Ch. 17 - Kesalahan Yang Tak Diketahui

3 1 0
                                    

Sesampai di rumah, gue masih mikirin tentang yang tadi, dan mencoba menepis curiga gue ke Vio.

Besoknya, gue yang lagi di kelas ngeliat cowok nungguin seseorang di depan kelas gue, gue tanya ke Cindy, dan ternyata itu Sam. Samudera Parawangsa yang menjabat sebagai wakil jurnalistik katanya.

Beberapa menit kemudian, gue liat Vio keluar dan nyamerin Sam. Ternyata Vio yang ditungguin dari tadi, pikir gue. Namun, gak lama gue punya ide yang bagus, gue ikutin mereka berdua secara diam-diam.

Rupanya mereka ke taman, gue coba cari tempat yang aman untuk menguping pembicaraan mereka berdua. "Gue harap setelah gue bikinin berita itu nilai lo gak bakal di manipulasi lagi sama Akara" ujar Sam, gue kaget denger itu, ternyata dia yang buat berita itu?

Dengan cepet gue langsung ambil handphone gue dan ngerekam pembicaraan mereka, "Hehehe iya. Gue juga harap gitu, dan semoga aja dia jadi sadar sama kelakuannya", "Tapi kalau nanti dia manipulasi nilai gue lagi, lo bisa kan buatin dia berita lagi?" balas Vio.

Anjir, anjir, anjir! Gila banget nih cewek, bisa bisanya minta gituan, padahal dirinya sendiri yang manipulasi nilai, ngeselin banget, kan?

Saat waktu istirahat, gue ke kelasnya Kak Natasha, tentunya buat nunjukin rekaman suara yang baru aja gue rekam tadi. Gimanapun, orang yang bersangkutan ini partner dia sendiri, dan gue rasa dia juga perlu turut bantuin gue disini.

"Permisi kak, Kak Natasha nya ada?" tanya gue ke salah satu kakak kelas yang lagi makan di depan kelas, "Bentar ya" bales dia sebelum masuk ke kelas buat manggil Kak Natasha.

"Kak, ada yang mau gue sampein" ucap gue serius, "Tau. Kan lo udah bilang di chat tadi, kenapa?" tanya Kak Natasha ke gue. Karena gue rasa bicarain ini kurang aman di depan kelas dia, jadi gue ajak dia ke taman.

"Lo serius itu Sam?" tanya Kak Natasha setelah dengar rekaman suara yang gue kasih, "Gue bahkan ada fotonya, kak" ucap gue sembari menunjukkan foto ke Kak Natasha. Dan memang bener, itu Sam sama Vio.

"Gue rasa lo bener, kita harus kerjasama, lan. Ini berurusan sama ekskul gue, dan pelakunya partner gue selaku wakil jurnalistik. Apa yang bisa gue bantu?" tanya Kak Natasha.

Dari situ, gue dan Kak Natasha mulai ngikutin Sam dan Vio, nyusun rencana untuk ngumpulin bukti.
*Flashback End

"Dan tadi lo tanyain alasan gue kenapa ngelakuin ini, kan?" tanya Alana menatap Akara, "Gue lakuin ini karena gue rasa orang sebaik lo gak pantes diginiin, kar. Ketika gue nanyain materi yang gak gue ngerti, lo langsung ngajarin gue tanpa berat hati. Apalagi waktu itu lo cuman diem doang diledek sama Vio, lo terlalu baik kar" ujar Alana.

Akara yang mendengar penuturan Alana mengembangkan senyumnya, tak sangka bahwa teman kelas yang duduk dibelakangnya ini sangat baik, konsisten mengumpulkan bukti bukan sebuah hal yang mudah dilakukan, Akara berhutang budi dengannya.

"Thanks lan, thanks juga nat" ujar Akara menatap keduanya secara bergantian. "Santai aja kar. Tapi lo, Sam. Gue gak nyangka lo bisa kayak gini, sama aja lo ngejelekin nama jurnalistik dengan kelakuan lo ini" ucap Natasha menatap Sam dengan tajam.

Sam menatap Natasha balik, "Sorry nat. Gue tau gue salah, dan gue bakal tanggungjawab, mau gue di scors gue gak masalah, karena gue memang salah. Bro, maafin atas semua yang gue lakuin, gue bakal bikin klarifikasi nanti di grup angkatan, nama baik lo bakal balik" ujar Sam mengarahkan pandangan nya ke Akara.

Akara menganggukkan kepalanya, "Gue maafin. Tapi gue harap lain kali lo gak langsung makan informasi mentah kayak gitu, setidaknya lo cari informasi lain sebelum ngambil tindakan. Gue pegang tanggungjawab lo" balas Akara.

Ambisi: Akara, Violent, DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang