7. Martabak

30 6 5
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
.
.
.

****

Ice duduk dikursi dengan jarak yang lumayan jauh dari ranjang milik Arsya. Jari cowok itu lihai diatas benda pipih berlapis casing merah ruby tersebut. Matanya terus fokus menatap ke layar tanpa memperdulikan sekitar.

Sebab sejak kejadian tadi, Arsya tak mengajak cowok itu bicara. Ia diam dan sibuk memakan buah apel di dalam keranjang.

Arsya juga sebenarnya mau ngobrol tapi entah kenapa ia kehabisan ide, jantungnya bahkan masih berdebar. Ia berharap Prinssa dan Rachel cepat datang dan menghilangkan kecanggungan ini.

Dan lagi? Kenapa pemuda itu malah disini? Apa dia tidak mau pulang? Apa lukanya sudah sembuh dan sudah boleh keluar dari rumah sakit? Sejak tadi itulah yang ingin ia tanyakan.

Arsya mengedarkan pandangannya pada jam dinding dan melihat jam masih pukul 16.30. Ia juga sudah mendapat pesan kalau temannya akan datang sekitar jam lima.

Matanya kemudian beralih ke arah bungkus plastik hitam yang tadi pemuda itu bawa. Apa bungkusan itu untuknya?

"Ekhem! Ini buat gue ya?" Tanya Arsya menunjuk plastik hitam tersebut berusaha untuk mencairkan suasana.

Cukup! Dia lelah dengan suasana hening ini.

Pemuda itu tak bergeming, bahkan tak mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Pangeran eeeeess!! Watashi memanggilmu dan menanyakan apakah plastik hitam ini buat watashi?" Ucap Arsya menaikkan volume suaranya menjadi satu oktaf  bahkan dibuat agak pick me.

Setelah Arsya bicara seperti itu, barulah pemuda itu merespon dengan menghela nafas panjang. "Sebenarnya gue beli buat kucing jalanan, tapi yaudahlah gue kasi lo aja." ucap Ice sambil tersenyum miring.

Arsya mengerutkan kedua alisnya. Apa-apaan jawabannya barusan? Menyebalkan!

Untung lagi jatuh cinta.

Walaupun begitu Arsya tetap membuka bungkusan tersebut, dan ternyata cowok itu membawa martabak asin.

Wajahnya seketika sumringah. "Lo tau dari mana gue suka martabak?!! Lo stalking ig gue yaa?!" Pekiknya heboh. Dengan tidak sabaran ia langsung mengambil dan memakan sepotong martabak dengan semangat.

Ice mengernyit. "Geer banget, orang tadi martabak nya buat kucing kok." Padahal memang aslinya dia membelikan gadis itu, karna kebetulan saja melewati gerobak penjual martabak makanya dia beli.

Syukurlah dia menyukainya.

"Enak banget pangeran! Lo beli dimana nanti gue mau beli lagi!!"

Ice tak menghiraukan gadis itu, ia melirik sekilas kearahnya. Tampaknya gadis itu benar-benar menyukai martabak asin.

Beberapa lama kemudian, gadis itu tampak tersedak akibat makan terlalu buru-buru, padahal tidak ada yang mau mengambil makanannya. Ia pun berjalan menghampirinya dan memberikan segelas air putih.

"Makan pelan-pelan emang ga bisa? Gaada yang mau ngambil makanan lo kok." ujar Ice.

Arsya tersenyum lebar selepas menerima gelas air dari Ice. Kemudian meletakkan kembali martabak tersebut diatas meja. Padahal baru makan empat potong perutnya sudah kenyang, sepertinya takkan ada ruang lagi untuk makan nasi nanti.

War With Love (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang