringin.
Ia berdecak sebal karna tadi tak sempat berhenti di minimarket untuk membeli minuman, dan akhirnya dia harus menahan hausnya.
"Kakak haus ya? Nih, aku bawain minum."
Sebuah botol aqua tiba-tiba muncul didepannya. Tidak, tepatnya sebuah tangan mungil yang sedang menyodorkan botol aqua padanya.
Ice menatap tangan tersebut, seorang gadis kecil berkepang dua sedang tersenyum menatapnya. Ia mengenyitkan dahinya, merasa pernah melihat gadis kecil ini.
"K-kamu?"
Gadis kecil itu tersenyum manis, "aku Velin, kata kakak aku, kakak yang nyelametin aku kemarin ya," ujarnya.
Ah ya! Ice baru ingat.
Dia anak kecil yang hampir dibawa kabur oleh penculik kemarin.
Pemuda itu tersenyum tipis lalu mengambil botol aqua yang Velin berikan lalu meminumnya. Kemudian Ice membawanya duduk disampingnya.
"Kamu kesini sama siapa?" Tanyanya. Pasalnya gadis ini datang sendiri tanpa penjaga, bagaimana kalau dia diculik lagi?
Ice akan mengomeli kakak nya kalau hal itu terjadi untuk yang kedua kalinya.
"Tuh...." Velin menunjuk ke arah tempat dimana jualan eskrim. Disana, ada seorang perempuan berambut coklat mengenakan switter abu-abu sedang memesan eskrim.
"... Aku sama kakak aku."Pemuda itu menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas, dikarenakan matanya memang sedikit minus dan ia tak membawa kacamata.
Tak lama kemudian, gadis itu mendekat ke arah mereka sembari membawa dua eskrim ditangannya.
"Hai...." Sapanya. Ia memberikan satu eskrim itu pada Velin dan satunya ia sodorkan pada pemuda itu.
Alis Ice seketika berkerut. "Gue gak suka eskrim." Tolaknya.
Penolakan yang sangat tidak ramah.
"Kok kakak gak suka? Padahal enak loh." Ucap Velin yang sedang menikmati eskrim miliknya.
"Kakaknya diabetes kali Vel," jawab Arsya. Ia berjongkok karna tempat duduk di bangku itu memang hanya cukup untuk berdua.
Ice memasang wajah datar tanpa niat merespon, jujur saja dia tak suka bicara hal yang tidak penting. Katanya, bicara yang tidak penting itu menguras tenaga dan pikiran.
"Lo ngapain disini?" Tanya Arsya membuka percakapan. "Perasaan kita ketemu mulu deh, apa jodoh ya?" Sambungnya sambil menaik turunkan alisnya.
Padahal baru ketemu dua kali.
Ah, Ice pikir gadis ini tidak akan seperti para gadis yang ia temui. Pasalnya, ketika kemarin mengobati lukanya gadis ini sangat galak padanya, ternyata sama saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
War With Love (Ongoing)
Romance"𝙸 𝚠𝚊𝚗𝚝 𝚝𝚘 𝚕𝚘𝚟𝚎 𝚢𝚘𝚞 𝚊𝚐𝚊𝚒𝚗, 𝚊𝚐𝚊𝚒𝚗 𝚊𝚗𝚍 𝚊𝚐𝚊𝚒𝚗. 𝙸 𝚠𝚒𝚕𝚕 𝚜𝚝𝚘𝚙 𝚝𝚑𝚒𝚜 𝚜𝚝𝚞𝚙𝚒𝚍 𝚠𝚊𝚛, 𝚍𝚊𝚛𝚕𝚒𝚗𝚐." Ice Graciel Nathanio, seorang pria yang belum pernah merasakan jatuh cinta semasa hidupnya. Namun, ketik...