11. Bertemu lagi

18 4 0
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
.
.
.
.

***

Pukul 23.20

Arsya memejamkan matanya menikmati semilir angin yang sedang menerpa wajahnya, suasana ditengah malam memang sangat membuatnya tenang.

Ia rela berjuang menduduki kursi roda sendirian demi bisa keluar menikmati angin, walau harus terjatuh berkali kali. Karna teman-temannya yang menginap sudah tertidur duluan, dan proses perjuangannya tentu ia lakukan hampir setengah jam.

Dan sekarang di sinilah ia berada, di taman belakang rumah sakit.

Sambil memandangi lapangan taburan bintang dan menikmati terpaan angin, lengkungan tipis terbentuk kedua disudut bibirnya. Namun tatapannya sendu, tidak ada yang mengira bahwa jauh dilubuk hatinya, ada perasaan yang tak bisa ia jelaskan.

Perasaan yang menganggu kehidupannya, namun juga perasaan yang slalu memaksanya untuk tersenyum.

"Sebegitu gak mau nya ya dilupain, sampe tiap hari kamu ngehantuin aku di mimpi...." gumamnya sembari tersenyum.

Angin berhembus kencang tiba-tiba, seolah olah menjawab ucapannya. Sepertinya memang iya, dia memang tak ingin dilupakan olehnya, dan akan selamanya berada dalam mimpinya.

"Arsya?"

Gadis itu tersentak dan menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya, bayangan bertubuh tinggi itu berjalan ke arahnya.

"Gue nyariin lo ke mana-mana, ternyata lo disini?!"

Suara itu, ya Arsya mengenalnya.

Ngapain pangeran es itu datang kesini di tengah malam begini?

Tak lama wajah tampan itu sudah berada di hadapannya dengan tatapan datar andalannya.

"Ngapain lo di sini malem-malem, cewek aneh?" Tanyanya dengan raut wajah bingung.

Jika jawaban semangat yang biasa ice dapatkan dari gadis itu, kini Arsya menjawabnya dengan nada yang tak pernah Ice dengar dari nya.

"Gapapa, bukan urusan lo." Jawabnya dengan nada ketus.

Hey, apakah Ice tidak salah dengar? Gadis masokis itu baru saja menjawabnya dengan nada yang aneh.

Ice mengangkat sebelah alisnya bingung, gadis itu memandang kedepan dengan tatapan kosong, seolah mengabaikannya.

Gadis itu sedang tidak baik-baik saja?

"Ekhem, ya memang bukan urusan gue, tapi ini udah tengah malem, dan lo melanggar aturan dari dokter."

Sial! Kenapa gue jadi peduli sama dia?!

Arsya tak menanggapinya, membuat Ice merasa kesal.

"Oke, terserah lo!" Ucapnya kemudian beranjak meninggalkan gadis itu sendirian.

Namun baru tiga langkah, kakinya terhenti, sebuah perasaan tak enak menjalar di dadanya. Mau bagaimanapun, gadis itu adalah pasien rumah sakit dan tanggung jawabnya juga untuk menjaganya.

War With Love (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang