Ch. 11 - Teman Terbaik

13 3 0
                                    

Setelah mengobrol tentang beberapa topik, Vio kini memutuskan untuk balik ke kelasnya lebih dulu. "Sam, gue duluan ke kelas gapapa? Lagi bentar bel, hehe" ujar Vio tersenyum, "Gapapa, mau gue anterin?" tawar Sam dengan lembut.

Vio menggelengkan kepalanya, "Gak usah. Lo balik aja ke kelas lo" jawabnya. "Gue anter aja ya? Boleh?" tanya Sam dengan tatapan memohon, "Terserah lo aja" balas Vio lalu membawa buku buku yang dibawanya tadi. Sam mendengar itu mengembangkan senyum nya, lalu merangkul Vio.

Jujur saja Vio terkejut dengan hal yang dilakukan Sam, namun dia tak menolaknya. Sam tetap merangkul Vio dari taman hingga kelas. Dalam perjalanan, ada saja yang menggoda mereka berdua, bahkan ada yang meminta pajak jadian kepada mereka. Bagaimana tidak? Keduanya sangat terlihat seperti sepasang kekasih yang sangat romantis!

"Pipi lo kenapa merah gitu? Kayak apel" ujar Sam terkekeh saat sadar pipi Vio bersemu merah akibat godaan yang dikatakan beberapa siswa tadi, "Digigit nyamuk" balas Vio singkat tanpa menatap Sam. Sam mendengar jawaban Vio kembali dibuat terkekeh, "Bohong lo keliatan banget".

"Diem lo ah, gue malu" ucap Vio tanpa menatap Sam lagi, "Tuh kan. Lo itu gak pinter bohong, soal akademik lo pinter, tapi kalau bohong, nggak sama sekali" balas Sam.

Akhirnya kedua sejoli itu telah berada di depan kelas milik Vio, "Nanti istirahat bareng gue, ya? Gue tungguin di depan kelas nanti" ucap Sam, Vio menganggukkan kepalanya setuju, "Yaudah gue masuk duluan, baybay kakak Sam" balas Vio dengan lucu, "Dih gemes bener lo gitu" ujar Sam tertawa kecil.

"Anjay ada yang habis pdkt-an nih" sindir Dion menggoda Vio yang baru saja masuk ke kelas, "Bacot lo" balas Vio yang tersindir omongan temannya itu seraya mengacungkan jari tengah. "Kasar bener ceweknya Sam, gue laporin ke pawang lo nih" ujar Dion dengan tersenyum tengil.

Tanpa membalas perkataan Dion, Vio langsung duduk di bangku miliknya lalu meletakkan beberapa buku yang dibawanya tadi. Tak lupa, kembali lagi ia buka buku itu untuk dipelajarinya.

"Kar, nanti ke rumah gue kuy" ucap Dion kepada teman sebangkunya itu, "Ngapain? Kaga bisa gue kayaknya, kan kemarin lo udah ngajak gue pergi, gak enak gue sama ibu" jawab Akara masih mengarahkan pandangan nya ke buku yang tengah dibacanya.

"Belajar bareng, gue kaga ada temen buat belajar, ayok lah. Pasti ibu lo ngijinin kalau sama gue, lagian bokap sama nyokap gue lagi kaga ada di rumah, sepi bener kayak kuburan anying" ujar Dion memohon, "Yaudah gue coba ijin, bentar ye" balas Akara lalu mengetik pesan di handphone miliknya untuk meminta izin kepada sang ibu.

"Ajak Joan asik gak sih, kar? Seru tuh belajar sambil rumpi" ucap Dion dengan semangat, "Anjir lo mau belajar atau rumpi sih?" Akara menatap Dion dengan heran, "Kalau bisa dua duanya kenapa harus satu?" balas Dion dengan cengengesan.

Akara yang mendengar jawaban Dion memutar bola matanya dengan malas, "Gak percaya gue lo bisa lakuin keduanya. Kalaupun iya, yang mendominasi itu rumpinya, bukan belajarnya" balas Akara sedikit kesal, "Aelah gapapa, belajar itu harus santai, kalau terlalu serius yang ada otak lo stress noh" jawab Dion.

"Kaga tuh, buktinya gue gak stress" ucap Akara membela dirinya, "Lo kan kelainan kar, hahaha" balas Dion meledek Akara dengan tawa. "Anjing lo, yon!" ujar Akara seraya menoyor kepala Dion dengan kesal, menyebalkan.

Tanpa disadari, Vio mendengar pembicaraan mereka berdua untuk belajar bersama.
"Sialan, gue harus bicarain soal ini ke Sam, gue mau dia jatuh lagi untuk kedua kalinya. Gimanapun cuman berita palsu itu yang cuman bisa bikin dia jatuh" ucap Vio dengan pelan.

Namun siapa sangka? Ternyata ada yang mendengar ucapan Vio, "Gue harus ikutin dia" batin orang tersebut.

Pagi hari ini diawali dengan mata pelajaran Pak Dana, yaitu Fisika. Kini guru fisika itu telah berada di kelas Akara tengah menjelaskan materi di depan kelas kepada para siswa.

Ambisi: Akara, Violent, DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang