Ch. 16 - Terungkap

4 3 0
                                    

Deg!!
Akara terkejut melihat pesan yang terkirim di grup angkatan, tanpa lama ia menghabiskan sarapannya dengan cepat untuk bergegas berangkat ke sekolah.

"Bu, Aka berangkat dulu ya" ujar Akara sembari mengambil tasnya, "Iya. Hati-hati ya, Aka" jawab Mila sambil tersenyum menatap anak sulungnya.

Selama perjalanan menuju sekolah, tanpa Akara sadari Joan sedari tadi mengirimkan puluhan pesan kepadanya. Namun Akara tak sempat membuka handphone nya kembali setelah di rumah tadi.

Lelaki tampan itu berjalan menyusuri lorong sekolah dengan cepat, Akara mencoba mengabaikan tatapan sinis dari beberapa murid yang ia lewati, tentu saja akibat pesan di grup angkatan.

Terlihat Joan sedang menunggu dirinya sedari tadi di depan kelas, "Kar!" panggil Joan saat melihat Akara mendekat ke arahnya. "Lo udah liat grup angkatan, kan? Ini gak bisa kita biarin lagi, kar. Gue yakin orang itu iri sama lo, gak bisa lo diem doang kali ini" ujar Joan dengan panjang lebar.

"Oke. Kasih gue duduk buat naruh tas dulu?" pinta Akara dengan tenang, "Sorry, kar. Gue kebawa emosi" ucap Joan.

"Morning, ada apaan nih? Kok pada tegang-tegang bener" ucap Dion yang baru datang dengan wajah tengilnya. "Lo belum liat grup angkatan?" tanya Akara datar, "Akara dibikinin berita yang isinya bullshit semua" lanjut Joan tak kalah datar.

"Lo liat noh" suruh Joan sembari memberikan handphone nya kepada Dion.

"Akara Vandama, seorang pelajar yang dikenal cerdas dan pintar akibat sering menduduki peringkat pertama di angkatan ternyata melakukan kecurangan pada saat try out saat ini. Diduga ia membayar panitia try out untuk menjadi peringkat pertama pada saat try out."
"Selanjutnya, Akara juga telah menyogok untuk menjadi peringkat pertama paralel pada saat UTS, ia juga memanipulasi nilai murid-murid yang dianggapnya saingan dalam perebutan peringkat paralel. Sangat licik, bukan? Dibawah ini juga telah kami lampirkan beberapa dokumentasi Akara Vandama saat melakukan kegiatan kecurangan ini. Bagaimana tanggapan kalian? Sampaikan di kolom komentar!"

Di akhir berita, terlampir beberapa foto yang menunjukkan seorang pelajar laki-laki yang sedang mengganti jawaban, memberikan sejumlah uang kepada seseorang, serta bertemu dengan seorang panitia kegiatan. Jika dilihat sekilas, pelajar itu memang terlihat seperti Akara, namun wajahnya tidak begitu jelas di dalam gambar.

Di kolom komentar terdapat banyak sekali tanggapan yang diajukan, ada yang percaya dan memberikan komentar kebencian kepada Akara, ada yang membela Akara, bahkan ada juga yang hanya ikut-ikutan membenci Akara untuk memancing emosi para siswa lainnya yang membaca.

"Kar, lo gapapa kan?" tanya Dion setelah membaca berita itu dan duduk di bangku sebelah Akara. "Gapapa gimana maksud lo?! Jelas-jelas berita kayak gitu lo masih nanya dia gapapa? Gila lo!" ucap Joan dengan emosi, dirinya benar-benar disulut emosi saat ini, tak terima sahabat nya diftnah seperti itu.

"Santai dong, bro. Gue nanya ke Akara, bukan lo" ujar Dion dengan terkekeh, "Gimana nih kar? Kaga ada tindakan lagi lo? Mau diem doang nih?" tanya Dion kembali, "Kita samperin Natasha sama Samudera, ini berhubungan sama ekskul mereka, gue yakin mereka tau beberapa hal" jawab Akara dengan pasti.

"Sip, gue ikut" ujar Dion dengan cepat, "Gue juga" balas Joan tak kalah cepat. Tanpa lama, ketiga lelaki tampan itu berjalan menuju kelas Natasha, kakak kelas mereka yang menjabat sebagai ketua ekstra jurnalistik.

"Natasha ada?" tanya Akara kepada seorang perempuan yang berada di depan kelas Natasha, sudah pasti itu adalah salah satu teman kelas Natasha. "Natasha tadi udah dateng, terus tadi keluar. Gue gak tau dia kemana, yang pasti dia belum balik dari tadi" jawabnya.

Ambisi: Akara, Violent, DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang